Oleh: Yaurinda
Kerabat dari satu keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres, Jakarta Barat, Ris Astuti (64) merasa ragu jika keempat kerabatnya tewas akibat kelaparan. Sebab ekonomi korban dalam kondisi yang cukup. Bahkan korban juga tidak pernah mengontrak rumah dan sempat memiliki kendaraan bermotor (Republika.com , 12/11/2022).
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi, turut angkat bicara soal penyebab kematian 1 keluarga itu. Terkait soal mati karena kelaparan, Hengki menilai hal itu belum bisa dipertanggungjawabkan. Beliau mengungkapkan bahwa diksi kematian disebabkan karena kelaparan itu belum bisa dipertanggungjawabkan (kumparannews.com, 13/11/2022).
Pola hubungan sosial di masa sekarang sangat dipengaruhi oleh sistem kapitalisme yang rusak dan merusak. Sekularisme sukses menjadikan aturan agama terasing dari kehidupan masyarakat. Masyarakat fokus dalam pemenuhan individu saja. Begitu pula negara yang sibuk bekerja demi kepentingan individu saja.
Hal ini menyebabkan kita tidak perduli dengan lingkungan sekitar. Bahkan sebulan terakhir ditemukan satu keluarga meninggal tanpa ada yang mengetahui. Berita meninggalnya diketahui setelah hampir tiga minggu karena berbagai faktor.
Tetangga merupakan bagian dari struktur negara yaitu keluarga, masyarakat (tetangga), negara. Suatu masyarakat tidak mungkin terbentuk tanpa tetangga. Kehadirannya menjadi penyempurna peran manusia sebagai makhluk sosial. Sungguh, tersimpan maksud besar di balik tatanan kehidupan bertetangga yang diciptakan Allah swt. Dalam Islam wajib hukumnya untuk berbuat baik terhadap tetangganya.
Bertetangga dalam Islam memiliki beberapa adab dalam melakukan interaksi sosial, bertetangga diatur dalam syariat Islam. Tetangga juga memiliki hak untuk kita penuhi seperti dalam hadist:
Apakah kalian tahu, apa saja hak tetangga? (Yaitu), jika dia meminta tolong kepadamu, kamu harus menolongnya. Jika dia meminta pinjaman, engkau harus memberikan pinjaman. Jika dia mendapatkan kebaikan, engkau menyampaikan selamat untuknya. Jika dia ditimpa musibah, engkau harus menghiburnya.” (HR at-Thabarani).
Begitu mulianya Islam mendudukkan tetangga berada dalam tataran yang tinggi. Memuliakannya, menghargai, menyenangkan, memberi dan melarang menyakiti. Dalam struktur pemerintahan Islam yang melaksanakan syariat Islam juga turut serta mengawasi kehidupan bertetangga.
Di contohkan oleh Rasullullah seperti dalam kisah tetangga yahudi yang selalu menebar kotoran unta di jalan yang dilalui Rasullullah. Suatu ketika jalan yang biasanya dipenuhi kontoran tiba-tiba bersih, Rasullulah pun menduga tetangganya yahudi sedang sakit, beliau berinisiatif menjenguknya. Betapa kagetnya tetangga yahudi melihat kedatangannya hingga akhirnya mengucap syahadat karena akhlak dan kelembutan Rasullullah.
Nabi saja telah mengajarkan bagaimana bertetangga yang baik meski tetangga kita kurang baik. Kehidupan bertetangga yang demikian sangat sulit kita jumpai di masa sekarang. Pasalnya rasa individualis semakin menjamur apa lagi di kota besar. Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini mendorong masyarakat untuk mencari kesenangan sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Lantas bagaimana kalau sudah terjadi? Siapa yang akan bertanggung jawab. Sangat miris hal ini terjadi di negeri yang kaya akan sumber daya alam yang katanya warga masyarakat terkenal baik namun nyatanya. Jiwa bertetangga dalam masyarakat negeri ini mulai terkikis akibat sekularisme. Jadi masihkah kita pertahankan sistem yang rusak ini?