Oleh: Rinica M
Sobat remaja sudah pasti kenal kan ya dengan istilah Islamophobia? Ya, karena istilah ini belakangan diucapkan oleh "orang penting", yang konon meyakini bahwa di sekitar kita ini baik-baik aja kok, gak ada Islamophobia.
Alasannya yang diungkapkan salah satunya adalah karena masih banyak yang beragama Islam, dan nuansa Islam masih mudah dijumpai.
Etapi, benar begitu kah sob? Emang benar sih ya banyak yang muslim, tapi apa iya gak ada gejala Islamophobia? Pernah ingat gak kasus "overthinking" pada bendera tauhid? Pernah terjadi kan ada ketika masuk tes akademi impian, sempat riweh karena diduga kena paham radikal. Alasannya dia pasang foto profil di medsosnya pas terpasang bendera tauhid di bagian tasnya.
Yang tidak kalah memprihatinkan itu ketika pernah ramai wacana terkait komentar "orang penting" terkait pemuda good looking yang hobby ke masjid, hafal Alquran, dan penguasaan agamanya bagus hingga mudah diterima orang sekitar, merupakan ciri-ciri paham radikal. Disusul medsos pernah ramai dengan berbagai komentar negatif terhadap aksi sekelompok anak muda yang membaca Al-Qur’an di sepanjang jalan Malioboro.
Terkait dengan jilbab pun sering bermunculan tudingan sumir terhadap ajaran Islam. Jangan terlalu dipaksa lah, masih muda lah, gak usah ikut kebawa arus hijrah yang gak jelas. Bahkan untuk kasus terakhir, sampe pernah ada pembatalan acara yang mengusung konsep hijrah di salah satu kota besar.
Beberapa kejadian seperti itu sebenarnya menunjukkan apa sob? Yup, Islamophobia itu sebenarnya bisa dijumpai, dan remaja yang sedang dalam bidikannya. Sebab beberapa kasus di atas sekupnya masih dekat-dekat dengan lingkungan remaja.
Lantas mengapa kok remaja yang disasar? Siapapun pasti mengetahui bahwa remaja itu aset penting masa depan. Mewarisi apa yang ada saat ini untuk dikembangkan kembali ataukah justru sebaliknya. Maka jika mereka terinstal Islam, kondisi islami yang akan terbentuk. Kemungkinan peradaban taat Tuhan yang akan dihasilkan.
Imbasnya apa-apa yang ndak sejalan aturan Tuhan akan ditinggalkan. Dominasi ekonomi oleh neo imperialisme, gaya hidup individualis nan hedonis, tatanan hidup sekuler liberal, dll semuanya akan enyah dengan sendirinya. Akibatnya pundi-pundi cuan terkait jalur diatas akan hilang. Dan nampaknya inilah yang tidak diinginkan. Sehingga di cegahlah sejak awal bibit kesadaran Islam di kalangan generasi masa depan. Dan menyasarkan Islamophobia di kalangan remaja adalah jalan ninjanya.
Jika demikian adanya, maka tidak boleh Islamophobia ini diberi kesempatan. Harus ada penangkisan opini oleh meraka yang terpanggil secara imani. Bahwa Islamophobia ini nyata dan menimbulkan bahaya. Sebaliknya pengenalan ajaran Islam dan keunggulan ajarannya bagi kehidupan harus terus digaungkan.
Pada saat yang sama, penanaman iman perlu terus dikuatkan. Bukan hanya oleh orang tua tapi juga oleh lingkungan yang disinggahi remaja, masyarakat dan sekolahnya. Setiap apa yang masuk pada remaja harus disaring agar semakin mengokohkan imannya. Ide impor yang mengajarkan hidup hedon dan semisalnya harus diblokir.
Dan untuk memainkan peran terakhir tersebut, tentu lebih efektif bila dibackup oleh negara kan sob? Kalau semuanya kerja bareng, bergandengan tangan, tentu Islam yang banyak ini bisa beneran bebas dari gejala Islamophobia. Generasi imani yang taat lagi kuat akan siap melanjutkan masa depan dengan kebaikan. Bukankah yang demikian itu sejatinya kebaikan?[]