Penulis: Riza Luthviah
Ibu adalah sosok yang berjasa bagi setiap anak. Mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui sampai mendidik anak merupakan tugas mulia seorang ibu. Ibu juga dijuluki madrasah yang pertama. Bahkan kemajuan suatu bangsa terletak ditangan seorang ibu.
Namun fakta hari ini, justru membuat seorang ibu nestapa. Ibu terpaksa meninggalkan semua tugas mulia itu. Saat ini ibu terpaksa membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga, bahkan tak jarang seorang ibu menjadi tulang punggung keluarganya. Seorang ibu yang seharusnya memberikan waktu sepenuhnya untuk keluarga, harus dilema membagi waktu antara keluarga dan tuntutan pekerjaan. Tak jarang seorang ibu yang bekerja, terpaksa harus menitipkan buah hatinya ke tempat penitipan anak atau dengan pengasuhan asisten rumah tangga.
Seorang ibu yang seharusnya mengajarkan ilmu kepada anak-anaknya juga terpaksa mengalihkan tugasnya itu ke lembaga-lembaga bimbingan belajar, karena waktunya telah habis untuk bekerja. Seorang ibu yang seharusnya punya banyak waktu bermain bersama anak-anaknya, tak sadar si anak sudah beranjak dewasa dan akhirnya sudah mempunyai kehidupan sendiri bersama teman-temannya.
Tak terbatas hanya pada ibu-ibu, namun perempuan pada umumnya di zaman sekarang lebih memilih untuk bekerja dibandingkan mengurus rumah tangga. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, presentase tenaga kerja formal menurut jenis kelamin, perempuan mengalami peningkatan dari tahun 2020 yaitu 34,65 % dan di tahun 2021 menjadi 36,20%. Data tersebut belum termasuk tenaga kerja informal, yang pastinya lebih banyak lagi. Tenaga kerja informal yang dimaksud adalah para ibu yang bekerja dengan usahanya sendiri, yang bekerja sebagai buruh tidak tetap, asisten rumah tangga, dan lain-lain.
Berbagai macam pekerjaan mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mulai dari pekerjaan yang halal dan ringan, sampai dengan pekerjaan yang halal dan sangat berat seperti kuli panggul, kuli bangunan, sopir bus, sopir truk, penjaga keamanan dan banyak lagi yang lainnya. Pekerjaan yang haram pun kerap kali dilakukan demi menyambung hidup. semisal menjadi PSK,pencurian, penipuan, bandar narkoba, dan banyak pekerjaan haram lainnya yang ibu-ibu lakukan agar bisa keluar dari beratnya himpitan ekonomi.
Tentunya bukan tanpa alasan seorang ibu rela meninggalkan buah hatinya demi sebuah pekerjaan. Hal itu terjadi karena pertama, tidak ada yang memberi nafkah karena suami pengangguran, suami sakit atau suami pergi meninggalkannya. Sering kita lihat kejadian ini berada disekitar kita. Sehingga untuk memenuhi kebutuhannya ibu harus menjadi tulang punggung keluarga. Segala macam pekerjaan yang ia lakukan untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Kedua, tingkat pendapatan suami yang relatif rendah, sehingga seorang ibu harus terpaksa bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, karena kebutuhan keluarga yang tak main-main besarnya, mulai dari biaya sekolah anak yang sangat mahal hingga kebutuhan sehari-hari yang kian meroket.
Ketiga, seorang ibu rela meninggalkan keluarga karena memang harus mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak bisa dilakukan laki-laki Banyak pekerjaan yang tak bisa secara maksimal dilakukan oleh laki-laki dan membutuhkan peran lebih perempuan. Misalnya saja guru TK, bidan, perawat, dokter kandungan, dan banyak lagi. Karena semua itu merupakan kebutuhan perempuan yang hanya bisa dilayani oleh sesama perempuan.
Keempat, gerakan feminisme yang semakin hari terlihat begitu gencar di promosikan oleh perempuan barat. Ada beberapa perempuan yang merasa dirinya setara dengan laki-laki dalam lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial.Termasuk dalam hal bekerja, mereka berpikir ini bukan lagi sebuah keterpaksaan untuk meringankan beban keluarga, melainkan demi sebuah eksistensi dan pengakuan, bahwa perempuan itu setara.
Dalam Islam, fungsi asal kaum perempuan adalah ummu wa robbatul bait yaitu ibu pengatur rumah tangga. Kedudukan perempuan dalam Islam begitu mulia dan sangat terjaga. Sehingga perempuan tidak terbebani menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, karena tanggungjawab menafkahi keluarga adalah tugas seorang suami, ayah, saudara laki atau walinya. Jika keadaan perempuan tidak memiliki wali maka segala kebutuhannya menjadi tanggung jawab negara. Sehingga seorang perempuan tidak perlu keluar rumah lagi untuk banting tulang mencari nafkah, yang tak jarang mendapat perlakuan tak layak di tempat kerja. Semua perlakuan buruk di tempat kerja tidak akan terjadi jika Islam diterapkan.
Di samping itu, Islam juga menjamin perempuan tidak mendapatkan perlakuan yang buruk dari laki-laki, seperti pelecehan, pelanggaran kehormatan dan lain-lain. Seorang suami harus memperlakukan istrinya dengan baik. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan masing-masing mempunyai karakter yang berbeda dan yang menjadikan derajat yang tinggi adalah amal salehnya. Islam memberikan kesempatan agar perempuan bisa berperan dalam masyarakat dengan rambu-rambu syariat.
Perempuan juga boleh ber-amar ma’ruf nahi mungkar karena peran ibu sebagai pengurus dan pengatur rumah tangga bukan menjadikannya sebagai manusia yang bodoh dan terbelakang. Sehingga fungsi ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya, menuntut seorang ibu untuk memahami berbagai macam keilmuan termasuk tsaqofah Islam.
Jikalau seorang ibu harus terpaksa bekerja maka, perlu diperhatikan rambu-rambunya agar tetap terjaga kemuliaannya. Diantaranya pertama, seorang ibu tidak boleh mengabaikan tugas kewajiban utamanya. Dia tetap wajib mengurus dan mendidik anak-anaknya. Kedua, harus ada izin dari wali, dalam hal ini jika sudah memiliki suami maka ijin dari suami, tetapi jika belum menikah maka ijin dari ayahnya. Ketiga, pekerjaan yang menuntut membuka aurat, mengeksploitasi diri dan bekerja di tempat-tempat maksiat harus di jauhi dan dihindari, karena hal tersebut melanggar syariat. Keempat, pekerjaan itu bukan untuk menjadikannya tulang punggung keluarga, namun hanya sekedar membantu dalam mencari nafkah. Jika rambu-rambu tersebut dipatuhi, InsyaAllah kemuliaan sebagai ibu yang bekerja akan terjaga.
Selain itu, Islam juga melarang sikap hedonisme yang selalu mejadi racun dalam kehidupan. Hedonisme merupakan gaya hidup ketika seseorang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia perlukan atau tidak dapat digunakan dengan maksimal. Sehingga akan menimbulkan banyaknya pengeluaran, dan dengan segala upaya akan berusaha untuk mendapatkannya. Sebagai seorang muslim yang menjadikan Rasulullah sebagai teladan, wajib kita mengikuti gaya hidupnya. Yaitu hidup yang penuh kesederhanaan. Dan menjadikan akhirat yang kekal sebagai cita-cita utama kita, sehingga tidak terlena dengan kehidupan dunia yang hanya sementara.
Tampak jelas terlihat, bahwa hanya Islam yang bisa mengembalikan peran ibu sesuai dengan fitrahnya. Seorang ibu yang tidak terbebani apapun, akan lebih fokus untuk menyayangi keluarganya dengan sepenuh hati dan mendidik buah hatinya dengan sebaik-baiknya. Sehingga dari tangan seorang ibu, akan bermunculan generasi-generasi emas penerus bangsa.
Ibu, semoga jerih payahmu bernilai pahala di hadapan Allah. Selamat Hari Ibu!