Pernikahan Mewah di Tengah Rakyat Hidup Susah



Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor) 


Pernikahan merupakan moment spesial yang resepsinya banyak disalahartikan oleh beberapa orang karena identik dengan kemewahan. 

Seperti dlansir dari Tribunnews.com (6 Desember 2022), Sejumlah menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampak sibuk mengurusi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono yang digelar, Sabtu (10/12/2022). 

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, Mardani Ali Sera mengatakan sebagai menteri tak jadi soal ketika membantu presiden.
“Bantuin bos boleh saja,” kata Mardani saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (6/12/2022).
Namun, Mardani menegaskan akan menjadi pertanyaan publik bila waktu dan perhatian para menteri terfokus ke acara tersebut. ”Tapi jadi pertanyaan publik jika alokasi waktu dan perhatiannya nampak kebanyakan. Jadi kayak kerajaan,” ujarnya.

Dua hari menjelang pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, yaitu Kaesang Pangarep, dengan Erina Gudono, jumlah petugas pengamanan bertambah menjadi 11.800 personel. Pasukan TNI-Polri tampak disiapkan di segala sisi Kota Surakarta, terutama di sekitar Rumah Dinas Wali Kota Surakarta, rumah kediaman Presiden di Sumber, Jalan Slamet Riyadi, dan juga Puro Mangkunegaran. Kompas.id ( 8 Desember 2022) 

Pernikahan mewah di tengah penderitaan rakyat (korban gempa, stunting tinggi, PHK di mana-mana dll) rasanya tidak sepatutnya terjadi, apalagi ketika melibatkan berbagai fasilitas negara.

Berbeda dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang bahkan mematikan lampu minyak hanya karena yang dibicarakan putranya adalah urusan pribadi. 
Sistem yang ada sekarang menjadikan sesuatu yang tidak semestinya menjadi lumrah. 

Padahal dalam sistem Islam resepsi yang berlebihan akan melahirkan dosa dan maksiat, seperti mempertontonkan aurat, menampilkan kesenian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan menjadikan pesta pernikahan sebagai ajang memamerkan kekayaan, sehingga menjadikan orang miskin iri dan dengki sangatlah dilarang. 
Apalagi menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. 

Seperti Sabda Nabi Rasulullah SAW : 
"Siapa saja yang kami (negara) beri tugas untuk melakukan suatu pekerjaan dan kepadanya telah kami berikan rezeki (upah/gaji), maka apa yang diambil olehnya selain dari (upah/gaji) itu adalah ghulûl (kecurangan)." (HR Abu Dawud).

Wallahu a’lam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak