Potret Buram Masyarakat dalam Sistem Kapitalis

 


Dewi Sartika

( Pemerhati Publik)


Beberapa hari yang lalu warga Kalideres digegerkan dengan penemuan mayat satu keluarga yang meninggal secara misterius. Teka-teki kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, masih menjadi misteri.


Sebelumnya sempat disebutkan bahwa penyebab kematian keluarga tersebut karena kelaparan. Namun, ketua RT 07 /15 perumahan Citra Garden tersebut Tjong Tjie Xian alias Asyung membantah hal tersebut, sebab jika dilihat dari bangunan rumahnya mereka tergolong keluarga mampu (Kumparannews, 13/11/2022).


Sementara itu pihak Kepolisian Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, kombes Hengky Haryadi mengatakan pihaknya masih mendalami penyebab kematian satu keluarga tersebut serta menunggu hasil dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik mengenai sebab-sebab kematiannya secara akurat.


Ada apa sebenarnya dengan masyarakat dalam sistem hari ini? di mana dalam satu kompleks ada tetangga yang meninggal sampai tiga minggu baru diketahui setelah tercium bau busuk yang menyengat. Satu keluarga yang meninggal misterius tersebut disinyalir telah menetap di kompleks itu selama 20 tahun lebih. Namun, mereka tertutup dengan warga yang lain, bahkan dengan sanak saudara. Kejadian ini sangatlah miris, karena sudah menjadi rahasia umum pola bertetangga dalam sistem kapitalis adalah hubungan yang cenderung individualistik, cuek dengan sesama tetangga, minim kepedulian dan hubungan sosial, serta sibuk mengurusi urusan diri masing-masing.


Pola hidup individualistik ini dipengaruhi oleh cara pandang hidup kapitalis sekuler yang rusak, yang tidak patut dijadikan sebuah aturan untuk mengatur sebuah negara. Sebab sistem sekularisme menjadikan aturan agama dikesampingkan dalam kehidupan masyarakat. 


Kapitalis ini memandang bahwa masyarakat adalah terdiri dari individu-individu semata, jika urusan para individu selesai maka masyarakat akan sejahtera. Sehingga perhatian masyarakat saat ini hanya fokus pada kepentingan individu semata, dan mengabaikan urusan orang lain.

 Padahal tetangga adalah orang terdekat bagi kita, merekalah yang akan menjadi Garda terdepan ketika kita tertimpa masalah atau musibah.


Kejadian tewasnya satu keluarga di Perumahan Citra Garden adalah potret buruk masyarakat dalam sistem kapitalis kehidupan yang jauh dari aturan agama. Sehingga membentuk masyarakat yang hanya mengedepankan kenyamanan diri sendiri dan urusan sendiri. Ini juga menggambarkan bahwa peran negara dalam sistem kapitalis dalam meriah masyarakatnya, serta kepedulian terhadap rakyatnya begitu lemah, sebab, negara bekerja adalah untuk individu. 


Aturan yang diterapkan oleh negara mengenai pembangunan infrastruktur pembangunan rumah yang cenderung eksklusif semakin mengikis hubungan dan nilai dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Konsep bertangga yang ditawarkan oleh sistem kapitalis akan membawa bencana karena masyarakat tidak saling peduli dengan sesamanya.


Kejadian seperti ini tidak akan terjadi  jika hubungan dalam masyarakat dipandang dengan perspektif Islam. Islam bukan hanya sekadar dijadikan sebagai agama semata, namun Islam dijadikan sebagai landasan hukum bermasyarakat dan bernegara.


 Dalam Islam perkara bertetangga dan bermasyarakat diatur bukan hanya sekadar interaksi sosial semata, di mana manusia berkumpul dan saling berinteraksi dengan yang lainnya. Jika dalam sistem kapitalis yang memandang bahwa masyarakat adalah terdiri dari individu-individu, maka berbeda dengan pandangan Islam.


Islam memandang bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia. Pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama. Karenanya, dalam suatu masyarakat harus memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama dan terikat dengan hukum syara.


Konsep bertetangga dalam Islam juga telah  dicontohkan oleh Rasulullah yang terdapat dalam kitab jam'ili Ahkam oleh Imam Al qurthubi menjelaskan konsep bertetangga dalam Islam, dalam sebuah riwayat bahwa Muadz Bin Jabal pernah berkata:

"Wahai Rasulullah apa hak tetangga itu? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab jika ia berutang kepadamu maka berilah dirinya hutang, jika minta bantuan bantulah ia, jika membutuhkan sesuatu maka berilah dia, jika ia sakit maka jenguk lah, jika ia wafat maka selenggarakan lah jenazahnya, jika mendapatkan kebaikan maka bergembiralah, jika ia ditimpa musibah maka turut lah sedih dan berduka, janganlah engkau menyakitinya dengan api Periuk mu (maksudnya jika anda memasak jangan sampai tercium baunya oleh Tetangga memberikan sebagian kepadanya). Janganlah engkau mempertinggi dan menghalangi masuknya angin kecuali dapat izin darinya, jika engkau membeli buah-buahan berilah sebagian buah itu kepadanya, apakah kalian memahami apa yang aku katakan kepada kalian bahwa hak tetangga tidak akan ditunaikan kecuali oleh sedikit orang yang dikasihi oleh Allah."


Selain dari hadis di atas ada beberapa adab bertetangga yang harus kita terapkan dalam kehidupan.

Pertama, berbuat baik kepada tetangga, dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana seperti memberi makanan, membantu ketika kesusahan, karena hal ini akan semakin mempererat tali silaturahmi


Kedua, memuliakan dan menghormati tetangga, yaitu dengan memperalakukan tetangga dengan sebaik mungkin, dalam dunia nyata bisa kita lakukan dengan bersikap baik, berbicara sopan, tidak merendahkan tetangga.


Ketiga, menanyakan kabar mereka dan saling mengunjungi. Hal ini dapat meningkatkan kualitas kekeluargaan di antara sesama tetangga.


Jika hadis dan konsep bertetangga dipahami oleh masyarakat dalam kehidupan sebagai syariat yang harus jalankankan. Maka, kejadian di Kalideres tidak akan dan tidak akan terulang. karena, mereka memahami  hak dan kewajiban bertetangga.


Hal ini juga didukung oleh peran negara yang menerapakan aturan yang mampu membina masyarakat dengan ketakwaan kepada Allah, serta membuang gaya hidup individualistik.


Wallahu a'lam bishawwab 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak