Oleh : Lilik Yani
Pesta pernikahan adalah momentum bersyukur atas karunia Allah. Perlukah dijaga ribuan personel untuk mengamankan? Sedemikian gawatkah kondisi negeri ini hingga pesta pernikahan harus mengerahkan ribuan aparat ditambah anjing pelacak?
Dilansir dari Okenews, Aparat kemananan mengerahkan ribuan personel untuk mengawal pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono. Acara diadakan di Kota Solo dan Yogyakarta pada Sabtu-Minggu atau 10-11 Desember 2022.
Berikut sejumlah fakta tentang pengamanan pernikahan Kaesang-Erina:
1. Ribuan Personel Dikerahkan
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II/Marsdya TNI Andyawan Martono, bersama Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Widi Prasetijono dan Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi, melakukan cek kesiapan pernikahan.
Peningkatan pengamanan dilakukan dengan menerjunkan sekitar 10.800 personel gabungan TNI-Polri yang tersebar di Kota Solo dan Yogyakarta, dalam pengamanan pernikahan putra bungsu Presiden Jokowi. Sebanyak 10.800 personel gabungan dari unsur TNI dan Polri diterjunkan untuk melakukan pengamanan jalannya acara," kata Pangkobwilhan II Marsdya TNI Andyawan Martono, Kamis (8/12/2022).
Sementara itu, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi menekan peningkatan keamanan sudah dilaksanakan, bahkan adanya antisipasi penebalan personel di beberapa titik pengaman.
"Beberapa titik juga dilakukan penebalan pengamanan untuk memastikan acara berjalan aman dan lancar," ujarnya.
2. Anjing K-9 Dilibatkan
Polda Jateng mengerahkan 11 ekor anjing ras jenis belgian malitnoise dan golden retriever dalam dalam pengamanan tasyakuran pernikahan Kaesang - Erina di Solo. Hewan-hewan ini dikerahkan untuk melaksanakan tugas sterilisasi dan deteksi bahan peledak selama prosesi tasyakuran berlangsung.
Kasubsatgas Satwa pengamanan kegiatan, Kompol Tourakhman, mengatakan anjing-anjing berkualifikasi pelacak itu didatangkan Ditsamapta Polda Jateng dan delapan polres jajaran.
"Di samping dari K-9 Ditsamapta Polda, satwa yang dilibatkan berasal dari sejumlah Polres seperti polres Kendal, Polresta Surakarta serta beberapa Polres di wilayah Soloraya," kata Tourakhman, Kamis (8/12/2022)
Anjing-anjing tersebut, sangat terlatih dan akan ditempatkan di tiga titik strategis yaitu tempat start kirab di Loji Gandrung, sepanjang rute kirab dan lokasi tasyakuran di Pura Mangkunegaran.
Pernikahan Mewah di atas Derita Gempa
Pesta pernikahan yang sangat mewah yang diadakan pemimpin negeri ini. Betapa tidak mewah, karena harus mengerahkan ribuan aparat keamanan bahkan anjing pelacak.
Ada sesuatu yang dikhawatirkan terjadi hingga perlu keamanan segala lini. Khawatir ada orang iri yang menyelundup masuk membawa bom atau senjata berapi. Mengapa hal itu sampai terjadi?
Tak adakah hati nurani di mana tak jauh dari tempat acara ada derita korban pasca gempa Cianjur menangis kelaparan, kedinginan di tenda pengungsian? Mengapa aparat keamanan itu tak ditugaskan sebagian untuk membantu recovery rumah masyarakat yang rusak, agar rakyat bisa segera kembali ke rumah masing-masing?
Miris melihat kenyataan betapa ketidakadilan terpampang di depan mata. Okelah pernikahan mewah, tapi seharusnya mengalihkan tugas aparat keamanan yang dibayar untuk menjaga negeri dari serangan musuh. Namun dialihkan untuk kepentingan personel meski itu pemimpin negeri.
Jikalau perlu penjaga keamanan, perlukan hingga menembus angka puluhan ribu? Siapa yang membayar coba? Sementara banyak daerah bencana belum usai recovery, mengapa tak dikirim ke sana saja biar masyarakat bernafas lega tak terkungkung di pengungsian yang pengap, lembab, kedinginan jika di malam hari.
Jika aparat keamanan dibayar negara, seharusnya dipergunakan untuk membantu masyarakat bukan kepentingan personel. Tak takutkah jika doa-doa rakyat yang terzalimi tersebut menembus langit?
Bagaimana Pemimpin Islam Menanggapi Masalah Ini?
Islam dengan segala aturannya akan mengutamakan kepentingan rakyat daripada pribadi atau golongan.
Tasyakuran pernikahan tak ada larangan jika tak berlebihan, yang diundang bukan golongan tertentu saja. Bentuk syukur itu seyogyanya dinikmati rakyat tanpa pandang bulu.
Jika pesta pernikahan itu teramat mewah hingga mengerahkan puluhan ribu aparat, bukankah itu sangat tidak tepat? Seolah menunjukkan negeri ini sangat rawan sehingga perlu dijaga di seluruh lini, bahkan didatangkan anjing pelacak khawatir ada tamu membawa bom.
Sementara daerah tak jauh dari tempat perhelatan itu ada bencana alam yang menewaskan lebih 300 nyawa dan merusak bangunan juga rumah penduduk. Sampai sekarang masih banyak di pengungsian.
Apakah hal tersebut tidak menzalimi rakyat? Bukankah lebih baik puluhan ribu aparat itu sebagian dikerahkan untuk membantu recovery bencana? Di mana hati nuraninya? Bisakah makan enak sementara rakyatnya menangis kelaparan di tenda pengungsian?
Teringat Khalifah Umar yang tak akan tega makan enak ketika rakyatnya terkena bencana paceklik. Lebih baik kasihkan saja makanan enak itu untuk rakyat yang menderita.
Selain itu masalah penggunaan fasilitas negara. Khalifah Umar bin Abdul Aziz ketika didatangi puteranya segera mematikan lampu. Mengapa demikian? Karena begitu wara nya beliau. Pembicaraan dengan anak adalah kepentingan pribadi atau keluarga. Jadi tak boleh menggunakan fasilitas negara. Allahu Akbar.
Itu hanya lampu penerang? Bagaimana kalau fasilitas kendaraan, aparat keamanan, para menteri yang pastinya punya tugas negara juga beberapa dialihkan membantu kesuksesan pesta pernikahan?
Sungguh miris dan membuat geram. Ketidakadilan tampak jelas di depan mata. Haruskah kondisi seperti ini dipertahankan? Masihkah kuat bertahan dalam sistem kapitalis yang mengutamakan materi dan menghilangkan hati nurani?
Sudah saatnya kembali pada aturan Islam dimana sangat mengutamakan kebutuhan rakyat daripada diri dan golongan?
Masihkah kuat bertahan dengan kondisi sekarang? Sudah tak ada tawar menawar lagi, saatnya kembali pada aturan Islam untuk diterapkan di seluruh lini kehidupan.
Wallahu a'lam bishshawwab
Surabaya, 14 Desember 2022
Tags
Opini