Hobby Belanja, Benarkah Merupakan Peran Strategis Wanita di Sektor Wisata?



Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Secara naluriah perempuan suka dengan keindahan. Apa pun bentuknya, asal membuat hati senang, hasratnya untuk memiliki sesuatu sangatlah tinggi. Masalah tempat wisata, misalnya, jika tempatnya menyenangkan dan memanjakan mata, wanita bisa berlama-lama di sana. Ditambah lagi wanita suka mencari sesuatu yang dapat dibawa sebagai oleh-oleh ketika pulang.

Hal inilah yang kemudian ditangkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Dia menyatakan bahwa ibu-ibu memiliki peran strategis di sektor wisata. Peran itu mampu meningkatkan devisa sebesar US$5 miliar atau sekitar Rp77,9 triliun. Hal ini disampaikan sandiaga dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno, pada Senin (9-1-2023).

Pernyataan Pak Menteri seakan mengisyaratkan bahwa ibu-ibu adalah ladang uang. Dengan memanfaatkan sifat dan hobi mereka, negara bisa mendapat keuntungan besar. Hal ini memperlihatkan betapa lihainya para penggawa memanfaatkan kaum ibu. Bahkan, peran kaum ibu di bidang ekonomi disebut sebagai peran strategis.

Anehnya, banyak kondisi yang justru meniadakan peran utama mereka. Sulitnya perekonomian saat ini, ditambah banyaknya PHK, membuat ekonomi keluarga terpukul. Hal ini tentu memaksa para ibu turut memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Walhasil, tidak sedikit yang akhirnya memutuskan bekerja di luar rumah. Apa akibatnya? Tugas utama mereka sebagai ibu dan pengatur rumah tangga suaminya banyak terbengkalai. 

Keluarnya perempuan dari rumah tidak ayal juga menyisakan banyak masalah. Anak-anak yang seharusnya masih butuh perhatian orang tua, justru berada di tangan pembantu. Mereka kurang perhatian dan bisa tumbuh menjadi anak yang susah dididik. Peran sebagai istri juga sering terbengkalai, membuat hubungan suami istri mengalami keretakan dan tidak jarang berujung perceraian.

Masalah di atas tentu berpengaruh besar bagi bangsa dan negara. Kelalaian mendidik generasi bisa mengakibatkan hancurnya SDM. Pengaruh utamanya bukan pada fisik atau kepandaiannya, melainkan pada sifat dan kepribadian generasi.

Generasi sangat membutuhkan contoh yang baik agar kepribadian mereka dapat berkembang. Jika yang memberi contoh adalah ibu mereka yang lupa akan tugas utama dan cenderung mementingkan materi, bisa diprediksi nasib generasi selanjutnya. 

Perbedaan perhatian peran strategis ibu ini nyata memperlihatkan bahwa penguasa lebih mementingkan peran memperbanyak devisa daripada peran sebagai ibu dan istri, yaitu sebagai ibu generasi dan pengatur rumah tangga suaminya. Hal ini mengamini pandangan bahwa keberhasilan hanya dilihat dari seberapa banyak kita memberikan keuntungan materi, prinsip yang lahir dari penerapan kapitalisme. Maka masihkan kita berharap pada sistem yang nyata rusak dan merusak ini? 

wallahu a’lam bi ash showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak