Oleh : Bunda Hanif
Pada masa khilafah, generasi muda menjalani hidupnya dengan bahagia. Mereka sangat jauh dari kehidupan yang hura-hura, tidak hedonis, tidak mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan sejenisnya. Saat mereka mempunyai masalah, mereka sangat yakin bahwa itu semua merupakan qada dan qadarnya Allah. Sehingga mereka menjalani hidupnya dengan penuh tawakkal dan tidak mengalami mental illness (gangguan mental).
Remaja merupakan sosok yang rentan terhadap stress. Karenanya perlu dukungan dari keluarga, selalu mendampingi mereka menjalani kehidupannya. Peran negara juga tidak kalah penting. Pada masa khilafah, negara melakukan berbagai upaya dalam menjaga kesehatan mental generasi muda.
Yang pertama, negara menyerukan setiap keluarga muslim menjalankan fungsinya sebagai madrasah/sekolah pertama bagi anak-anaknya. Setiap anak terlahir suci, dan orang tuanya lah yang membentuknya. Pada usia emas atau yang kita sebut golden age orang tua dapat membentuk anak-anaknya dengan menanamkan aqidah. Mereka dapat diajarkan menghafal Alquran, hadits, dan dibiasakan untuk mengerjakan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, infak bahkan berjihad.
Kedua, negara akan mengontrol kehidupan masyarakatnya agar jauh dari kemaksiatan, seperti minum-minuman keras, pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, perzinaan dan lain-lain. Jika ada yang melanggar, negara akan menerapkan sanksi yang cukup tegas. Dengan demikian, generasi muda akan terjaga dari segala bentuk kemaksiatan.
Ketiga, menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan amar makruf nahi munkar. Masyarakat akan saling mengingatkan satu sama lain dalam hal ketaatan dan berani dalam mencegah kemaksiatan. Sikap tolong menolong dan saling menyayangi di antara mereka terbentuk dengan adanya sistem pendidikan Islam. Sistem Pendidikan Islam lah yang dapat melahirkan generasi unggul, tidak hanya unggul dalam ilmu-ilmu Islam tetapi juga unggul dalam sains dan teknologi.
Generasi muda dalam naungan khilafah sangatlah produktif. Hari-hari mereka disibukkan dengan ketaatan yang pada akhirnya bisa menghasilkan banyak karya yang bermanfaat bagi umat. Tidak heran banyak di antara mereka yang sudah menjadi ilmuwan dan peneliti pada usia muda.
Sungguh berbeda dengan generasi muda saat ini. Mereka disibukkan dengan hal-hal duniawi. Kehidupan yang serba bebas dan hedonis melahirkan generasi yang lemah secara mental. Jangankan berpikir tentang masa depan umat, masa depan sendiri pun tidak terpikirkan.
Usia muda dan tubuh kuat seharusnya bisa melahirkan karya-karya hebat, namun nyatanya yang mereka hasilkan adalah sesuatu yang tidak bermanfaat. Mereka hanya berkarya jika bisa menghasilkan materi dengan jumlah banyak atau demi untuk menjadi terkenal.
Belum lagi perilaku mereka yang kita jumpai setiap hari. Mulai dari pergaulan bebas, narkoba, minuman keras dan kemaksiatan lainnya, pelakunya didominasi oleh remaja. Ironi memang, tapi itulah kenyataan yang ada di depan mata. Mereka yang seharusnya menjadi harapan umat, justru rusak dan tidak bermanfaat bagi umat. Padahal masa depan umat bisa kita lihat pada generasi hari ini.
Remaja yang seharusnya paham dengan tujuan hidupnya, yang terjadi justru sebaliknya. Bahkan mereka tidak mengenal jati dirinya. Sehingga wajar saja jika yang mereka lakukan melanggar syariat. Masalah yang mereka hadapi tidak bisa mereka cari solusinya, sehingga banyak remaja yang mengalami gangguan mental. Padahal jika mereka berbuat sesuai syariat, dan mereka yakin terhadap qada dan qadarnya Allah, mereka akan menjadi pribadi yang kuat.
Demikianlah gambaran generasi muda saat ini dan pada masa khilafah. Sungguh jauh berbeda. Sistem Islamlah satu-satunya solusi terhadap semua permasalahan, khususnya permasalahan generasi. Masihkah kita ragu dengan sistem Islam yang bersumber dari Allah Swt?
Wallahu ‘alam bisshowab