Oleh : Diani Ambarawati
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Potret moralitas yang semakin hari semakin buas, sejatinya sekolah menjadi tempat bagi para pelajar untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti tinggi dan berakhlak yang mulia. Namun tidak saat ini, tingkah laku pelajar semakin brutal. Bak atraksi diajang adu aksi, senjata tajam pun dengan mudahnya dikeluarkan di khalayak umum.
Tawuran berujung maut pelajar SMK yang terjadi di jalan raya Jakarta-Bogor, kecamatan Cibinong Kab Bogor Jawa Barat, ada juga aksi pencurian besi yang dilakukan 5 bocah pelajar di kawasan Gunung Putri Bogor. Ini semua salah satu potret moralitas pelajar milenial di sistem yang hanya melahirkan generasi yang menghalalkan segala cara demi kepuasan ambisi dan materi.
Fenomena Tawuran Pelajar, Kenapa Terus Terjadi? Salah Siapakah?
Apakah sekolahnya, pendidiknya, orangtuanya, pelajarnya, masyarakatnya atau negaranya? Lalu selanjutnya, tanggung jawab siapakah?
DPRD kab. Bogor menganggap masalah moralitas pelajar ini adalah tanggung jawab pendidik saja. Beban pendidik bertambah, namun dalam hal kesejahteraan masih sangat kurang diperhatikan sehingga urusan mengajar banyak teralihkan apalagi dalam hal mengajarkan moral/akhlak.
Terjadi dilema bagi para pendidik dalam sistem sekuler saat ini, dimana pendidik sudah berupaya menanamkan akhlak/moral namun faktanya tidak didukung oleh sistem dalam rangka menjaga moral generasi. Begitupun keluarga dan masyarakat sebagai pendukung terjaganya akhlak/moral pelajar yang disibukkan dengan masalah pemenuham ekonomi yang makin terhimpit.
Akar masalah rusaknya moral pelajar adalah akibat penerapan ide sekulerisme dan liberalisme dalam kehidupan, khususnya kurikulum pendidikan. Apalagi kurikulum yang terus berganti tanpa peningkatan output anak didik, apalagi kurikulim merdeka yang arah tujuan pendidikannya menyasar para pelajar untuk dijadikan alat ekonomi kapital.
Dalam Islam, negara yang akan Bertanggung jawab menjaga akidah/moral melalui penerapan syariat Islam secara kaffah, keluarga dan masyarakat yang terpancar ketakwaannya. Satukan frekuensi antara Keluarga dan Sekolah (juga Masyarakat) Dalam Mendidik pelajar, sehingga tercipta lingkungan yang baik yang melahirkan generasi dengan cara berpikir dan bersikap Islami yaitu pola pikir dan sikap yang didasarkan pada ajaran Islam (syariat Islam) yang bersumberkan Al-Quran, Hadits, dan Ijma' Ulama.
Menurut Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam As Syakhshiyyah Al Islamiyyah, kepribadian seseorang dibentuk oleh cara berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginannya (nafsiyah).
Selain itu negara Islam juga sangat memperhatikan kesejahteraan guru sehingga para guru dapat fokus mendidik siswa agar menjadi generasi yang berkualitas baik secara intelektual maupun moral sehingga generasi pelajar dalam Islam akan memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan syariat Islam.
Allahu A'lam Bishowab