Oleh: Zaesa Salsabila
Aktivis Serdang Bedagai
kembali terjadi sebuah perayaan besar yang berakibat membawa korban hingga meninggal dunia.
Seperti kita ketahui bersama bahwa pasca pandemi covid-19 berakhir maka segala aktivitas hiburan maupun olahraga yang dahulu dibatasi dengan ketat kini mengalami pembebasan. Alhasil masyarakat sangat antusias untuk mengikuti berbagai perayaan yang diadakan di daerah masing-masing. Salah satu contohnya ialah perayaan Halloween yang dirayakan pada beberapa negara. Dan tragedi yang tragis pun terjadi di Korea Selatan tepatnya di sebuah daerah yang dikenal dengan sebutan Itaewon.
Seoul - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol meminta maaf kepada rakyatnya, juga kepada para korban selamat dan keluarga korban tewas, atas tragedi Itaewon yang memilukan. Yoon berjanji menindak tegas para pejabat yang bertanggung jawab atas respons ceroboh saat desak-desakan maut berlangsung.
Seperti dilansir Reuters, Senin (7/11/2022), Yoon juga bersumpah untuk mereformasi kepolisian dan sistem manajemen keselamatan di Korsel. Insiden desak-desakan maut saat perayaan Halloween di Itaewon pada 29 Oktober lalu menewaskan sedikitnya 156 orang, kebanyakan masih berusia 20-an dan 30-an tahun.
Nasi sudah menjadi bubur, permintaan maaf pun tidak akan mungkin bisa menghidupkan para korban yang meninggal, juga tidak akan menyembuhkan luka bagi keluarga yang ditinggalkan. Sebuah perayaan yang dianggap ajang hiburan untuk kesenangan berbalik menjadi taburan bunga dan air mata.
Lantas siapa kah yang harus disalahkan?
Jika ingin mencari kambing hitam tentu bukanlah lagi masanya, namun satu hal yang pasti penyebab dari tragedi ini adalah gaya hidup yang tidak berlandaskan aturan yang benar. Ini adalah hasil buah dari penerapan ideologi kapitalis sekuler, liberalisme yang menjunjung tinggi kebebasan. Standart hidup yang hanya berdasarkan manfaat dan mencari kesenangan semata. Mereka yang kebanyakan menjadi korban masih sangatlah muda, niat hati mencari kesenangan namun naas menjadi kemalangan. Betapa miris bukan?
Kita tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput, namun pastinya kita berharap kematian kita kelak dalam keadaan beribadah pada Allah. Atau setidaknya ketika malaikat Izrail datang menjemput pertemuan kita itu bukan ketika kita sedang bermaksiat. Tragedi Itaewon misalnya, suatu perayaan yang hanya kesenangan semata, ditambah dengan minuman keras yang ikut meramaikan perayaan tentu ini bukanlah suatu contoh perbuatan yang baik.
Sistem sekuler liberalisme memang tidak akan mendorong manusia untuk selalu mentaati perintah Allah, sebaliknya sistem ini hanya akan merusak masyarakat dan negara dengan aturan yang serba bebas yang berujung kesia-siaan.
Berbeda sekali dengan masyarakat yang hidup dengan sistem islam, dimana standar kehidupan berdasarkan halal dan haram. Sehingga masyarakat tidak terjerumus kedalam perbuatan sia-sia apalagi perbuatan yang tergolong maksiat.
Sebagai umat nabi Muhammad sudah sepatutnya kita mencontoh apa yang beliau pernah lakukan, yakni mengubah bangsa yang penuh dengan kebodohan/kegelapan menjadi masyarakat yang cerdas dan cemerlang hingga mampu memimpin dunia.
Ketika islam diterapkan para pemudanya dan masyarakat akan ditanamkan akidah islam sehingga mereka jauh dari perbuatan yang sia-sia. Dan masyarakat juga akan terbiasa dengan perbuatan amar ma'ruf nahi munkar. Negara akan faham fungsinya sebagai wadah untuk menerapkan syariat islam.
Islam dalam naungan khilafah akan benar-benar memperhatikan berbagai aspek yang dibutuhkan untuk kebaikan umatNya. Dalam dunia pendidikan misalnya, islam akan memberikan kurikulum yang mampu mencetak generasi hebat baik dalam urusan ibadah maupun dalam ilmu pengetahuan lain.
Terbukti dengan banyaknya penemuan oleh ilmuan islam yang dahulu banyak lahir melalui sistem islam tersebut. Bahkan kejeniusan mereka dalam menemukan berbagai hal membuat meraka semakin takjub dan tunduk akan kebesaran Tuhannya.
Dengan penerapan sistem islam kita akan menjumpai banyak generasi yang membanggakan karna jasanya untuk islam dan negara.
Lihat saja bagaimana dahulu Muhammad al-Fatih dengan usianya yang muda mampu menjatuhkan benteng Konstatinopel. Mushab bin umair yang diutus Rasul menjadi delegasi ke Madinah. Salahuddin Al-ayubbi yang membebaskan al-kuds dari tentara salib. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Islam akan mendorong manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, jauh berbeda dengan sistem Sekuler-liberal yang hanya membuat umat hanya berlomba untuk kesenangan dan Kesia-siaan.
Wallahu a'la bi ashawab