Oleh : Diani Ambarawati
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Bencana longsor dan banjir bandang yang terjadi awal 2020, telah meluluhlantakkan desa Cigudeg, Sukajaya, dan Jasinga, Kabupaten Bogor. Perkampungan warga di beberapa desa pun hilang, tertimpa longsor dan banjir bandang. Kondisi hunian sementara (huntara) yang menampung warga Sukajaya Kabupaten Bogor menyisakan cerita yang memilukan karena kondisi hunian tidak layak dan kesulitan mencari mata pencaharian. Alhasil memanfaatkan sisa ladang untuk bertani. Mereka Sudah mengajukan hunian tetap (huntap), namun setelah tiga tahun belum rampung juga.
“Untuk pembangunan huntap di Kecamatan Sukajaya sudah mencapai 80 persen. Sedangkan, huntap di Cigudeg dilakukan oleh BPBD,” ungkap Kepala Bidang Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum DPKPP Dede Armansyah, Selasa (29/11). Ia juga menambahkan, target pencapaian itu harus selesai hingga akhir tahun 2022. (BPBD.bogorkab.go.id).
Pemerintah telah berusaha membangun huntap (hunian tetap) dengan kolaborasi serta koordinasi antar pemerintah Kabupaten Bogor dan Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR, BNPB dan Kementerian Sosial serta Kementerian BUMN. Sebab, lahan yang digunakan merupakan aset PTPN, pembangunan unit dibangun PUPR dan BNPB serta Fasilitas Sarana Umum dibangun oleh Pemkab Bogor.
Melansir dari Radar Bogor, Kepala Desa Cileuksa Ujang Ruhandi, Rabu (18/1). Dia juga meminta tak hanya soal huntap saja, tetapi pemerintah bisa mendorong percepatan pemulihan ekonomi di Desa Cileuksa. Karena akibat bencana, ladang warga sebagai sumber mata pencaharian rusak. Saat ini masyarakat memulai kembali semuanya dari awal. “Saat ini masyarakat terdampak bertahan hidup dengan memanfaatkan lahan yang memang sisa dari bencana,” tambahnya.
Direncanakan pembangunan huntap telah selesai pada Desember 2022, namun ternyata meleset. Pembangunan huntap belum rampung. Padahal bencana terjadi 3 tahun lalu. Selain itu, masyarakatpun belum mendapat mata pencaharian yang layak untuk kelangsungan hidupnya. Mereka memanfaatkan sisa ladangnya untuk bertani. Koordinasi dan kolaborasi dengan banyak pihak, memang tidak mudah. Terlebih jika dana tidak tersedia dengan cepat.
Ditengah kondisi rakyat yang semakin melarat, Pemprov Jabar lebih mudah membelanjakan anggaran provinsi untuk prestise semata, alokasi dana tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran. Kebutuhan sandang, pangan dan papan warga bogor yang miskin dan korban bencana masih jauh penting dan lebih memerlukan untuk kepastian nasib mereka.
Watak penguasa yang lahir dari kapitalisme memprioritaskan pembangunan sarana prasarana guna keuntungan materi semata, rakyat tetap jadi tumbal kerakusan para kapital dan menjadi mesin penggerak ekonomi liberalis. Rakyat harus pasrah dengan kondisi yang ada, kemanakah peran negara sebagai pelayan warga? Jangan salahkan warga jika banyak terjadi kejahatan, kenakalan remaja, KDRT, penyakit sosial lainnya akibat himpitan ekonomi dan solusi tak menyentuh akar masalah malah menambah masalah.
Berbeda dengan sistem Islam. Islam sebagai way of life, memiliki paradigma pelayanan dan tanggung jawab penuh bagi negara dalam mengurus rakyatnya. Al imamu ra'in wa huwa mas'ulun an ra'iyatihi. Namun saat ini, negara hanya menjadi pembuat regulator dan fasilitator para oligarki korporasi. Hajat hidup yang utama bagi rakyat pun tetap dilihat dari untung rugi semata.
Rumah adalah kebutuhan dasar masyarakat. Pemenuhannya menjadi tanggung jawab pemerintah (negara). Maka Islam punya mekanisme yang jelas bagaimana negara bertanggungjawab memenuhi kebutuhan perumahan rakyat yang bermasalah.
Hanya Islam yang bisa mengeluarkan masyarakat dari kenelangsaan dan penderitaan. Oleh karena itu, saatnya masyarakat sadar dan mau kembali kepada aturan Islam yang memanusiakan manusia. Islam yang mampu memberikan hak untuk hidup bahagia dunia akhirat.
Problematika sistemik membutuhkan solusi sistemik, sistem yang mampu merangkul warga tanpa tolak ukur untung rugi, sistem yang lebih mementingkan kesejahteraan warga, sistem yang mampu menjaga kedaulatan bangsa. Sehingga tercipta kesejahteraan hakiki di seluruh aspek kehidupan.
Wallahu A’lam