Oleh : Dyah Astiti
Kerusakan generasi masih saja terjadi, mulai dari kerusakan moral sampai mewabahnya L687. Di sisi lain potensi generasi justru dibajak dan diarahkan sebagai mur-mur penggerak korporasi. Generasi seolah kehilangan perannya sebagai agent of change bahkan iron stock. Kondisi ini tentu memunculkan pertanyaan atas keberhasilan pendidikan di negeri ini.
Nyatanya keberhasilan pendidikan itu seolah masih berupa angan-angan. Hal ini terbukti dengan sering bergantinya kurikulum, seolah sedang mencari formula pasti untuk mengurai setiap permasalahan dalam dunia pendidikan. Seperti digadang-gadangnya kurikulum merdeka yang seolah bisa jadi solusi. Namun jika didetaili, ada muatan kebebasan yang diusung dalam kurikulum ini. Kebebasan dalam dunia pendidikan di sistem yang berorientasi materi sangat berpotensi menimbulkan bahaya pada generasi. Mulai dari masuknya pemahaman- pemahaman Barat sampai terbajaknya potensi.
Selain itu tampaknya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan begitu terobsesi dengan kata “ Merdeka ”. Selain mengeluarkan kebijakan tentang kurikulum merdeka, ada juga kebijakan tentang Kampus Merdeka. Dimana pemerintah daerah dan pihak asing bisa bekerja sama. Hal ini dilaksanakan dengan merujuk kepada PP 28/2018 tentang kerja sama daerah. Di dalamnya disebutkan bahwa pemerintah daerah bisa melakukan kerja sama dengan lembaga atau pemerintah daerah yang berada di luar negeri. Hal ini didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik dan hubungan yang saling menguntungkan. Kampus bisa bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk membuka program studi( prodi) baru. Seperti BUMN, atau Perusahaan multinasional
Arah Pendidikan dan Pembajakan Potensi Generasi
Realitas ini menggambarkan bahwa tujuan pendidikan di negeri ini tidak akan terlepas dari sistem kehidupan yang mendominasi dunia yaitu Kapitalisme. Sistem sekuler yang berorientasi materi ini telah menggeser tujuan pendidikan. Alih- alih mencetak intelektual yang siap menggunakan ilmunya untuk perubahan dan penyelesaian masalah masyarakat. Justru mencetak generasi yang dengan suka rela menjadi tulang punggung penggerak industri dan korporasi.
Potensi besar yang mereka miliki justru dibajak habis- habisan. Generasi yang harusnya menjadi agen perubahan tersibukkan dengan pola pikir, dan tujuan hidup yang berorientasi materi. Segala potensi yang mereka miliki justru mereka habiskan dengan hal- hal unfaedah atau aktivitas yang sebenarnya justru melanggengkan Kapitalisme. Generasi di sistem kapitalisme berubah menjadi generasi lemah, individualis, hedonis dan pragmatis yang kehilangan idealismenya. Lemahnya generasi ini mengakibatkan lemahnya negara dan masa depan kebangkitan umat Islam.
Islam adalah Solusi
Pandangan dan penerapan Islam adalah solusi bagi permasalahan pendidikan hari ini. Bahkan Islam, potensi generasi akan diarahkan dengan benar. Adanya penerapan sistem Islam dalam semua aspek, termasuk pendidikan akan mampu membentuk individu berkepribadian mulia yang lahir dari kepribadian Islam.
Keberhasilan Islam dalam membentuk generasi cerdas berkepribadian mulia tidak bisa dilepaskan dari landasan islam yang jadi penopang. Islam telah menjadikan orang yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi. Islam telah menjadikan pendidikan putra-putri umat adalah tanggung jawab penuh negara. Tujuan pendidikan dalam Islam untuk membangun kepribadian Islami dengan pola pikir dan pola sikap yang kuat. Dengan tujuan yang jelas itu, negara Islam akan mengembangkan kurikulum dalam bentuk yang bisa mengembangkan metode pemikiran, pemikiran analisis dan hasrat pada pengetahuan untuk meraih pahala dan keridhaan Allah SWT. Jaminan atas pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat seperti pendidikan, keamanan dan kesehatan, berada di tangan negara. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw dalam HR al- Bukhari, "Imam itu adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya".
Dalam Islam negara menjamin setiap warga negara dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan mudah, diantaranya adalah pendidikan. Jaminan terhadap pemenuhan pendidikan bagi seluruh masyarakat diwujudkan dengan cara menyediakan pendidikan yang bisa diakses seluruh rakyat dengan mudah dan murah, bahkan gratis. Negara juga wajib menyediakan fasilitas, tenaga pengajar dan infrastruktur pendidikan yang berkualitas. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan yang berkualitas harus ditopang dengan kondisi ekonomi dan pemerintahan yang juga ideal. Pemerintahan Islam berdiri atas landasan yang kokoh dan jelas yaitu Syariat Islam. Seluruh pembiayaan pendidikan di dalam negara diambil dari Baitul Mal, yaitu dari pos fai’ dan kharaj serta pos kepemilikan umum.
Wallahu'alam bishshowwab