Oleh: Siti Julianti, S.Si
(Aktivis Dakwah)
Sejumlah bencana alam dilaporkan menerjang wilayah Indonesia pada awal Desember 2022. Bencana alam yang terjadi tersebut beragam, mulai dari gempa bumi, puting beliung hingga erupsi sejumlah gunung berapi. Meski tidak sebanyak korban jiwa gempa Cianjur pada November 2022, bencana alam pada awal Desember ini juga mengakibatkan setidaknya ribuan orang harus mengungsi. (Kompas.com)
Bencana alam seperti gempa bumi, banjir,kebakaran hutan,angin topan,hujan lebat maupun cuaca panas terik yang sangat menyengat dan dingin yang sangat menggigil, semuanya merupakan sunnatullah di alam (sunnatullah fil kaun) dan karakteristik yang diciptakan Allah SWT tanpa campur tangan manusia. Bencana tersebut menimpa kaum muslim maupun nonmuslim, orang yang bertakwa maupun yang banyak bermaksyiat.
Bencana, selain sebagai fenomena alam, juga sebagai bahanmuhasabah. Musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT sebagaimana ffirman-Nya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk“(QS. Al Baqarah 155-157).
Seorang muslim yakin bahwa segala bencana yang menimpa manusia, baik yang terjadi sebagai sunnatullah yang tidak mungkin dia kuasa melawannya maupun berkaitan dengan sebab akibat, semuanya merupakan taqdir Allah SWT yang harus diimani dan diterima dengan sikap ridla terhadap kehendak-Nya disertai sikap sabar yang akan menumbuhkan optimisme hidup sebagaimana disebut dalam QS. Al Baqarah 155-157 di atas.
Kaum muslim yang melihat saudara-saudara mereka tertimpa bencana alam, sudah semestinya ikut prihatin dan memberikan bantuan baik moril maupun materil sebagai sebuah perwujudan ukhuwwah Islamiyah. Rasulullah saw. bersabda:“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang bagaiakan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam. (HR. Muslim).
Namun kemudian, apabila bencana alam itu sifatnya meluas, maka peranan negara sebagai pemelihara urusan umat haruslah dominan. Sebab, negaralah yang menguasai pengelolaan kekayaan milik umum yang diperuntukkan bagi masyarakat. Dalam kitab Al Amwaal fi Daulatil karangan Syaikh Abdul Qadim Zallum, menyebut bahwa di Baitul Mal negara terdapat satu biro yang disebut Diwan At Thawari’yang tugasnya mengurus masalah bencana yang menimpa kaum muslimin seperti gempa bumi, angin topan dan kelaparan.
Pembelanjaan atas bencana alam ini dibiayai dari pendapatan Baitul Mal lewat Diwan Al Fai’i wal Kharaj dan pendapatan dari Diwan Milkiyyah al ‘amah. Jika dana di dua biro tersebut tidak ada, diambilkan dari harta kaum muslimin. Oleh karena itu, seperti terjadi di dunia kapitalis,sungguh tidak tepat jika dana bantuan langsung diminta kepada masyarakat sementara negara berlepas tangan, apalagi lembaga yang mengurus masalah-masalah sosial malah dihapuskan.
Kini jelaslah bahwa gempa, banjir, dan bencana alam lainnya merupakan takdir Allah yang harus diimani sekaligus ujian yang harus dihadapi dengan sabar.Oleh karena itu, bencana harus senantiasa diwaspadai dan direnungkan demi masa depan umat manusia, yakni adanya hari akhirat dengan nikmat dan siksanya yang jauh lebih dahsyat dan abadi. Wallahu’alam.
Tags
Opini