Oleh : Diani Ambarawati
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Tol BOCIMI (Bogor-Ciawi- Sukabumi) dan tol CISUMDAWU (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) sudah mulai beroperasi, awalnya gratis selanjutnya e-toll yang beraksi. Pembangunan jalan tol diberbagai wilayah memang mempermudah akses transportasi kendaraan roda empat dan kendaraan berat lainnya, namun rakyat beroda dua tetap akses jalan biasa, intinya hanya tetesan manfaat semata.
Pembangunan jalan tol di era Jokowi memang tidak tanggung-tanggung, selama tujuh tahun pemerintahannya, telah terbangun jalan tol sepanjang 1.900 km dan saat ini bertambah, namun cara mewujudkannya dengan membuka jalan membuka akses pada korporasi, wajar intervensipun berlanjut.
Melansir VoA Indonesia, 14/4/2022. Sovereign Wealth Fund (SWF) tanah air yang telah dibentuk tahun 2021 yakni Indonesia Investment Authority (INA), menandatangi kerja sama perdana dengan PT Hutama Karya, PT Waskita Karya, dan Waskita Toll Road untuk mendanani proyek pembangunan jalan tol senilai Rp 39 triliun.
Untuk apa dibuat lembaga INA? Untuk memberikan kepercayaan dari investor domestik maupun internasional terhadap cara-cara pengelolaan keuangan negara. Lalu yang bayar siapa? Ya rakyat dari sektor non Riilnya.
Pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi? faktanya dinikmati korporasi, sedikit rakyat yang dapat mengakses transfortasi dengan biaya mahal pula ditambah harga BBM tak bersubsidi. Pembangunan ala kapitalisme menjadi corong perputaran barang produksi impor, faktanya menjamur bahkan ambrol.
Mengapa pembangunan berpusat pada kota dan sentra ekonomi sedang jembatan penghubung antar desa apa adanya bahkan rusak dan tidak segagah tol? Belum akses listrik dan PDAMpun hanya sebagian orang yang punya duit saja? Sarana prasarana sekolahpun masih banyak yang rusak bahkan ambruk terkena bencana bahkan minimnya kualitas bahan bangunan.
Peran negara hanya sebagai fasilitator dan regulator bahkan pelaku oligarki korporasi, semua melaju tanpa pandang bulu, hanya dalam islam pembangunan sektor riil akan bermanfaat dan merata tanpa intervensi asing. Sumber pemasukan yang melimpah dari kepemilikan umum, sedekah, fa’i, dan kharaj.
Pembangunan akan merata di berbagai aspek dan penguasa fokus kerja melayani umat. Alhasil stabilitas harga akan tercipta secara adil dan mengangkat kesejahteraan dan keberkahan dalam seluruh kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam