Oleh: Khusnul
Mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 57 tahun 2017 tentang penetapan HET beras, untuk beras medium ditetapkan HET berkisar Rp9.450, – Rp10.250, per Kg. Sedangkan HET beras premium per kilogramnya sekitar Rp12.800, – Rp13.600,. (Tempo.co, 25/12/22).
Juga menurut Bank Dunia (World Bank) dan pemerintah Indonesia berbeda pendapat soal harga beras di Indonesia. Bank Dunia dalam laporan terbarunya 'Indonesia Economic Prospects Desember 2022' menyebut harga beras di Indonesia paling mahal di antara negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) lainnya. (CNNIndonesia.com, 24/12/22).
Selain itu tingginya harga beras di Indonesia tercatat dalam Laporan Bank Dunia Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022 tentang risiko yang penting untuk dikelola terkait lonjakan harga pangan di Indonesia. Bank Dunia menyebutkan harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras di Filipina. Bahkan, harga beras di Indonesia disebut dua kali lipat lebih tinggi dari harga beras di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. (Tempo.co, 23/12/22).
Dari pernyataan di atas kita mengetahui bahwa kondisi rakyat Indonesia saat ini sangat miris sekali. Namun pernyataan itu dibantah pemerintah. Bahkan kalau lihat perkembangan di warung sekitar rumah saat ini harga beras perkilonya mencapai Rp. 11.500,-. Kondisi ini tentu sangat berat bagi rakyat, belum lagi harga kebutuhan yang lainnya yang terus melambung. Mulai dari ayam, telur, cabe dan yang lainnya. Namun, SNI beras ternyata juga masih bersifat sukarela.
Hal ini membuktikan bahwa perlindungan negara atas bahan pangan rakyat tidak serius, padahal beras adalah bahan makanan pokok rakyat Indonesia. Padahal kalau kita lihat sumber daya yang ada di Indonesia, harusnya rakyat hidup dengan kondisi yang jauh lebih baik. Semua kebutuhan rakyat bisa mudah didapatkan karena wilayah kita adalah negara agraris. Bahkan dimasa dulu kita pernah mendengar negeri kita adalah termasuk salah satu negeri pengekspor beras dikawasan asia. Tapi saat ini kita termasuk negeri yang selalu impor beras. Rasanya tidak pantas negeri agraris tapi mengimpor beras. Tidak hanya itu, garam, bawang merah, bawang putih dan lainnya negeri kita juga impor.
Kondisi semacam ini menggambarkan lemahnya mekanisme negara dalam menjaga keamanan pangan dan kemudahan dalam mengakses kebutuhan pokok rakyat. Padahal seharusnya dalam negeri yang agraris, kaya sumberdaya alam rakyat bisa hidup berkecukupan. Taruhlah dari satu sektor hasil tambang emas saja, rakyat bisa hidup berkecukupan jika itu di kelola oleh pemerintah dan dialokasikan untuk kepentingan rakyat secara penuh. Namun faktanya rakyat tidak diperhatikan, bahkan terjadi kesenjangan yang mencolok dilokasi tambang dengan masyarakat sekitarnya. Ini sungguh memprihatinkan dan harusnya tidak pernah terjadi. Karena pemerintah hanya sebagai pengelola tambang dan hasilnya digunakan sepenuhnya untuk mencukupi kebutuhan rakyat, bukan diberikan kepada investor asing dan asing hanya memberikan sekian persen ke negara. Mana bagian rakyat, kenapa harus dengan investor asing? Kemana tenaga ahli anak negeri dan tenaga kerja anak negeri. Inilah ketimpangan yang terjadi dan jelas terlihat oleh mata kita secara telanjang.
Sungguh berbeda dengan periayahan rakyat dalam Sistem Islam, dimana pemerintah sangat peduli kepada rakyat baik dia muslim maupun non-muslim karena inilah tugas utama negara yang nanti akan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Sehingga disini kita temukan pemerintah waktu itu benar-benar berhati dalam mengelola sumber daya alam, berhati-hati dalam menggunakan harta rakyat. Bahkan masa itu sampai kita temukan seorang pemimpin yang hidup sangat sederhana bahkan rela kelaparan ketika rakyatnya dalam masa paceklik. Inilah gambaran pemimpin yang bertanggung jawab kepada rakyatnya. Ketika ia diberi tunjangan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dia hanya mengambil sesuai kebutuhan saja tidak berlebih.
Saat keluarganya menemuinya ia bahkan menanyakan keperluannya sebagai keluarga atau rakyat, agar dia bisa meminimalkan menggunakan fasilitas negara hanya untuk kebutuhan umat saja. Bukan untuk keperluan pribadi dan keluarganya.
Kalau seorang pemimpin benar-benar, memperhatikan kebutuhan rakyat makan ia akan berusaha mempermudah tersedianya bahan makanan pokok, lapangan kerja, fasilitas umum. Sehingga meski harus membeli, harga bahan makanan sangat terjangkau dan dia bisa membeli karena ia memiliki pekerjaan untuk mencukupi kebutuhannya. Dan adanya fasilitas umum yang memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas ekonomi dan yang lainnya. Inilah gambaran riil sebuah negara yang berusaha mensejahterakan rakyatnya dan bertanggung jawab atas amanah yang ada dipundaknya. Karena ia tahu konsekuensi dari amanah yang ia pegang, dan pertanggung jawaban nya dunia akhirat.
Semoga negri ini benar-benar bisa memiliki seorang pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab serta menerapkan peraturan yang sempurna. Agar rakyat hidup sejahtera dan tidak ada lagi ketimpangan yang berkepanjangan.