Hanya Islam yang Mampu Menjadikan Pemuda sebagai Agen Perubahan

Oleh: Dewi Susanti, S.pd
(Guru dan Pemerhati Generasi Muda)

Di tengah krisis ekonomi dunia, pengaruh globalisasi ekonomi menuntut indonesia untuk terus menggerakkan segala upaya untuk bisa merealisasikan sebagaimana keinginan pertumbuhan ekonomi global.

Program pemberdayaan ekonomi pemuda di bidang industri atas arahan Presiden Joko Widodo yang dicetuskan tahun lalu, di mana tahun 2022 mengusung pemulihan ekonomi dan reformasi struktural.

Pemberdayaan ini menyentuh ranah pendidikan. Membidik para pemuda untuk turut berperan dalam rangka pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, berdaya dalam sektor-sektor industri dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara.

Sistem yang diterapkan justru menjadi salah satu pemicu lahirnya generasi yang bingung dengan jati dirinya sendiri, memiliki kepribadian yang rapuh dan rusak, bahkan nyaris tidak mengenali agama Islam. sehingga menenggelamkan mereka dalam arus pergaulan bebas dan kriminalitas yang lekat dalam kehidupan pemuda.

Ekonomi kapitalisme yang bertarget meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah menjadikan produksi sebagai basisnya. Industrialisasi menjadi target pembangunan sehingga dibutuhkan pasar yang besar untuk menyerap produksi tersebut. 

Nilai-nilai barat yang berbasis sekuler, kebebasan, konsumerisme, dan individualisme mengakibatkan pemuda muslim terbawa arus gaya hidup barat yang hedonis, serba instan, bahkan lemah secara pemikiran.

Jeratan kapitalisme dengan desain industrialisasi yang semakin menjauhkan pemuda muslim dari identitasnya, mengakibatkan segala pemikiran dan gaya hidup barat jelas mengikis moral para generasi.

Dengan melihat fakta kerusakan kapitalisme tersebut, kita berharap adanya sebuah konsep yang benar dalam hal mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi seiring pemuda benar-benar berdaya bukan termanfaatkan. Oleh karena itu, dibutuhkan inkubator pemuda muslim yang kuat agar tidak terjebak dan tertipu dengan arus liberalisasi yang diusung atas nama globalisasi.

Tentunya dengan sistem Islam akan terbentuk generasi muda yg bukan hanya sanggup menjalani kehidupan dengan moral yg benar ditengah derasnya arus globalisasi, tetapi juga
mengerti persoalan umat. Karena sejatinya konsep perubahan yang benar bukan sekadar maju dari pembangunan dan teknologi, melainkan bagaimana membangun peradaban mulia sesuai tuntunan wahyu.
 
Sungguh, Islam membutuhkan pemuda yang terpejam dari hal buruk dan kezaliman beralih pada pemuda yang berakhlak mulia, penyabar, dan peduli terhadap kemaslahatan umat. Tidak lumpuh dalam aktivitas dan mandul dalam berkarya. Namun sadar akan tanggung jawab dan tidak melakukan penyimpangan dari ketaatan kepada Allah. Mereka menyadari bahwa hakikat tujuan hidupnya hanya untuk menghambakan diri kepada Allah semata.

Oleh karena itu, para pemuda muslim harus segera diselamatkan. Di tangan pemuda bersemayam segala permasalahan umat. Di tangan pemuda pula ada kekuatan kelanggengan hidup umat. Melalui tangan merekalah peradaban cemerlang diharapkan bisa kembali ke pangkuan kaum muslim. Memang benar bahwa berjuang menegakkan Islam pada era hegemoni peradaban sekuler kapitalisme neoliberal pasti sangat berat dan butuh pengorbanan besar. 

Namun orang yang berpendapat bahwa din ini bisa tegak tanpa setetes pun darah yang tertumpah adalah orang bingung tidak tahu tabiat din ini. Padahal Baginda rasulullah telah mewariskan sebuah jalan perjuangan yang rasional dan sesuai untuk diterapkan sepanjang zaman. Yaitu, melalui dakwah mengubah pemahaman tentang hidup dan hakikat islam sebagai solusi benar bagi seluruh problem kehidupan, bukan hanya tertuju kepada generasi muda, tetapi kepada seluruh elemen masyarakat agar mereka siap menerima Islam dengan penuh keyakinan, sekaligus siap memperjuangkan dalam naungan Khilafah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak