Pesimis, Dalam Sistem Kapitalis Terwujud Generasi Hebat Bebas HIV AIDS






Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan laporan bahwa sebanyak 1.188 anak Indonesia positif HIV di 2022. Data diperoleh selama periode Januari-Juni 2022. (www.republika.co.id, 03/11/2022)

Dari laporan IDAI tersebut, kelompok usia 15-19 tahun yang dikategorikan sebagai remaja menjadi kelompok paling banyak terinfeksi HIV. Sebanyak 741 remaja atau 3,3 persen terinfeksi HIV. Lalu, bayi berusia di bawah 4 tahun pun kasusnya banyak. Sebanyak 274 kasus HIV ditemukan pada kelompok umur tersebut. Selanjutnya, untuk kelompok usia 5-14 tahun ditemukan 173 kasus HIV.

Sebelumnya, Ketua Satgas HIV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Endah Citraresmi mengungkapkan lebih dari 90 persen kasus HIV-AIDS pada anak disebabkan oleh penularan vertikal dari ibu. Selain penularan dari ibu ke anak, sambung Endah, penularan HIV pada remaja juga menjadi perhatian khusus.

Sungguh tingginya infeksi HIV pada remaja menjadi alarm rusaknya generasi dan peradaban manusia. Dan fakta tentang banyaknya remaja yang tertular infeksi HIV karena penggunaan narkoba jarum suntik dan seks bebas, terutama dengan sesama jenis, adalah kesedihan yang tak bisa dibendung. Kekhawatiran akan bahaya pembiaran komunitas penyuka sesama jenis telah terbukti secara nyata. Penelitian juga menunjukkan bahaya penularan infeksi yang mungkin terjadi di antara para pelaku sesama jenis.

Hal ini juga diperkuat dari laporan Centre for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat yang melaporkan bahwa lelaki seks lelaki (LSL) mungkin berada pada peningkatan risiko infeksi HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya karena jaringan seksual, faktor perilaku, atau biologis mereka, termasuk jumlah pasangan bersamaan, seks tanpa kondom, seks anal, atau penggunaan narkoba.

Dan faktor-faktor ini, bersama dengan jaringan seksual atau prevalensi penyakit komunitas yang lebih tinggi, dapat meningkatkan risiko IMS di antara LSL dibandingkan dengan kelompok lain. Dan yang lebih perlu untuk digarisbawahi adalah, bahwa kasus HIV AIDS ini hanyalah satu dari sekian banyak kerusakan generasi yang terjadi saat ini. Semua ini adalah buah dari sistem kapitalis sekuler, yang hanya mengejar materi dalam seluruh aktivitasnya, termasuk bidang Pendidikan.

Sungguh Islam datang sebagai sistem kehidupan (way of life) untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Islam memiliki konsep dan metode untuk mewujudkan seluruh konsep tersebut. Dengannya, Islam mampu mewujudkan peradaban agung yang memanusiakan manusia.

Islam membangun manusia terlebih dahulu sebelum Islam membangun bangunan fisik yang bersifat materi. Dalam sistem pendidikan Islam, akidah Islam menjadi asasnya. Tujuan pendidikan adalah mencetak generasi berkepribadian islami (syakhshiyyah islamiyyah) dengan pola pikir dan pola sikap yang dibimbing oleh akidah Islam. Kebahagiaan hidup bagi generasi adalah rida Allah Swt., bukan kadar materi yang berhasil dikumpulkan.

Adapun kurikulum pendidikan Islam, didesain untuk menghasilkan pribadi-pribadi unggul yang berakidah Islam, matang tsaqafah Islam, pakar serta ahli dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan mengusai teknologi. 

Pendidikan dalam sistem Islam mencetak generasi unggul berkarakter pemimpin dalam jumlah massal. Keberadaan mereka di tengah masyarakat menjadi penyejuk pandangan mata (qurrota a’yun) sebagai sosok leader dan problem solver, bukan trouble maker.

Sungguh tidak mengherankan apabila sejarah peradaban Islam terbentang dalam kurun waktu yang sangat panjang, yakni selama 1.300 tahun. Sejarah penerapan syariat kafah dalam naungan Khilafah inilah bukti keagungan sistem Islam. Dan dalam kurun waktu yang sekian Panjang, kita dapati pemuda Islam yang penuh prestasi. Sebut saja Mushab bin Umair, duta Islam pertama yang sukses mendakwahkan Islam di Madinah sehingga tidak ada satu rumah pun yang tidak memeluk Islam.

Ada juga Ali bin Abi Thalib sebagai pintunya ilmu; Usamah bin Zaid, panglima perang termuda pilihan Rasulullah saw.; juga Muhammad al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usia yang masih sangat muda, dengan perencanaan dan strategi yang gemilang. Ada juga Shalahuddin al-Ayyubi yang merebut Yerusalem kembali ke pangkuan kaum muslim setelah 88 tahun dikuasai Pasukan Salib. Juga Muhammad Idris asy-Syafi’i (lebih kita kenal dengan nama Imam Syafi’i) yang hafal Al-Qur’an pada usia 9 tahun, hafal kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik yang berisi 1.720 hadis, dan menjadi Mufti Makkah pada usia 15 tahun. Masyaallah!

Sungguh, generasi hebat hanya akan lahir dari rahim sistem Islam. Di bawah naungan Khilafah, akan hadir generasi yang produktif berkarya untuk umat dan hatinya senantiasa bertaut kepada Rabb-nya. Baginya, dunia adalah ladang amal untuk meraih kemuliaan di akhirat di dalam surga Firdaus-Nya kelak. Wallahualam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak