Berprestasi Tapi Liberal, Makin Viral




 Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


Viral di dunia maya, sepasang siswa siswi SMP yang menari di tengah lapangan sekolahnya berseragam lengkap, bahkan anak perempuan itu berkerudung. Ditonton oleh teman-teman mereka, tanpa risih bahkan bangga.


Di video yang beredar itu, terlihat si siswi perempuan menggunakan kerudung, berpegangan, berpelukan, menari bersama teman lawan jenisnya. Namun ketika banyak netijen yang peduli dan resah akan masa depan generasi muslim sekaligus menyayangkan apa yang mereka lakukan, karena tak seharusnya generasi muslim mengikuti budaya Barat, ternyata tak sedikit juga yang berpendapat hal itu adalah prestasi yang patut dibanggakan dibandingkan dengan tawuran yang biasanya dilakukan oleh anak seusia mereka.


Ternyata mereka adalah duo remaja atlet dance sport asal Kabupaten Bogor, Devina dan Keysha. Mereka makin berkibar karena artis Indonesia yang kini go publik, Agnes Mo, mengapresiasi keduanya dan seperti biasa siswa siswi ini menjadi bintang tamu dalam acara-acara televisi.


Devina pun mengaku bersyukur hingga terharu. Terlebih saat bertemu Agnez, sang penyanyi internasional itu disebut memberikan motivasi hingga wejangan. “Alhamdulillah senang sih, terus terharu. Kemarin itu Kak Agnez ngajak kota buat ketemuan. Kak Agnez juga di sana kasih motivasi dan masukan ke kita,” kata Devina.


Dengan viralnya kedua anak didiknya, pihak sekolah pun melakukan klarifikasi akan video tersebut. Pihak sekolah mengatakan bangga pada kedua siswa-siswinya itu. Karena, pertunjukan yang ditampilkan di depan temannya itu adalah salah satu cabang olahraga, yaitu Dance Sport. Dan keduanya itu merupakan pemenang medali emas PORPROV Jabar pada kategori itu. Jadi, pihak sekolah mendukung sekali.


Masyarakat menjadi terbelah, satu sisi sejalan dengan pendapat sekolah yang bangga ini, bahkan berkomentar bahwa orang yang kontra dengan video viral itu sebagai orang yang norak, kolot, terlalu fanatik dengan agama. Namun sebenarnya, tak hanya kedua pelajar SMP itu yang dikatakan berprestasi meskipun secara norma di masyarakat masih ada yang menganggapnya tabu, apalagi dari kacamata agama ( baca: Islam). Atribut siswi tersebut samasekali tidak mewakili pemahaman keIslamannya.


Ada banyak perlombaan yang hanya mengedepankan kompetisi receh, remeh, tidak penting hingga melanggar syariat, namun tak ada yang kemudian mengatakan hal demikian itu perlu dirubah. Justru semakin diblow up dan didanai hingga mencapai tingkatan tertinggi. Ujung-ujungnya adalah perolehan materi, artinya kompetisi hanyalah jalan lain guna mendapatkan keuntungan finansial berikutnya adalah eksistensi, atas nama prestasi.


Mengapa semakin banyak kegiatan anak muda yang menunjukkan betapa liberalnya pemikiran mereka? Islam yang mereka yakini, ternyata tidak mampu menjadi rem bagi perilakunya, selalu dengan alasan berekspresi dan berprestasi yang faktanya rancu , karena hanya menunjukkan kebebasan tanpa batas itulah yang menjadi fokus. Selanjutanya sekolah, masyarakat, keluarga bahkan negara berlomba memberi dukungan dengan anggapan itulah prestasi dan kegiatan positif.


Sementara di sisi lain, anak yang berprestasi di bidang agama, lebih sering disebut radikalis, bibit teroris dan lainnya sehingga semakin dijauhi karena dianggap negatif. Padahal, sejatinya kompetisi adalah sesuatu yang wajar, guna mengasah kemampuan seseorang, mengevaluasi hasil belajar dan sekaligus menunjukkan kualitas kepribadian seseorang. Harapannya dari kompetisi itu, umat atau masyarakat bisa mendapatkan orang-orang berbibit unggul yang berguna bagi kehidupan ini. Maka kita wajib menempatkan kompetisi pada dasar pemahaman yang benar, agar kehidupan semakin berkah.


Sekulerisme Bukan Landasan Shahih Untuk Kompetisi

Semakin liberalnya generasi tidak datang begitu saja. Namun terus menerus dibentuk dari sebuah aturan yang diterapkan pada masyarakat. Hari ini, kita sedang berada pada penerapan sistem kapitalisme yang landasannya adalah sekuler, memisahkan agama dari kehidupan. Kapitalisme mengharuskan pada setiap penganutnya untuk terus menerus memperoleh kekayaan, sebab arti bahagia adalah sebanyak-banyaknya mendapatkan materi.


Termasuk kompetisi, hari ini dipenuhi dengan berbagai keinginan, terutama menjadi penghasil pundi-pundi kekayaan. Akibatnya terjadi pergeseran yang sangat signifikan, ketika kekayaan, kesuksesan, ketenaran hanya diartikan sempit, padahal, dalam Islam tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari mendapatkan rida Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,” Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30).


Ayat di atas menyebutkan jiwa yang tenang, kembali kepada Allah dengan hati yang Rida dan diridaiNya, ini tentulah menunjukkan pada keadaan yang istimewa. Dimana hal itu tidak didapat melalui usaha yang receh, remeh temeh apalagi melanggar syariat. Bagi setiap muslim seharusnya meyakini bahwa dirinya wajib terikat dengan semua yang dilarang maupun diminta untuk mengerjakan.


Jika demikian halnya, maka, para generasi muda merekalah pihak yang paling berkepentingan dalam meraih keberuntungan dunia akhirat. Tenaga masih kuat, pikiran fresh, semangat muda menggebu-gebu adalah sebagian kecil potensi yang dimilikinya. Tentu akan semakin bersinar takkala diberi pendidikan dengan kurikulum yang kokoh dan menghidupkan, yaitu akidah Islam. Sehingga akan dihasilkan output bersyaksiyah ( berkepribadian) Islam yang kuat.


Sebaliknya, peradaban barat hanya mengajarkan kebebasan semu, sebab sejatinya manusia diciptakan tidak bebas tanpa aturan. Dampak ketika manusia diberi kebebasan penuh, tentulah kehidupan yang sengsara, sebab manusia makhluk yang lemah, terbatas dan butuh pertolongan yang lain.


Generasi yang memiliki visi misi jelas di dunia, menjadi harapan masyarakat karena pembangun peradaban dengan keilmuan dan kemampuannya. Jelas tak akan bisa lahir dari sistem yang landasannya adalah sekuler. Harus Islam, sebab Islam adalah peraturan yang langsung turun dari Allah SWT Sang Khalik dan Mudabbir. Wallahu a’ lam bish showab.


Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak