Membudayakan Baca Alquran Butuh Kesadaran Berislam



Oleh: Liza khairina



Petunjuk apapun itu, harapannya pasti dapat terealisasikan. Bukan dibaca berulang-ulang kemudian diabaikan. Jika ternyata begitu keadaannya, hanya akan menambah kegelisahan dengan aneka problematika kehidupan yang tidak kunjung ada jawaban. Apalagi hal terkait petunjuk kehidupan manusia yang kompleks dengan perangkat naluri, akal dan kebutuhan fisiknya. Tentu harus benar-benar "seriusly" diperhatikan, dikaji, diserukan agar diamalkan bersama sebagai solusi segala persoalan kehidupan. Allah swt menciptakan manusia tidak sekedar membentuk, kemudian dibiarkan berjalan sendiri. Tetapi Allah swt sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan petunjuk teknisnya dalam kitab suci Alquran dengan terutusnya Muhammad saw sebagai contoh terbaik bagi manusia seluruhnya. Kitab Alquran diturunkan Allah swt sebagai pengingat, pembeda, penjelasan, petunjuk bagi manusia agar tidak kehilangan arah dalam menjalani kehidupannya.

Bertalian dengan fungsi Alquran ini, Polres Bangkalan melakukan pembinaan dengan sasaran remaja Milenial dan anak usia dini, dalam rangka mencegah wabah Gangster yang marak beberapa waktu terakhir di Surabaya. Harapannya, mereka terhindar dari kenakalan remaja, penyalahgunaan Narkoba dan kecanduan Game online. Program yang dilakukan adalah membangkitkan kembali budaya luhur mengaji Alquran selepas shalat Maghrib dan yasinan setiap malam Jumat. Setelah itu diberikan pembinaan tentang dampak buruk penyalahgunaan Narkoba dan dampak buruk perilaku negatif, kenakalan remaja seperti yang terjadi di Surabaya (Madura.tribunnews.com, Jumat, 9 desember 2022).

Program baik ini tentu tidak sekedar inspirasi belaka, tapi muncul dari keyakinan yang kuat akan kehebatan Alquran sebagai kitab suci yang menjadi petunjuk bagi apapun persoalan manusia. Termasuk kenakalan remaja yang akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan para orang tua, pendidik dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Alquran dipandang sebagai solusi bagi persoalan pemuda. Aktivitas membaca Alquran sebagaimana generasi dulu melakoninya dari sejak masuk Maghrib sampai waktu Isya' di langgaran/mushalla, diprediksi dapat membentengi remaja (anak usia SD kelas 5-6 sampai remaja SMP dan SMA). Membentengi mereka dari melakukan aktivitas di luar rumah dengan trek-trekan dan bergadang dengan ponsel yang senantiasa melekat di tangannya.

Hal ini harus diapresiasi sebagai kemajuan berpikir dan perlu disupport sebagai upaya menyelamatkan dunia remaja dari aktivitas sia-sia. Namun, aktivitas pembiasaan membaca Alquran tidak bisa berdiri sendiri sebagaimana orang-orang dulu melakukannya. Butuh sinergi dari semua pihak. Baik orang tua, sesepuh masyarakat, tokoh-tokoh agama, lebih-lebih pemelihara keamanan yakni kepolisian. Pihak berwajib harus bergerilya pada waktu-waktu senja menyisir setiap sudut kota dan perkampungan agar tidak ada remaja satupun yang melakukan aktivitas di luar rumah. Kemudian menggiring mereka memasuki masjid dan mushalla guna tercapainya program bersama ini. Sebab, kondisi kesadaran masyarakat generasi dulu berbeda dengan generas hari ini yang semuanya sudah digitalisasi.

Program baik yang diyakini ini tentu akan menjadi lebih sempurna apabila membawa Alquran pada dunia remaja kita seutuhnya, tidak hanya sekedar dibaca, melainkan sekaligus dipahami isinya guna memperkuat kepribadian kepemudaannya. Agar pemuda milenial yang masih kebingunan identifikasi itu tidak hanya melakukan aktivitas baik sebab aturan yang berlaku di masyarakat. Tapi sebagai tanggung jawab mukmin yang harus terikat dengan Alquran, serta standar syariah pada semua sisi kehidupan. Kekhawatiran akan dampak buruk perilaku remaja akan benar-benar bisa teratasi dengan tumbuhnya kesadaran dari dalam remaja sendiri oleh cara pandang yang benar tentang hidup, manusia dan alam semesta. Juga hubungannya dengan kehidupan sebelum adanya alam semesta dan kelak sesudah berakhirnya (fikriyah kulliyah).

Oleh karena itu, fenomena Gangster pada remaja diakibatkan sistem yang membentuknya dan menjadi akar persoalannya. Sekularisme sebagai sumber aturan di negeri ini telah menjadikan remaja-remaja kita kosong pemahaman agama. Mereka sangat labil dan terombang-ambing mengikuti irama lingkungan sekitar, ditambah media barat yang begitu derasnya memasukkan konten budaya merusaknya pada setiap rumah dan pintu-pintu sosial pendidikan. Hal ini menjadikan generasi kita semakin jauh dari generasi pemimpin peradaban. Inilah yang inginkan oleh musuh-musih Islam, menghancurkan pemudanya dengan kepribadian buruk dan menyimpang agar masadepan terus dalam genggaman mereka.

Kehidupan pragmatis ini harus dihentikan. Diganti dengan penerapan syariah kaffah dalam aturan keluarga, masyarakat dan institusi negara. Agar masa depan benar-benar kembali dalam pangkuan Islam dan dunia merdeka dari peradaban sampah sekulerisme. Sebagaimana dahulu generasi terbaik telah mengukirnya. Sejarah panjang kepemimpinan Islam, kita dapati begitu banyak peran dan kontribusi pemuda mewujudkan dan menciptakan peradaban maju dan memuliakan martabat manusia. Mereka adalah manusia-manusia Qurani yang jejaknya terus dijadikan kiblat profil pada masa setelahnya.

Mereka pembaca Alquran, penghafal, sekaligus pengamal yang menegakkan hukum-hukum di dalamnya. Bisa disebutkan sosok Mush'ab bin Umair sebagai duta dakwah Islam untuk Madinah yang ngepop dengan ketampanannya. Abdurrahman an-Nashir(dinasti Umayyah) yang memimpin kekuasaan pada usia 22 tahun, telah berhasil memperluas wilayahnya hingga Afrika utara. Dia sanggup meredam berbagai pertikaian dan menciptakan kemajuan sains di Andalusia. Muhammad al-Fatih sejak usia belasan tahun sudah ikut serta dalam peperangan, dan Allah menjadikan kemenangan Islam atas konstantinopel dalam kepemimpinannya. Hanya dalam sentuhan Islam dengan Alquran sebagai pedoman, masa depan pemuda benar-benar bisa diharapkan.

Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak