Oleh: Yeni Rifanita, S.Pd
(Ibu dan Pemerhati Generasi)
Setelah kemunculan Intan, gadis yang viral melalui tik tok karena syuliit melupakan Rayhan, muncul lagi nih ke muka publik melalui podcast bersama Denny Cagur seorang anak muda bernama Fajar yang tengah patah hati diputusin belahan jiwa. Nah Intan ini dijuluki sad girl, sedangkan Fajar sebagai sad boy. Duuhh meresahkan ya.
Fenomena Sad boy dan sad girl ini sebenarnya bukan hanya kejadian sama Intan dan Rayhan loh, tapi udah menjamur ke remaja-remaja lainnya. Tidak sedikit kita dengar kasus putus cinta yang berujung bunuh diri.
Seperti yang terjadi di kota Lubuklinggau awal bulan Desember kemarin, ditemukan kasus seorang mahasiswa yang bunuh diri. Usut punya usut ternyata alasannya karena patah hati duh miris ya (sindonews.com/17/12)
Saat ini perkara hati seolah-olah menjadi hal yang mendominasi kaum remaja, semuanya soal cinta, semuanya soal pacaran, semuanya soal pasangan, padahal sebenarnya hal tersebut adalah sesuatu yang harusnya bisa dikendalikan dong. Sayang kan masa muda yang mustinya dihabiskan untuk hal-hal positif, justru dihabiskan untuk menangisi kekasih, pacaran atau cinta monyet yang sebenarnya itu cuman sesaat.
Sebenarnya sob, hal ini adalah buah dari kebebasan berekspresi, dan bertingkah laku yang diagung-agungkan dalam sistem kapitalis liberalisme. Remaja pada saat ini lebih banyak disuguhi hal-hal yang mengarah kepada seksualitas, tanpa diberikan pemahaman yang utuh mana yang benar dan mana yang salah. Generasi saat ini diserang dari berbagai macam pengaruh yang mengakibatkan pendeknya akal. Generasi diserang melalui 4F (fun, food, fashion and football).
Dari sisi fun atau kesenangan, generasi saat ini disuguhi dengan berbagai macam kesenangan-kesenangan duniawi seperti game, yang membuat candu, film-film romantis yang menghadirkan adegan-adegan percintaan, menjurus ke zina. Belum lagi lagu-lagu bergenre senada yg membangkitkan syahwat remaja.
Dari food ternyata kita juga diserang dengan hadirnya makanan-makanan yang bisa melemahkan fisik secara perlahan-lahan. Makanan instan dengan pengawet buatan, makanan pedas dengan level pedas berlapis-lapis, makanan dengan kandungan bahan yang tak bisa dipastikan kehalalan dan ke toyyiban nya. Semua itu amat muda ditemui disekitar kita. Dan cukup dengan pengemasan yang instagramable maka kita akan tertarik untuk menikmati makanan tersebut.
Kalau dari sisi fashion nih, udah jelas ya kiblat fashion generasi pada saat ini itu mengarah kepada orang-orang negeri ginseng dan Paman Sam. Semakin ke korea-koreaan, semakin ke barat-baratan, maka fashion akan dianggap keren. Ya contoh nyata nya sih bisa kita lihat beberapa waktu lalu di Citayam fashion week.
Masuk penyerangan Ini bisa juga kita rasakan dari sisi football atau olahraga. Kita di dilemakan dengan sekat-sekat nasionalis membela Timnas membela tim kesayangan dan mengesampingkan ukhuwah atau persatuan umat. Tak berhenti sampai di situ, bukan sesuatu yang baru pertandingan yang berujung kerusuhan. Bahkan acap kali menelan korban jiwa.
Nah, dari sisi ini kapitalisme liberal mencetak para generasi terutama generasi muslim, menjadi generasi yang tidak berbobot. Secara pemikiran lemah, kehilangan atau krisis identitas karena hanya mengikuti idola, seperti artis dan penyanyi. Generasi kehilangan jati diri nya, tak tau bagaimana identitas Islam, aturan nya, bahwa tak mengenal Rasulullah yang semestinya dijadikan idola. Panutan untuk menjalani kehidupan.
Lalu bagaimana sih sebenarnya gambaran generasi muslim yang seharusnya. Generasi adalah calon penerus bangsa, dan juga calon pemimpin yang kelak akan memimpin negeri. Tentulah untuk menjadi generasi penerus dan pemimpin masa depan, diperlukan generasi yang kuat, baik secara akal, fisik, maupun kecakapan. Hal yang perlu diingat oleh generasi saat ini bahwa perkara remeh-temeh seperti perasaan, cinta dan lain-lain itu adalah sesuatu yang mestinya tidak menjadi persoalan utama untuk dipikirkan. Generasi yang baik harus dipersiapkan, yang sibuk memikirkan urusan umat, kepentingan-kepentingan umat, dan masa depan umat ke depannya.
Walhasil, generasi yang dibutuhkan untuk meneruskan kehidupan Islam tentulah tidak bisa lahir dari sistem liberal sekuleris. Ia hanya akan lahir dari rahim sistem Islam yang shahih. Dalam sistem Islam, generasi akan dibina dengan memperhatikan pertama yakni pendidikan melalui regulasi kurikulum yang menguatkan bukan hanya akademik, tapi juga aqidah dan akhlak. Selanjutnya adalah dengan menjaga sistem tatanan sosial, terutama pengaturan kehidupan pria dan wanita, batasan-batasan pergaulan serta interaksi nya. Tak kalah penting adalah sistem Islam akan berupaya menanamkan nilai-nilai perjuangan, jihad fisabilillah, dan kerinduan akan surga di hati generasi muda. Jadi, generasi Islam akan jauh dari julukan sad boy dan sad girl, karena fokus hidup mereka hanya akan di habiskan untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya.
So, untuk kamu generasi penerus bangsa. Yokss bangkit. Saatnya pelajari Islam kaffah dan berjuang meraih jannah Nya. Semangat berjuang sob.
Allahu a'lam bishawab
Tags
Opini