Oleh: Zaesa Salsabila
Aktivis Serdang bedagai
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap ada 241 anak yang terkena gagal ginjal akut misterius di Indonesia. total pasien yang meninggal tercatat 133 kasus, tren peningkatan kasus melonjak sejak Agustus 2022. Ini ditemukan di 22 provinsi.
Dunia kesehatan lagi-lagi berduka, banyak para ibu yang kini jadi cemas dan serba salah. Cuaca ekstrim yang beberapa waktu kian tak bersahabat, walhasil daya tahan tubuh yang lemah akan mudah terserang virus dan sakit. Banyak yang mengeluh karna sakit bergantian dalam satu keluarga. Hal ini tentu mengharuskan keluarga untuk mengkonsumsi obat-obatan. Baik yang menggunakan resep dokter maupun membeli dengan inisiatif ke Apotik terdekat.
Namun bukannya menjadi solusi dari kesehatan keluarga, justru ancaman besar menanti di depan mata.
Semenjak beredar berita viral, banyaknya anak yang mengalami gangguan gagal ginjal akut, bahkan sudah banyak korban yang sampai kehilangan nyawa. Dilema semakin menjadi-jadi, disamping anak terbaring demam sedangkan ingin memberikan obat sirup justru bisa menjadi ancaman baru.
Apa sebenarnya yang menjadi penyebab dari penyakit gagal ginjal akut tersebut?
Mengapa pemerintah selama ini terlihat santai saja membiarkan obat-obatan seperti sirup yang sekarang digadang menjadi sumber pokoknya dijual bebas dipasaran. Tanpa memastikan terlebih dahulu keamanan dari kandungan obat sirup tersebut.
Bahkan sampai hari ini pemerintah juga belum bisa memastikan hal tersebut.
Padahal kasus gagal ginjal akut pada anak ini sudah ada sejak Januari 2022.
Lagi-lagi pemerintah membuktikan kegagalan dan kelalaiannya dalam mengurusi kepentingan rakyat terutama dibidang kesehatan. Selama ini pemerintah memang tidak pernah serius dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam urusan kesehatan rakyat.
Pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung dan perisai bagi rakyat namun justru hanya menjadi Fasilitator dalam urusan kesehatan dengan memberikan solusi jaminan kesehatan atau BPJS yang kita ketahui bersama kualitas kesehatan yang didapat melalui BPJS sering sekali pelayanannya buruk dan diskriminatif.
Padahal kesehatan seharusnya menjadi hak seluruh rakyat tanpa ada perbedaan kasta.
Pemerintah seolah tidak perduli akan nasib dan nyawa dari rakyatnya.
Rasulullah pernah bersabda: "Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa gak. " (HR An-Nasai)
Namun akankah pemerintah mampu untuk segera menyelesaikan permasalahan ini dengan tidak menimbulkan permasalahan baru.
Atau hanya akan memberikan solusi tambal sulam sebagai cuci tangan atas tanggung jawab pada rakyatnya.
Ideologi kapitalistik dan sekuler meniscayakan kehadiran pemimpin yang berkualitas cemerlang. Itu semua berawal dari landasan ideologi tersebut yakni hanya berasaskan manfaat.
Ibarat pohon, jika akarnya rusak tidak ada faedahnya, bahkan berbahaya jika dipertahankan, begitupula sebaliknya.
Allah swt berfirman: "Dan perumpamaan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. " (QS.Ibrahim: 26)
" Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit? " (QS.Ibrahim: 24)
Maka dapat dipastikan bahwa sistem kapitalis tidak akan mampu untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Meskipun teknologi sudah semakin canggih, bahkan ilmuan dan labolatorium canggih sekalipun sudah tersedia namun rasa keperdulian yang tidak tulus inilah yang membuat lambatnya pemerintah dalam menyelesaikan suatu masalah.
Berbeda ketika hal ini berada dalam sistem Islam. Sebuah negara yang didasarkan oleh syariat Allah memastikan pemimpin yang lahir darinya berkarakter cerdas, cekatan dan berkualitas cemerlang.
Ketika suatu wabah menyerang maka sesegera mungkin negara Islam akan cepat bergerak melakukan berbagai riset. Tanpa menunggu dukungan/ sokongan dari pihak manapun. Sebab keuangan islam semua sudah disediakan dalam baitul mal. Pemerintah juga dengan tegas mengarahkan rakyatnya yang berekonomi lebih untuk menginfakkan harta dalam penanganan suatu wabah. Semua dengan dorongan taqwallah. Sehingga seluruh umat-Nya bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang gratis namun tetap dengan kualitas terbaik tanpa membedakan si miskin dan si kaya.
Karena islam dengan tegas menjamin kesejahteraan umat dan haram apabila membiarkan umatNya menderita akibat kelalaian negara dalam menangani sebuah masalah.
Rasulullah saw. menegaskan, “Tidak boleh memudaratkan diri sendiri dan orang lain di dalam Islam.” (HR Ath-Thabarani).
Begitulah gambaran ketika sistem islam yakni khilafah apabila diterapkan. Dan hal ini bukanlah sebuah mimpi, sebab sejarah sudah menuliskannya dengan tinta emas bagaimana sistem Islam telah berhasil memimpin 3/4 dunia hingga hampir 14abad.
Ini semua tidak terlepas dari visi islam itu sendiri.
Allah Taala menegaskan dalam QS Al-Anbiya [21]: 107, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Fungsi raa’in, yakni pengurus urusan rakyat, ditegaskan oleh Rasulullah saw., “Khalifah adalah pengurus urusan rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap urusan mereka.” (HR Bukhari)
Fungsi junnah (perisai) dan pelindung umat (akidah, kehormatan, harta, jiwa, keturunan) ditegaskan Rasulullah saw., “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, orang-orang akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Bukhari)
Strategi Khilafah Mengatasi Kondisi Kedaruratan
Bukan saja untuk mengatasi persoalan pada kondisi normal, Khilafah dengan segala keistimewaannya benar-benar disiapkan untuk mengurusi hajat hidup masyarakat dalam kondisi darurat apa pun.
Karakternya yang istimewa meniscayakan ia mampu mengedepankan upaya pencegahan secara berhasil.
Wallahu a'lam bi ashawab