Ironis, bersenang-senang di atas derita rakyat. Bencana gempa Cianjur belum usai evakuasi. Gempa susulan terus berulang hingga ratusan kali. Akankah bahagia di atas goncangan gempa yang bertubi-tubi?
Dilansir CNN Indonesia - Acara Nusantara Bersatu yang digelar Relawan Jokowi menyisakan sampah berserakan yang mengotori Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (26/11).
Silaturahmi nasional dengan tema "Nusantara Bersatu" digelar oleh gabungan Relawan Jokowi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Rombongan warga dari berbagai latar belakang dan daerah memadati area GBK, mulai dari kelompok ibu-ibu, anak muda hingga para santri.
Dalam acara tersebut Presiden Jokowi memaparkan sejumlah pencapaiannya selama memerintah, terutama di bidang infrastruktur. Selain itu juga menjabarkan sejumlah catatan yang dia anggap penting untuk dicermati oleh relawan terkait sosok dan kriteria calon presiden 2024.
Sungguh sangat disayangkan adanya pertemuan relawan di tengah bencana gempa Cianjur yang hingga saat ini masih membutuhkan pertolongan dan bantuan. Pertemuan besar tersebut tentunya menghabiskan biaya besar. Apalagi di tengah suasana politik menjelang pemilu 2024, akan ‘rawan’ untuk ditunggangi kepentingan ‘pribadi’ dalam hal jabatan atau kekuasaan.
Kondisi Pasca Gempa Cianjur Perlu Bantuan Recovery
Korban meninggal dunia akibat gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, bertambah menjadi 318 orang pada Sabtu (26/11), pukul 17.00 WIB.
Hal itu disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam konferensi pers di pusat posko bencana, Kantor Bupati Cianjur.
Pada Kamis (24/11), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menambahkan kerusakan rumah warga terparah yang berada di atas titik epicenter dan dengan konstruksi buruk. Pembangunan kembali rumah warga “masih dapat dilakukan di lokasi yang sama”, dengan dua syarat: konstruksi tahan gempa dan jarak hingga 100 meter radius dari titik pusat gempa.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo kembali mengunjungi lokasi terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat. Dia ingin memastikan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan dengan baik, juga pencarian dan penyelamatan korban hilang menjadi prioritas hari ini, Kamis (24/11)
Ini merupakan kali kedua Presiden Jokowi berkunjung ke lokasi bencana di Cianjur. Kunjungan pertamanya dilakukan pada Selasa (22/11), sehari setelah gempa magnitudo 5,6 mengguncang wilayah itu. Selain memantau proses evakuasi, Jokowi juga ingin memastikan bantuan logistik di lapangan, seperti makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya, terdistribusi dengan baik. Pasalnya, dia masih menerima keluhan dari warga.
"Tadi ada juga keluhan air, karena memang ini titiknya banyak sehingga butuh waktu untuk mendistribusikan. Saya ingin pastikan itu semuanya segera terdistribusi," kata Jokowi.
Titik pengungsian yang terlalu banyak dan medan di daerah pegunungan, dikatakan Jokowi, membuat distribusi logistik sulit dilakukan. Oleh sebab itu, sejak Selasa lalu, dia memerintahkan penggunaan helikopter untuk menjangkau wilayah-wilayah tersebut.
Korban Gempa Cianjur Sangat Membutuhkan Bantuan
Jika mengetahui betapa urgen-nya kondisi pasca gempa Cianjur untuk segera dibantu. Mengapa tidak fokus recovery gempa dibanding pertemuan relawan yang seyogyanya bisa ditunda?
Pertemuan relawan untuk membahas pemilu 2024 masih jauh sekali, sementara nyawa korban gempa yang belum dievakuasi sangat urgent untuk mendapat perhatian pimpinan negeri.
Bantuan kebutuhan pokok, makanan minuman, tempat tinggal sangat mendesak. Ribuan pengungsi di banyak titik, bisa dibayangkan betapa sedihnya mengalami kondisi seperti itu. Belum lagi recovery mental, termasuk anak-anak. Bukankah seharusnya kebutuhan utama rakyat yang harus didahulukan?
Bagaimana Islam Memandang Korban Bencana Alam?
Pemimpin Islam akan mengutamakan nyawa umat dibanding kebutuhan lainnya. Kebutuhan vital makanan dan minuman, pakaian akan diprioritaskan.
Pemimpin Islam, contohnya Umar bin Khaththab ketika terjadi paceklik di Madinah, umat dari berbagai negeri datang minta bantuan. Sayyidina Umar memerintahkan para sahabatnya untuk menyiapkan tungku-tungku di berbagai titik untuk menyiapkan makanan.
Dana diambil dari Baitul mal, jika kehabisan akan diambil dari pajak-pajak orang kaya. Ketika menunggu pajak itu lama, maka pemimpin akan berhutang demi umatnya bisa makan dan tidak kelaparan. Jadi hutang untuk memenuhi kebutuhan darurat saja.
Bagaimana sang pemimpin sendiri? Beliau akan menahan dirinya untuk tidak makan enak karena begitu prihatin dengan nasib rakyatnya. Jatah makan enaknya akan diberikan buat dibagikan untuk rakyat.
Wallahu a'lam bish shawwab
Surabaya, 3 Desember 2022
Tags
Opini