Oleh Mutiara Aini
Mencengangkan. Baru-baru ini publik dihebohkan dengan unggahan surat cinta yang ditulis oleh seorang bocah laki-laki yang masih duduk di sekolah dasar (SD) yang ditujukan kepada temannya. Surat cinta tersebut menggunakan bahasa yang vulgar dan sangat tidak pantas dibuat oleh seorang bocah seusianya.
Aksi inipun menjadi perbincangan publik di media sosial Twitter, bahkan membuat murka dan geleng kepala. Para netizen yang memberi komentar tak habis pikir seorang anak SD mampu menuliskan kata-kata tidak senonoh dalam surat cinta tersebut.
Liberalisme Biang Kerusakan
Dari fakta tersebut menggambarkan perilaku rusak dan dampak buruk dari sistem kehidupan saat ini. Mulai dari lemahnya peran pengasuhan, rusaknya sistem pendidikan hingga lemahnya kontrol negara atas sistem informasi. Semua itu berpangkal dari sistem sekuler kapitalis liberal yang diterapkan saat ini. Sistem ini telah menyuburkan gaya hidup bebas tanpa aturan yang benar.
Paham sekularisme menganggap bahwa agama harus ditinggalkan dalam berinteraksi sosial. Karena dianggap berisi dogma dan aturan-aturan yang mengekang sistem sekuler kapitalis. Di mana dalam sistem ini lebih memprioritaskan kesenangan duniawi dan moral. Maka dengan paradigma ini terciptalah suasana atau lingkungan yang mendukung kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sukanya bersenang-senang memuaskan nafsu birahi dan sejenisnya.
Selain itu ada misi liberalisasi yang sistematis dan terorganisir yang sengaja dilakukan oleh orang-orang kafir barat untuk merusak moral generasi muda Muslim.
Adapun misi liberalisasi tersebut yakni menanamkan paham liberalisme dan hedonisme yang membuat generasi berperilaku bebas dan kebablasan.
Alhasil sistem pendidikan, pergaulan dan pengasuhan anak hingga sistem informasi berjalan di bawah paradigma sekuler liberal yang didukung oleh negara. Lain halnya, apabila negara berada di bawah kepemimpinan Islam yakni khilafah, maka akan menjadikan ideologi Islam sebagai sandaran segala kebijakan dan aturan yang diterapkan di tengah masyarakat.
Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk mencetak generasi bertakwa, bukan hanya untuk menguasai ilmu dan pintar berteori. Namun pengetahuan yang dimilikinya akan membangun pemahaman yang tercermin dalam keimanan. Menjadikan akidahnya sebagai tolak ukur perbuatannya. Bahkan pendidikan Islam menjadi instrumen dalam pembentuk peradaban dan pandangan hidup suatu bangsa atau umat negara lain yang menjadi penanggung jawab utama.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw. "Imam itu adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."(HR. al-Bukhari).
Islam Mencetak Generasi Tangguh
Tanggung jawab negara dalam masalah pendidikan meliputi tiga perkara.
Pertama, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang layak dan cukup, baik jumlah maupun jenisnya.
Kedua, negara wajib menyiapkan tenaga pengajar yang mumpuni.
Ketiga, negara harus menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam. Negara juga bertanggung jawab menjaga stabilitas dalam keluarga pada setiap warga negaranya.
Negara akan memastikan penanggung jawab keluarga yakni ayah atau suami memiliki pekerjaan yang layak dan mendapat penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya. Sehingga suami atau ayah mampu memenuhi nafkah dan istri pun tidak dituntut untuk mencari nafkah sehingga akan memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan peran utamanya sebagai ibu pendidik bagi putra putrinya. Melalui pengurusan pengasuhan pendampingan dan pendidikan yang baik dari seorang ibu, maka akan lahir generasi saleh dan salehah yang siap menjalankan taqlid sebagai generasi penerus untuk mencetak generasi tangguh.
Negara juga bertanggungjawab menerapkan sistem pergaulan Islam. Karena penerapan sistem pergaulan Islam akan membentengi generasi dari kerusakan. Negara tidak akan membiarkan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Negara juga tidak akan membiarkan terbukanya aurat dan gerakan erotis yang merangsang syahwat.
Negara harus memberikan sanksi kepada para pelanggar aturan langsung di tempat kejadian dan menempatkan para penegak hukum di setiap pelosok negeri.
Keberadaan mereka di berbagai tempat akan memudahkan pencegahan, pengawasan dan penyelesaian kemaksiatan seperti khalwat dan mempertontonkan aurat di depan umum. Pendidikan dalam keluarga dan sekolah harus sejalan dengan kehidupan nyata di masyarakat. Karenanya, negara berkewajiban membangun masyarakat yang dinaungi suasana keimanan yang kuat serta diliputi kepedulian serta tanggung jawab.
Penegakan amar ma'ruf nahi mungkar. Pendidikan yang baik juga tidak luput dari peran media massa yang ada. Pendidikan yang baik akan berfungsi optimal jika didukung kehadiran media massa yang produktif dan konstruktif. Hanya saja keberadaannya harus dipastikan tidak kontraproduktif dengan tujuan pendidikan. Media massa harus mencerdaskan dan menumbuhkan pendidikan.
Demikianlah hanya dalam sistem Islam dunia pendidikan akan terwujud nyata.
Wallahu a'lam bishawwab