Oleh: Nurmalasari
(Aktivis muslimah Purwakarta)
Tawuran yang melibatkan para remaja, memang sering terjadi di berbagai daerah. Remaja yang seharusnya berada di sekolah untuk menutut ilmu, pindah haluan ke tengah jalan dengan berbagai aksesoris benda tajam. Remaja tersebut merasa bangga apabila memenangkan tauran antar remaja ini. Pengakuan bahwa merekalah paling ditakuti di antar remaja menjadikan prestasi yang tinggi dibandingankan dengan prestasi yang sesungguhnya.
Dikutip dari tribunbekasi.com, sekelompok pemuda di kawasan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat harus lari kocar-kacir ketika didatangi Tim Patroli Presisi Satuan Sabhara Polres Karawang.
Laporan pada Jumat 25 November 2022 dini hari, ada informasi adanya pemuda diduga hendak tawuran. Kami hampir tapi mereka kabur hingga kami melakukan pengejaran dan penyisiran," kata Hasanudin ketika dikonfirmasi pada Sabtu (tribunbekasi.com, 26/11/2022).
Tak sedikit orang yang tidak bersalah menjadi korban, terkena lemparan batu, sabetan benda tajam bahkan kendaraan yang melintaspun kerap menjadi sasaran dengan merusak kaca mobil, menyobek jok motor dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat orang lagi merugi.
Tak hanya di daerah Karawang saja hal seperti ini terjadi, di daerah Subangpun kerap terjadi adanya tauran antar pelajar. Dikutip dari Pasundanekspres.co (22-11-2022). Tahun 2022 tingkat kriminalitas di pantura khususnya di wilayah hukum Polsek Pusakanagara didominasi oleh tindak pidana pencurian dan kenakalan remaja seperti tawuran.
Potret remaja seperti ini sungguh di sayangkan, remaja yang menjadi tumpuan harapan penerus bangsa dan negara, kini tenggelam dengan akhlak bobrok dan tak manusiawi. Sistem kapitalisme menjadikan mental para pelajar berpikir dangkal sehingga memisahkan kehidupan mereka dari ajaran agama Islam. Karena mereka ingin mendapatkan segala sesuatu dengan cara mudah dan instan.
Gaya hidup hedon yang membuat mereka terlena akan dunia, kesenangan sesaat dan kesenangan yang berlebihan, tanpa melihat efek yang akan ditimbulkan. Sekuler liberalisme yang menjadikan mereka lebih bebas dalam bertingkah laku dan menjadikan semua aktivitasnya dalam kemaksiatan. Dosa dan pahala bukan lagi menjadi yang utama, padahal semua itu akan dimintai pertanggung jawaban.
Ada 4 hal yang akan dipertangguangjawabkan oleh manusia di akhirat kelak, Rasulullah bersabda : “ Tidak akan beranjak kaki seorang hamba dari tempat berdirinya dihadapan Allah pada hari kiamat sebelum dia ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmu bagaimana diamalkan, tentang harta bagaimana cara memperoleh dan kemana dibelanjakan, dan yang terakhir yaitu tentang jasmani untuk apa dipergunakan.”
Salah satu yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat adalah umur. Umur yang kita jalani apakah sudah sesuai dengan yang Allah perintahkan?
Faktanya, remaja saat ini standar hidupnya hanya kesenangan duniawi semata. Banyak teracuni budaya Hedonisme dengan cara memburu kesenangan fisik, hiburan, mencari popularitas dan materi, serta menunjukan eksistensi diri dengan tawuran. Ini karena mereka hidup dalam sistem sekuler. Standar perbuatannya bukan halal-haram.
Beda halnya dengan sistem Islam, Islam memberikan perhatian besar kepada para remaja bahkan sejak dalam kandungan orangtuanya. Orang tua di tuntut menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, Mereka di ajarkan menghapal Alquran sejak dalam kandungan dan balita. Dengan cara memperdengarkan Alquran kepada anak-anaknya. Maka di masa-masa emas seperti ini, anak-anak bisa di bentuk apapun tergantung orang tuannya.
Merekapun dibiasakan oleh orangtuanya untuk melaksanakan solat, puasa, zakat, infaq hingga berjihad. Salah satunya adalah Zaid bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia 11 tahun. Pada masa perang Badar dan Uhud, dengan semangatnya Zaid pernah memohon diizinkan berperang, namun ditolak oleh Rasulullah karena masih terlalu kecil. Hebatnya Zaid bin Tsabit dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryanh sehingga menjadi penterjemah Rasul Shallallu’alalihi wasallam. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an.
Dengan bekal ilmu dam pembentukan mental yang sehat serta nafsiah yang mantap, maka para remaja akan jauh dari huru hara, narkoba, minum-minuman keras, free sex dan kehidupan hedonistik lainnya.
Umur yang digunakan benar-benar hanya untuk mencari ridho Allah SWT, tidak ada ada waktu yang terbuang sia-sia. Berbeda dengan jaman milenial sekarang ini, umur mereka hanya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Peran negara yang terkesan acuh tak acuh terhadap para remaja ini, membuat masalah ini makin meluas dan terus terulang, karena tidak ada efek jera untuk para pelaku. Pelajar yang seharusnya mengenal Islam lebih dekat, menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini sehingga iman mereka menjadi kuat dan tujuan hidup mereka lebih terarah, kini protret tersebut hilang dikarenakan sistem yang masih berjalan saat ini adalah sistem kapitalis demokrasi.
Hanya dengan sistem Islam kaffahlah, semua persoalan akan teratasi. Islam akan memberikan peran kepada orangtua untuk mendidik anak-anak menjadi anak yang berakhlak mulia, para orang tua tentu saja akan di bekali ilmu untuk mendidik anak-anaknya dan negaralah yang akan memfasilitasi semua kebutuhan tersebut untuk menjadikan para remaja yang berkualitas untuk masa depan.
Negara akan menyediakan pasilitas sekolah yang terjakau bahkan gratis untuk umat dan mengrekrut guru pendidik yang berkualitas. Mengontrol dan membatasi konten-konten yang kurang mendidik untuk para remaja.
Peran negara, masyarakat dan keluarga yang luar biasa menjadikan pembentukan karakter kepada para remaja. Selain faktor kesadaran individnya sendiri. Semoga sistem Islam dinegara kita segera terealisasikan, sehingga semua persoalan bisa segera teratasi dan kesejahteraan umat segera terpenuhi.
Wallahualam.
Tags
Opini