Oleh: Siti Rahma
(Muslimah Pengemban Dakwah Bandung)
Di Indonesia ada berbagai jenis kebutuhan pangan pokok di antaranya: beras, jagung, kentang, labu kuning, pisang, sagu, singkong, ubi jalar dan ada juga sukun. Jenis kebutuhan pangan pokok di setiap daerah berbeda beda, hal ini bisa dipengaruhi oleh keadaan tempat dan budaya di sekitarnya.
Kebutuhan pangan pokok mayoritas rakyat Indonesia adalah beras, beras sudah menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi, dari awal masuknya beras ke Indonesia yang dibawa oleh China, India dan juga Afrika, hingga sampai saat ini beras menjadi bahan pokok yang paling banyak dikonsumsi.
Banyak permasalahan terjadi untuk memenuhi kebutuhan pokok ini. Dari tahun ke tahun kebutuhan beras terus meningkat disebabkan karena kenaikan jumlah penduduk yang semakin banyak juga permasalahan dalam jumlah pasokan beras yang semakin berkurang.
Jumlah cadangan beras pemerintah yang dikelola oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog hanya mencapai 594.856 ton per 22 November 2022. Sedangkan jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tersebut jauh di bawah angka ideal minimal sebesar 1,2 juta ton. Maka Bulog harus mempersiapkan 500 ribu ton cadangan dari luar negeri.
Direktur utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan bahwa pihaknya sudah berupaya untuk melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani dalam negeri. Namun demikian dalam proses penyerapan gabah masih di bawah target (Antara.com/24/11/2022).
Negeri Indonesia merupakan negeri agraris yang terkenal dengan kesuburan tanahnya dan berlimpahnya sumber daya alam baik di darat maupun di lautan. Tapi kebutuhan beras masih sulit terpenuhi. Dan apabila kebutuhan pokok ini tidak terpenuhi maka akan berpengaruh pada penurunan asupan makanan dan berkurangnya kualitas gizi sehingga mengakibatkan malnutrisi pada tubuh.
Jika kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi bagaimana bisa menjalankan aktivitas pokok lainnya. Maka solusi persoalan ini tidak bisa diselesaikan dengan terus menerus membeli beras dari luar negeri.
Apalagi negeri kita bisa menghasilkan pasokan beras yang mencukupi jika pemerintahnya mau memberikan perhatian lebih pada para petani, seperti menyediakan lahan, bibit, pupuk, dan bisa mendukung petani dalam menjual berasnya dengan mengatur harga beras yang sesuai di pasaran.
Ketika pemerintah ingin membeli beras dari luar negeri dengan kualitas premium, ini mengindikasikan bahwa harga beras lebih mahal dari beras medium yang ada di Indonesia. Jelas ada permainan ekonomi dalam negeri ini.
Masalah impor beras tidak akan pernah selesai dengan kebijakan pemerintah sekarang, jauh panggang dari api. Negeri ini bekerja bak perusahaan yang berorientasi pada keuntungan semata. Jangankan menyelesaikan permasalahan, yang ada malah menyengsarakan rakyatnya.
Dalam pemenuhan kebutuhan beras Islam punya solusi untuk memenuhi kebutuhan pokok individu rakyatnya. Islam akan mengelola sumber daya alam dengan semaksimal mungkin tanpa memanipulasi dan menjarah kekayaan alam negeri ini.
Dalam Islam pembagian kepengelolaan bisa melalui kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Seluruh kebijakan termasuk politik pangan dilaksanakan di atas ideologi Islam. Seluruh aspek terutama di bidang pangan, akan dibangun dengan mekanisme kemandirian. Tidak akan tergantung kepada asing, baik dari sisi teknologi, ekonomi maupun politik.
Rosulullah bersabda, "Imam (khalifah) adalah raa'(pengurus hajat hidup rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya"
(HR. Muslim dan Ahmad).
Berdasarkan ini hanya Islam sajalah yang memberikan solusi tuntas yang mampu menjadikan Islam rahmatan lil'alamiin bagi seluruh rakyatnya. Wallohu'alam bis showab.
Tags
Opini