Oleh : Siti Nur Rahma
Aktivis Muslimah Peduli Generasi
Bagaimana bisa menahan untuk tidak membeli? Jika di awal niatnya hanya cuci mata, namun lanjut dengan keinginan-keinginan yang semakin bertambah. Kemudian disediakan kemudahan dalam pembayaran untuk membeli produk yang berseliweran di gawai pintar milik para generasi milenial saat ini. Bahkan menyasar semua pengguna gadget yang full dengan data internet dan berbagai aplikasinya. Baik kalangan generasi kolonial maupun generasi Z yang dibawah usia 19 tahun, semua sangat mudah untuk terjerat jebakan transaksi Paylater.
Apa itu Paylater?
Paylater adalah sistem pembayaran yang bisa dilakukan dengan cara membeli produk terlebih dulu lantas bayar nanti. Sistem pembayaran ini hampir sama dengan sistem pembayaran kartu kredit. Hanya saja perbedaan keduanya terletak pada penyedia jasa keuangannya. Kartu kredit disediakan oleh lembaga perbankan sedangkan Paylater disediakan oleh e-commerce yang telah mendapatkan izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
Para pengguna gadget sejati, lebih cenderung memilih sistem Paylater. Hal ini disebabkan karena kemudahan yang diberikan oleh situs-situs elektronik komersial yang menawarkan sistem pembayaran Paylater tersebut. Hanya dengan modal data internet, pengguna aplikasi tersebut bisa membeli produk yang diinginkan dengan mudah dan pembayaran yang ditunda. Biasanya transaksi tersebut dilakukan dengan suka cita untuk pemenuhan keinginan-keinginan tersebab hawa nafsu semata. Hingga akhirnya bisa menjadi masalah tersendiri jika tidak mampu melunasi pembayarannya dalam jangka waktu tertentu.
Tidak seperti instrumen peminjaman lain, BNPL (Buy Now Pay Later) hanya membutuhkan identitas dan persetujuan ketentuan dari calon pengguna. Hal tersebut menyebabkan masyarakat yang baru saja mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (berusia 17 Tahun) sudah dapat mengajukan pinjaman. Maka dari itu pengguna BNPL mayoritas berusia 17 – 35 tahun dari Generasi Milenial dan Gen Z, sedangkan usia di atas 35 tahun perlahan juga meningkat. Tintahijau.com
Timbullah perilaku Konsumerisme
Konsumerisme adalah pemahaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok untuk melakukan aktivitas konsumsi atau pemakaian barang hasil produksi secara tidak sadar dan berlebihan serta berkelanjutan. Pembelian yang dilakukannya hanya didasarkan pada keinginan bukan kebutuhan. Sehingga tak ayal Paylater mampu menjebak para pengguna gadget dalam jeratan hutang yang sangat melilit hingga menimbulkan masalah tersendiri.
Terdapat suatu kasus yang dialami pengguna sistem Paylater yang memiliki tagihan membengkak akibat tidak mampu membayar cicilan atau angsuran per periodenya. Sempat diunggah di sebuah media sosial tentang jumlah tagihan yang harus dibayar beserta denda keterlambatannya.
Melalui media sosial pribadinya, seorang wanita mengunggah besarnya tagihan paylater yang harus dibayarkan. Tak tanggung-tanggung, dalam video yang beredar di media sosial wanita tersebut mengaku harus membayar tagihan sebanyak lebih dari Rp 17 juta. Video adanya wanita yang mendapat tagihan pay later hingga Rp 17 juta ini juga diunggah dalam akun Twitter @Askrlfess, Sabtu (10/7/2021). Liputan6.com
Cabut akar Konsumerisme
Konsumerisme merupakan sebuah budaya yang serupa dengan hedonisme, yakni budaya bermewah-mewah dalam sebuah pemakaian suatu produk. Budaya yang menyibukkan diri dengan penampilan luar. Lantas yang mereka sebut dengan OOTD (outfit of the day) yakni barang-barang yang beraroma fashion terkini, baik dari jenis sepatu, kaos, tas aksesoris kepala, bahkan pakaian yang sesuai tren terbaru, semakin menjadi fokus keseharian para remaja.
Tak puas hanya dengan membeli dan menggunakan hasil pembelian Paylater, sikap boros itu bisa berlanjut dengan perilaku pamer dengan mempostingnya di akun-akun yang tak sanggup mereka lewatkan setiap harinya.
Hal ini tak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa adanya aturan hidup yang sedang diterapkan dalam kehidupan ini. Yakni aturan hidup yang memisahkan kehidupan dengan agama sehingga melahirkan masyarakat yang konsumtif dan hedonistik. Tak ayal perlombaan dalam mencari materi dan prestise lebih digandrungi daripada berlomba mengasah diri dengan pemahaman agama lantas mempercantik akhlaknya.
Oleh karena itu harus diterapkan sistem aturan hidup yang shahih dan menggantikan aturan hidup yang batil. Sehingga mampu merubah cara hidup konsumtif dan hedonistik pada masyarakat menjadi cara hidup yang benar. Tidak lain adalah Islam sebagai agama yang memiliki seperangkat aturan hidup yang sempurna dan lengkap untuk dijadikan sebagai landasan hidup bermasyarakat dan bernegara.
Islam cara hidup yang benar
Penerapan Islam dalam kehidupan sehari-hari akan membuat individu dalam masyarakatnya memiliki kepribadian Islam. Memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan aturan Islam.
Dalam Islam, sifat boros dan sombong sangat dilarang. "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al Isra' 17:29)
Dikutip dari kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir Juz 15, bahwasanya firman Allah SWT dalam surat Al Isra' ayat 29 mengandung perintah untuk hidup hemat, celaan Allah terhadap sifat kikir dan pelit, serta laranganNya dari sikap berlebihan dalam membelanjakan harta.
Setiap muslim wajib mengatur hartanya dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam, membelanjakannya untuk hal-hal yang baik dengan mengharap ridho Allah. Membeli sesuai dengan kebutuhan bukan mengedepankan keinginan.
Dari Abu Umamah Shadiy bin Ahlam Ra., Ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: Wahai anak Adam, jika engkau mengingatkan kelebihan dari kebutuhanmu, maka itu merupakan kebaikan bagimu. Jika engkau menahannya, maka itu merupakan keburukan bagimu. Hendaknya kamu tidak dicela karena menjaga harta dan menahannya (untuk diinfaqkan). Mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Sesungguhnya, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. (HR. Muslim).
Sungguh tidak ada motivasi yang lebih kuat dalam beramal kecuali dengan landasan iman. Maka dorongan keimanan yang menjadikan seseorang menjadi insan mulia.
Dengan penerapan Islam pula, dalam sistem penerangan, negara akan menghentikan paham-paham asing untuk masuk ke negeri Islam, dan mencegahnya agar tidak menjangkiti pemikiran warga negaranya. Sehingga konsumerisme dan hedonisme serta isme-isme lainnya yang bukan dari Islam akan tertolak dalam kehidupan masyarakat Islam.
Bukan hanya sekedar mencegah dan mengatasi masalah yang tersebab dari sistem pembayaran Paylater, Islam juga mengajarkan tentang cara hidup yang benar. Pentingnya hidup dengan aturan yang bersumber dari wahyu Sang Pencipta, Sang Pengatur merupakan hal yang harus diwujudkan. Kehidupan yang lebih baik akan tercapai dengan penerapan Islam secara menyeluruh, lantas kenapa masih bertahan dengan selainnya?
Tags
Opini