Oleh: Arini
Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mengatakan, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 5,6 pada Senin (21/11/2022) bertambah menjadi 635 orang. Data itu setelah tim SAR gabungan menemukan tiga jenazah korban tertimbun longsor.
meski setiap sore lokasi diguyur hujan deras. "Tidak menyurutkan niat tim SAR gabungan untuk melakukan berbagai upaya pencarian," Republika.com.id. Selasa (20/12/2022).
Ancaman penyakit menjadi hal yang paling ditakutkan oleh para pengungsi korban gempa Cianjur, mengingat kondisi pengungsian yang tidak layak, terlebih saat hujan turun. Pengungsi mengeluhkan sejumlah penyakit dan minimnya fasilitas kenyamanan di Salah satunya di Kampung Gunung Lanjung 2 RW 7 Desa Cijedil, Cianjur, Jawa Barat.
Di lokasi ini ratusan warga masih bertahan di posko pengungsian meski dalam kondisi yang memprihatikan. Kondisi posko pengungsian yang becek jika hujan turun, menambah derita para pengungsi. Sejumlah pengungsi pun harus membuat aliran air darurat agar tenda tempat mereka mengungsi tidak kebanjiran. Tak hanya itu, minimnya tingkat kenyamanan dan keselamatan menjadi salah satu faktor yang dikhawatirkan bagi para pengungsi. Warga berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah agar mereka bisa mendapatkan tenda yang jauh lebih layak agar terhindar dari potensi penyakit yang timbul selama mengungsi.
Hingga kini, jumlah pengungsi terus bertambah seiring dengan makin terbukanya sejumlah lokasi gempa yang tadinya terisoliasi akibat terdampak gempa. Ironisnya banyak dari para pengungsi adalah lansia, anak-anak dan ibu hamil. Para korban gempa berharap agar mereka bisa lebih diperhatikan dan bisa kembali hidup layak dan bangkit dengan bantuan dana rehabilitasi dan recovery dari pemerintah. Masyarakat bisa lebih terpuruk jika tidak ada kepedulian dan uluran tangan dari pemerintah.
Dimana kebijakan pemerintah untuk masyarakat
Mereka masih terkatung-katung ditenda pengusian.masyarakat butuh kepastian untuk segi infrastruktur yang mereka butuhkan.
Penanggulangan Tepat Versi Islam
Penanggulangan bencana dalam Islam ditegakkan di atas akidah Islam dan dijalankan pengaturannya berdasarkan syariat Islam serta ditujukan untuk kemaslahatan ummat. Penanggulangan bencana ini termasuk dalam pengaturan urusan ummat yang merupakan kewajiban negara. Karena Kepala Negara (Imam) adalah penanggung jawab sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya; ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya ” (HR.Al Bukhari dan Muslim).
Negara dalam hal ini Khalifah akan merumuskan kebijakan penanggulangan bencana gempa yang meliputi tiga aspek yakni sebelum, saat terjadi dan pasca gempa. Penanganan sebelum terjadinya gempa adalah seluruh kegiatan yang ditujukan untuk meminimalisir dampak saat terjadi bencana. Seperti meneliti standar bangunan dan zonasi rawan bencana gempa, melakukan analisis kerentanan dan edukasi publik. Negara akan membuat mapping (Pemetaan) daerah rawan gempa dan tsunami. Kemudian para ahli teknik akan dimaksimalkan potensinya untuk menganalisa bangunan infrastruktur yang telah ada dan yang akan dibangun dengan lebih memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan bencana (gempa dan tsunami), terutama pada area yang berpotensi terjadi gempa tektonik.
Kepada masyarakat, negara akan melakukan edukasi terkait pengetahuan kegempaan termasuk cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana. Sosialisasi rutin dilakukan ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi, perkantoran, rumah sakit, hotel dan gedung-gedung publik lainnya. Termasuk menjadikan pengetahuan tentang kegempaan ini sebagai mata pelajaran yang dipelajari di sekolah-sekolah sejak dini terutama di daerah rawan bencana.
Dengan kebijakan tersebut masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi bencana gempa dan bisa meminimalisir jatuhnya korban.
Adapun penanganan ketika terjadi bencana ditujukan untuk mengurangi jumlah korban dan kerugian materiltim SAR secara maksimal dan melakukan evakuasi secepat mungkin. Memberikan bantuan medis dan logistik. Membuka jalan dan jalur komunikasi jika terputus. Negara juga menyiapkan tempat pengungsian termasuk membuat dapur umum.
Sedangkan penanganan pasca gempa ditujukan untuk melakukan pemulihan para korban dan tempat tinggal mereka. Untuk pemulihan para korban meliputi pemilihan fisik dan mental. Pemulihan fisik dilakukan dengan memberikan pelayanan dan perawatan yang baik. Sedangkan pemulihan mental dilakukan dengan memberikan tausiyah-tausiyah yang menguatkan keimanan mereka kepada Allah SWT sehingga menghilangkan trauma, depresi dan gangguan psikis lainnya.
Selanjutnya melakukan pemulihan tempat tinggal mereka dan bangunan infrastruktur yang rusak akibat gempa. Jika dipandang perlu maka negara akan relokasi penduduk ke tempat lain yang lebih aman dan kondusif. Negara juga akan melakukan inovasi sains dan teknologi untuk mendukung keoptimalan penanganan bencana gempa baik pra, ketika dan pasca bencana gempa sebagai konsekuensi dari kewajiban melakukan pengurusan ummat. Demikianlah cara Islam menanggulangi bencana gempa.
Sudah saatnya kita mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan merenungkan firman-Nya dalam surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya ” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Wallahu’alam bishawwab.
Tags
Opini