Ditulis oleh: Sri Wahyu Anggraini, S.Pd
(Aktivis Muslimah Lubuklinggau)
Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) tercoreng akibat kasus bullying atau perundungan pada siswa. Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) jadi korban perundungan teman hampir 1 kelas. Kejadian ini terlihat dari beredarnya sebuah video di Whatsapp Group dan media sosial. Perundungan terhadap anak perempuan oleh teman-temannya diduga di salah satu SD Negeri di Desa Saung Naga Kecamatan Peninjauan.
Dalam video singkat yang beredar itu, korban nampak diolok-olok, ditendang hingga diinjak oleh beberapa siswa yang nampak berada di dalam ruang kelas itu. Kejadian tersebut direkam teman satu kelasnya menjadi 4 potongan video. Pada video pertama, terlihat adegan siswi sedang tertunduk sambil disoraki teman satu kelasnya.Kemudian terlihat siswi berhijab menginjak tas yang diduga milik siswi yang dibully tersebut. Kemudian tak lama berselang dari belakang ada anak laki menendang kepala siswi tersebut dari belakang. Seraya teman laki-laki lainnya memuku-mukul meja kelas. Pada video kedua, terlihat siswi yang dibully menangis. Video ketiga tetap dalam adegan yang sama, tas yang diduga milik siswi tersebut diinjak-injak oleh siswi perempuan.Kemudian video terkahir terlihat diteriaki dan diterjang dan diinjak. (SUMEKS.CO, 19/11/2022)
Aksi perundungan yang lebih dikenal dengan istilah bullying nampaknya masih marak terjadi di tengah masyarakat. Tak terhitung video bullying yang viral di kalangan pelajar, mahasiswa, bahkan guru yang telah mencoreng dunia pendidikan. Kasus perundungan yang semakin mengkhawatirkan di lingkungan sekolah tampaknya menjadi persoalan yang tidak bisa di anggap ringan, sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar mengajar yang aman dan nyaman bagi siswa dan guru. Kasus di atas bukanlah korban yang pertama dan kedua, tetapi sudah banyak korban yang berjatuhan akibat bullying ini hingga mengakibatkan korban jiwa yang diluar akal manusia. Semakin maraknya kejadian perundungan yang terjadi akhir-akhir ini bagaikan fenomena gunung es. Laporan yang didapatkan lebih sedikit terlihat di permukaan dibandingkan kasus-kasus besar yang tidak dilaporkan. Dan dapat dipastikan tren kasus seperti ini akan terus meningkat.
Melansir pemberitaan Kompas.com, bullying adalah situasi di mana penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang. Praktik bullying dikelompokkan menjadi bullying fisik (berupa tindakan fisik), bullying verbal (olok-olokan, ejekan) maupun bullying mental (mendiamkan, mengucilkan).
Faktor penyebab tindakan bullying di kalangan anak-anak, diantaranya : Pertama pola asuh dalam keluarga adalah faktor utama permasalahan yang terjadi pada anak karena keluarga merupakan pendidik pertama dan utama. Sikap bullying merupakan pengembangan dari sikap anak yang agresif. Mereka yang mengembangkan perilaku agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak kondusif, mulai dari kedekatan yang tidak aman dengan pengasuhnya, tuntutan disiplin yang terlalu tinggi dari orang tuanya dan bahkan masalah hubungan kedua orang tuanya: konflik suami-istri, depresi, antisosial dan bahkan melakukan tindakan kekerasan di rumah. Hal tersebut menyebabkan sang anak merasa pelampiasan terhadap tekanannya tersebut. Sehingga depresi tersebut bisa jadi dilampiaskan kepada teman yang lemah.
Kedua ekspos kekerasan dari media, media memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan, media juga menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Mulai dari televisi, surat kabar dan bahkan media online mengandung topik yang berkembang begitu pesat. Tidak heran, tindak kekerasan juga banyak ditemukan di media, seperti adegan dalam sinetron atau reality show yang menunjukan adegan kekerasan, bullying, game atau melalui sosial media. Pada dasarnya, anak-anak yang masih dalam tahap belajar dan memiliki rasa penasaran tinggi akan menirukan hal-hal yang mereka lihat tersebut tanpa menyaringnya.
Ketiga hilangnya peran sistem pendidikan yang mampu mengatasi berbagai kenakalan siswa baik dalam kelas maupun lingkungan sekolah. Sekolah menjadi salah satu tempat bertumbuhnya perilaku bullying. Sayangnya pihak sekolah kerap mengabaikan tindakan bullying, kurang ketegasan, dan minim sekali pemberian konsekuensi dari pihak sekolah terhadap tindakan ini. Akibatnya, pelaku tidak mendapatkan efek jera dan berani untuk mengulangi tindakan tersebut. Serta penerapan kurikulum pendidikan sekuler semakin menambah berat dampak tindakan perudungan, nilai-nilai agama hanya terdapat pada mata pelajaran agama dan tidak didapatkan pada mata pejalaran umum seperti sains, berhitung, dan lain-lain
Dari beberapa faktor penyebab tersebut semua terjadi akibat semakin liberalnya sistem di negeri ini, kebebasan berperilaku dan berpendapat menjadi alasan menguatkan hak asasi manusia.
Tentunya berbagai perudungan tidak bisa lagi di harapkan mendapatkan solusi tuntas dari sistem kapitalisme dengan ide kebebasan nya yang berdasarkan sekulerisme. Islam sebagai agama yang paripurna yang berasakan akidah islam, memiliki solusi tuntas atas tindakan perudungan yang terjadi di kalangan pelajar.
Islam memandang kasus bullying perkara penting yang harus diatasi untuk mencegah rusaknya generasi. Pendidikan menjadi faktor utama penentu jati diri seorang muslim. Individu muslim akan diberikan pendidikan sesuai dengan kurikulum Islam berlandaskan akidah islam.
Pembentukan pola pikir dan pola sikap akan diwujudkan sehingga terbentuk individu yang memiliki syaksiyah islam. Indikatornya adalah bahwa anak didik dengan kesadaran yang dimilikinya telah berhasil melaksanakan seluruh kewajiban dan mampu menghindari segala tindak kemaksiatan kepada Allah Swt.
Pandangan islam bahwa pentingnya peran keluarga dalam menentukan kepribadian anak, sebagaimana di dalam hadis Rasulullah saw. “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seseorang, dan orang tua sebagai kuncinya. Pendidikan dalam keluarga terutama berperan dalam pengembangan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan sederhana.
Peran media sosial, dari awal media sosial disebut-sebut sebagai pemicu tindakan bullying ini. Seharusnya media sosial hanya dijadikan sebagai sarana dalam mendidik anak. Media ketika dipergunakan secara bijak tidak akan berpengaruh buruk terhadap seseorang apabila dia menggunakannya memiliki dasar keimanan yang kuat sehingga mampu memfilter setiap informasi yang masuk. Namun ketika seseorang tidak memiliki keimanan yang kuat media sosial apabila digunakan justru akan menambah buruk moral dan akhlak seseorang .
Begitupun pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang memiliki: (1) Kepribadian Islam; (2) Menguasai pemikiran Islam dengan handal; (3) Menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/PITEK); (4) Memiliki ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna. Pembentukan kepribadian Islam harus dilakukan pada semua jenjang pendidikan yang sesuai dengan proporsinya melalui berbagai pendekatan. Salah satu di antaranya adalah dengan menyampaikan pemikiran Islam kepada para siswa.
Dengan bersyaksiyah islamiyah maka generasi muda memiliki rasa saling empati, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang dibawakan oleh an-Nu’mân bin Basyîr Radhiyallahu anhu :
"Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur". [HR. Bukhâri dan Muslim, sedangkan lafalnya adalah lafazh Imam Muslim].[12]
Penyelesaian kasus bullying tidak hanya secara individual baik dari sisi pelaku maupun korban namun harus secara sistemik dan terintegrasi dalam sebuah aturan negara yang dalam sistem pemerintahannya menjadikan islam sebagai acuan. Baik dari sisi pembentukan keluarga, penataan media hingga persoalan kualitas pendidikan. Maka solusi tuntas adalah penerapan Sistem Negara Islam yang mampu menerapkan islam secara menyeluruh. Karena Negara memiliki andil yang sangat besar dalam menyaring segala tontonan di media apapun yang berpengaruh besar terhadap pembentukan generasi.
Wallahu A'lam Bishawab
Tags
Opini