.
Penulis : Venti Budhi Hartanti, S.Pd.I
2023 sudah dilewati beberapa hari yang lalu. Menjadi gambaran pergantian tahun bagi semua negara tak terkecuali Indonesia. Dan pastinya ditahun baru tahun 2023 ini semua masyarakat Indonesia mengharapkan perubahan. Namun terkadang perubahan itu tidak selaras dan sejalan dengan harapan umat. Kita lihat saja perekonomian Indonesia masih carut marut. Hutang Indonesia terus saja mengalami peningkatan, harga bahan pokok yang masih saja mengalami kenaikan. Import bahan makanan merajalela padahal hasil panen para petani melimpah dan pada akhirnya harga hasil panen para petani pun menurun drastis.
Belum lagi kasus kriminalitas yang semakin meningkat tajam. Baik dikalangan orang dewasa, remaja sampai anak-anak dibawah umur. Jika dijabarkan satu persatu tahun 2022 sungguh sangat menyayat hati. Tak cukup sebuah pena untuk menjabarkannya. Berbagai musibah silh berganti bukti kerusakan alam dan moral manusia kezaliman terus menimpa rakyat negeri ini secara keseluruhan. Rakyat kecil semakin tersiksa dengan kebijakan-kebijakan penguasa yang semakin membuat rakyat semakin sulit untuk menjalani hidup. Pihak penguasa memang tampak berusaha keras meyakinkan bahwa 2022 bisa dilalui dengan aman-aman saja. Bahkan, sebagaimana biasa, setiap jelang pergantian tahun, kementerian dan lembaga merilis laporan prestasi kerja yang positif adanya.
Kantor Staf Kepresidenan (KSP), misalnya, sejak Oktober lalu sudah merilis Capaian Kinerja Pemerintah Tahun 2022. Laporan menyebutkan, pandemi sudah cukup berhasil dikendalikan. Sebanyak 400 juta vaksin sudah disuntikkan. Vaksin buatan Indonesia, Inavac sudah mendapat izin edar. Sertifikasi PeduliLindungi, bahkan sudah diakui Uni Eropa dan ASEAN.
Indonesia pun dipandang sudah siap menghadapi ancaman resesi global. Antara lain, karena sudah mengembangkan tanaman sorgum sebagai alternatif pangan seluas lahan 4.613 ha. Selain itu, porsi belanja pemerintah atas produk dalam negeri mencapai 40%, pertumbuhan ekonomi sudah di atas 5%, dan jumlah wisatawan meningkat drastis hingga 6.000%.
Adapun untuk pelaksanaan agenda prioritas, pemerintah mengeklaim tidak ada lagi proyek strategis nasional yang mangkrak. Penggunaan energi baru terbarukan sudah mencapai 12%. Laju deforestasi juga diklaim terus menurun sejak 2018, dan nilai ekosistem pembiayaan ekonomi hijau semester I mencapai Rp1.065 T.
Setali tiga uang, Badan Pusat Statistik (BPS) pun merilis data, di tengah perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi domestik, kinerja ekonomi Indonesia menguat pada triwulan III 2022.
Pertumbuhan ekonomi diklaim mencapai 5,72% (yoy). Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi sebesar 5,39% (yoy). Sedangkan kinerja investasi juga membaik dengan tumbuh sebesar 4,96% (yoy). Peningkatan ekspor terus berlanjut dengan pertumbuhan mencapai 21,64% (yoy). Selain itu, hampir seluruh Lapangan Usaha (LU) pada triwulan III 2022 disebut tumbuh positif.
Namun, angka tinggallah angka. Rakyatlah yang menjadi hakim sebenarnya. Mereka justru merasakan bahwa mimpi kesejahteraan makin menjauh saja. Bahkan, tidak bisa dinafikan, pada 2022 banyak peristiwa yang justru membuat rakyat tambah menderita dan jauh dari keberkahan.
Siapa pun tidak bisa menolak, kondisi ekonomi pascapandemi justru makin sulit adanya. Apalagi banyak kebijakan negara yang terus memperberat beban kehidupan mereka. Mulai soal kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok, kenaikan tarif PPN, pencabutan subsidi BBM, naiknya biaya asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan, biaya pendidikan tinggi yang naik dua kali lipat, kenaikan berkala harga listrik dan LPG, dan lain-lain. Hal ini ditambah berbagai kejadian bencana yang nyaris tidak ada putusnya.
Di bidang politik, penerapan sistem demokrasi pun makin menampakkan wajah buruknya. Meski pemilu 2024 masih jauh waktunya, tetapi berbagai intrik politik, termasuk politik pencitraan dan politik adu domba sudah mulai kental terasa, memecah kekuatan masyarakat demi hal yang tidak berguna.
Begitu pun perselingkuhan penguasa-pengusaha makin telanjang adanya. Banyak kebijakan diambil hanya demi memenuhi syahwat para pemilik modal. Terutama terkait proyek-proyek strategis nasional dan investasi yang semuanya bicara tentang cuan. Mirisnya, semua makin masif di bawah legalisasi UU zalim Omnibus Law dan aturan-aturan turunannya.
Pada saat yang bersamaan, kasus-kasus korupsi berjemaah pun terus mencuat ke permukaan. Sepanjang 2022, KPK setidaknya melakukan 10 operasi tangkap tangan (OTT) dengan jumlah uang yang sangat besar. Mirisnya, yang terlibat adalah lagi-lagi kalangan pejabat, pengusaha hingga aparat.
Begitu pun ribuan kasus hukum terjadi tanpa penyelesaian berarti. Mulai dari kasus narkoba, pembunuhan, pencurian, kekerasan, perdagangan orang, dan sebagainya. Tidak sedikit di antaranya melibatkan aparat penegak hukum pula. Yang fenomenal adalah kasus Ferdy Sambo yang pengadilannya bak drama telenovela.
Di bidang sosial, betapa banyak fakta yang menunjukkan penguasa gagal menjaga masyarakat, terutama generasi muda, agar tetap berada pada fitrah kebaikan. Maraknya kasus kekerasan seksual, termasuk di lembaga pendidikan; meluasnya dekadensi moral, termasuk komunitas seks menyimpang; keguncangan keluarga berujung perceraian; dan stres sosial berujung bunuh diri dan kegilaan juga turut melengkapi potret buram kehidupan rakyat sepanjang tahun 2022.
Ironisnya, negara alih-alih menjadi benteng penjaga generasi atau menjadi problem solver yang bisa diandalkan, banyak kebijakan negara yang justru memicu kerusakan, atau membiarkan kerusakan atas nama jaminan kebebasan. Seperti pengesahan UU TPKS dan KUHP yang melegalisasi kerusakan, kebijakan media yang super longgar, dan sebagainya.
Negara, bahkan turut masuk dalam desain perusakan dan pembajakan potensi generasi yang diinisiasi kekuatan kapitalisme global. Padahal target desain ini antara lain menjadikan generasi muda sebagai mesin pemutar roda ekonomi, sekaligus sebagai pasar potensial produk kapitalisme global. Ujung-ujungnya adalah mengukuhkan gurita penjajahan.
Hal ini tampak pada masifnya proses sekularisasi pendidikan, seperti melalui penerapan konsep kampus merdeka, pendidikan vokasional, pengarusan kesetaraan gender, pengarusan entrepreneurship milenial, kampus WCU, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya pengarusan masif proyek-proyek deradikalisasi dan moderasi Islam pesanan Barat yang membuat generasi umat ini kian kehilangan jati diri dan ketahanan ideologi Islam. Padahal ideologi Islam inilah bekal untuk melawan berbagai kemungkaran dan penjajahan, sekaligus menjadi rahasia kebangkitan umat pada masa depan.
Semua problematik ini sejatinya saling berkelindan, tetapi berakar pada satu sebab saja, yakni penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme neoliberal. Sistem ini memang menafikan peran Allah Swt., yakni penerapan syariat Islam dalam kehidupan hingga umat terjauhkan dari berkah, bahkan terus diterpa berbagai krisis dan dirundung berbagai bencana.
Hal ini sejalan dengan yang Allah firmankan,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf: 96)
Juga firman-Nya,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.'” (QS Thaha: 124-126)
Oleh karena itu, jika umat ingin kembali merasakan hidup bahagia, sejahtera, dan penuh berkah, satu-satunya cara adalah dengan mencampakkan sistem sekuler kapitalisme neoliberal yang jahiliah dan beralih menuju sistem Islam yang berasal dari wahyu Allah Swt.. Jadi, bukan sekadar mengganti orang karena kerusakan bukan sekadar ada pada orang, melainkan ada pada asas sistem yang diterapkan.
Sejarah menunjukkan, ketika umat hidup dalam naungan sistem Islam, kesejahteraan, persatuan hakiki, dan keberkahan terwujud dalam kadar yang tidak pernah ada bandingannya. Selama belasan abad, umat Islam mampu tampil sebagai umat terbaik, memimpin peradaban cemerlang, sekaligus menebar rahmat ke seluruh alam.
Inilah urgensi dakwah pemikiran yang dilakukan secara berjemaah sebagaimana yang Baginda Rasulullah saw. contohkan. Bukan dakwah fisik apalagi dengan kekerasan, juga bukan dakwah fardhiyah yang tidak jelas arah.
Dengan dakwah fikriyah dan jamaiyyah inilah, umat dipahamkan dengan akidah yang lurus, disertai pemahaman tentang konstruksi hukum-hukum Islam sebagai solusi kehidupan. Dengan demikian, akan tergambar pada diri umat bahwa tidak ada yang bisa membawa mereka pada kesejahteraan hakiki dan keberkahan hidup selain dengan menerapkan hukum-hukum Islam.
Pada akhirnya, kesadaran inilah yang kelak akan menggerakkan umat untuk bersama menuntut perubahan yang lebih besar dan lebih mendasar, yakni dengan menumbangkan sistem sekuler kapitalisme neoliberal yang kufur dan menggantinya dengan sistem Khilafah Islam. Sebagaimana dulu, dakwah fikriyah yang dilakukan Rasulullah saw. bersama para sahabatnya juga berbuah sama, yakni tumbangnya sistem kufur jahiliah dan tegaknya sistem politik Islam di Madinah al-Munawwarah yang dipenuhi dengan keberkahan. Wallaahualam bissawab.
Tags
Opini