Oleh Aisyah Humaira
Pengemban Dakwah
Baru-baru ini masyarakat dihebohkan oleh kabar memilukan dengan ditemukannya sebuah keluarga yang seluruh anggotanya meninggal dalam kondisi telah membusuk. Tragedi kasus kematian satu keluarga tersebut tepatnya berlokasi di Citra Garden 1 Extentsion Kalideres, kawasan Jakarta Barat. Penyebabnya masih menjadi misteri sebab diketahui dari beberapa sumber informasi bahwa hingga kini pihak kepolisian masih berusaha mengusut kasus tersebut.
Kasus kematian yang nampak tak wajar, karena terdapat empat jasad yang merupakan sebuah keluarga meninggal seluruhnya dalam rumah secara mengenaskan ini tentu saja, menjadikan siapapun bertanya-tanya. Ditambah lagi penyebab akhir kehidupan mereka tidak diketahui secara pasti oleh tetangganya. Keempat jasad ditemukan setelah tercium bau tak mengenakkan yang muncul dari rumah tersebut oleh warga sekitar.
Melansir dari laman website kumparan.com (13/11/22) yang menginformasikan bahwa sebelumnya sempat disampaikan jika penyebab kematian Rudyanto Gunawan (71) yang merupakan kepala rumah tangga, kemudian istrinya K. Margaretha Gunawan (68), anaknya Dian (42), serta adik ipar Rudiyanto, Budyanto Gunawan (68), disebabkan karena kelaparan.
Namun lebih lanjut terkait ini, Ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie Xian alias Asyung, membantahnya. Menurut Asyung keluarga ini tergolong mampu sehingga narasi soal meninggal karena kelaparan tidak bisa dibenarkan. Fakta yang ditemukan di kompleks, kondisi rumah mereka menunjukkan ini keluarga mampu, bukan juga tercatat sebagai penerima bantuan sosial.
Kerujuk pada informasi dari laman website detail.id (12/11/22) yang disampaikan oleh Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pasma Royce bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan berupa otopsi yang dilakukan oleh dokter forensik terhadap empat jasad korban, ternyata diketahui faktanya bahwa dari lambung para mayat tersebut tidak menyimpan makanan. Terlihat pula dari otot-otot korban yang mengecil menunjukan bahwa korban sudah tidak makan dan minum cukup lama.
Berdasarkan hasil otopsi, ditemukan juga fakta bahwa keempat korban tersebut meninggal sejak tiga pekan lalu, namun dengan waktu kematian yang berbeda. Pasma menjelaskan semua korban meninggal di waktu yang berbeda. Sehingga waktu pembusukan jasad masing-masing berbeda.
Adapun keempat mayat yang ditemukan membusuk di rumah itu terdiri dari suami, istri, anak dan ipar. Penemuan berawal dari warga yang mendobrak rumah secara paksa lantaran mencium bau busuk selama sepekan terakhir.
Namun, terkait dugaan korban tewas akibat kelaparan, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut menimbang respon dari pak RT sebagaimana dijelaskan sebelumnya juga karena respon sanksi lainnya khususnya tetangga dan kerabat korban yang menurut mereka kondisi ekonomi keluarga tersebut tergolong mampu sehingga jelas kelaparan tidak tepat untuk dijadikan dugaan penyebab kematian.
Akan tetapi anggapan dari kerabat dan warga sekitar yang mengklaim kondisi ekonomi mereka terbilang mampu dibantah oleh Asyung, pak RT setempat. Asyung menjelaskan bahwa sebelum peristiwa kematian ini terjadi, diketahui korban menunggak tagihan listrik pada Agustus 2022 dan Dian sebagai anak yang merupakan salah satu korban(42 tahun) meminta pihak PLN agar memutuskan saja alirannya. Demikian ini menunjukkan bahwa ekonomi keluarga tersebut sedang tidak baik-baik saja.
Kematian keluarga ini benar-benar sebuah misteri. Berdasarkan informasi dari warga sekitar bahwa meskipun mereka sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih tetapi kehidupan keluarga tersebut sangat tertutup terhadap sekitar bahkan sanak saudaranya. Demikian menjadi salah satu akar masalah sekaligus penyebab proses penanganan akan fakta dibalik kematian mereka hingga kini masih menyisakan teka-teki.
Kejadian ini sungguh tragis dan mengiris hati. Telah menjadi rahasia umum di semesta ini bahwa pola hubungan tetangga di kehidupan perumahan modern saat ini cenderung individualistis. Manusia seakan tidak memiliki kepedulian dan kehidupan sosial kemanusiaan. Pola kehidupan seperti ini jelas dipengaruhi oleh cara pandang yang menyelimuti kehidupan masyarakat saat ini yakni sekularisme dengan kapitalisme sebagai ideologi yang dianutnya.
Sekularisme menjadikan masyarakat di dalamnya terasing dari aturan agamanya sendiri. Bagaimana tidak? Sistem kapitalisme meniadakan agama dari urusan kehidupan. Pemikiran ini jelas merusak dan mengancam kehidupan masyarakat.
Kapitalisme memandang bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu. Sehingga dalam proses penangananya, mereka beranggapan bahwa jika urusan individu telah selesai maka masyarakatpun akan bahagia dan sejahtera. Jadi, titik fokus perhatiannya hanya ditujukan kepada kepentingan-kepentingan individu.
Pandangan hidup demikian dalam proses mengurus umat jelas adalah sesat. Pilihan-pilihan yang ditetapkan hanya mengedepankan rasa kenyamanan diri sendiri. Alhasil, banyak masyarakat yang akhirnya krisis iman dan ilmu hingga terjebak dalam kubangan penderitaan yang berujung duka. Ditambah lagi negara yang membiarkan model pembangunan rumah kapitalistik serta rancangan infrastruktur seperti _smartcity_ yang mengedepankan teknologi, cenderung eksklusif. Kecanggihan ini justru menjadikan hubungan sosial dan nilai humanisme semakin terkikis.
Ini tentu saja berbeda kondisinya dengan sistem yang menjdikan Islam sebagai ideologinya dalam bernegara, yakni sistem khilafah. Jika sistem kapitalisme pada faktanya jelas membawa bencana maka khilafah sebagai satu-satunya sistem dengan ideologinya yaitu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam tentu akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Khilafah mewajibkan kita menjadikan dan menerapkan syariat Islam yakni aturan Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta beserta segala yang ada di dalamnya tak terkecuali manusia agar aturan Islam dijadikan sebagai satu-satunya standar dalam segala urusan bukan malah aturan manusia yang jelas lemah, serba kurang dan terbatas sebagaimana yang terjadi pada era kapitalisme saat ini.
Dalam sistem Islam yang diterapkan secara sempurna dalam bingkai negara yakni khilafah, perkara bertetangga dan bermasyarakat bukan sekadar dipandang sebagai interaksi sosial dimana manusia berkumpul satu dengan yang lain saja, melainkan sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang mujtahid hebat yaitu Syekh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitabnya, Nidhamul Islam bab Qiyadah Fiqriyah mengenai konsep masyarakat dalam Islam, bahwa masyarakat terdiri dari kumpulan manusia, pemikiran, perasaan, dan peraturan. Sehingga baik pemikiran, perasaan, maupun peraturan masyarakat, semuanya terikat dengan syariat.
Untuk itu, konsep bertetangga dalam Islam sangat berkaitan dengan keimanan. Mengenai ini dapat dipahami berdasarkan hadis hasan dari sebuah riwayat bahwasanya Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu pernah berkata, kami bertanya kepada Rasulullh saw. ‘’Wahai Rasulullah, apa hak tetangga itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Jika ia berutang kepadamu, maka berilah dirinya utang. Jika ia meminta bantuan, bantulah ia. Jika ia membutuhkan sesuatu, maka berilah ia. Jika ia sakit maka kunjungilah. Jika ia mati maka selenggarakanlah jenazahnya. Jika ia mendapatkan kebaikan, bergembiralah dan ucapkanlah suka cita kepadanya. Jika ia ditimpa musibah, maka turutlah sedih dan berduka. Janganlah engkau menyakitinya dengan api periuk belangmu (artinya jika engkau memasak jangan sampai tercium baunya oleh tetangga melainkan engkau memberi sebagian kepadanya). Janganlah engkau mempertinggi bangunan rumahmu, agar bisa melebihi rumahnya, dan menghalangi masuknya angin, kecuali atas izin darinya. Jika engkau membeli buah-buahan maka, berilah sebagian buah itu kepadanya. Jika engkau tidak memberinya, maka masukkan ia ke dalam rumahnya dengan sembunyi-sembunyi dan janganlah anakmu keluar membawa satupun dari buah itu, sehingga naknya menginginkannya. Apakah kalian memahami apa yang aku katakan kepada kalian, bahwa hak tetangga tidak akan pernah ditunaikan kecuali oleh sedikit orang yang dikasihi Allah?”
Hadis tersebut akan dipahami oleh individu dan masyarakat sebagai syariat Islam dalam bertetangga yang wajib untuk mereka jalankan. Sehingga jika aturan ini diterapkan, maka dapat dipastikan bahwa tidak akan dijumpai kejadian seperti yang menimpa satu keluarga di Kalideres tersebut.
Jaminannya apalagi jika bukan karena dalam kehidupan Islam akan terbentuk kepribadian masyarakat yang memahami hak-hak dan kewajiban dalam bertetangga. Tidak akan ada masyarakat yang individualis.
Islam memberi solusi dengan begitu sempurna. Syariat yang ditetapkan tidak hanya dipahami oleh individu dan masyarakat semata melainkan juga negara. Maka khilafah sebagai institusi pengurus umat akan menetapkan kebijakan terkait tata letak dan bangunan perumahan modern sebagaimana yang pernah diterapkan di wilayah Andalusia.
Dalam penataannya, terbentuk pemukiman yang begitu rapi dan memudahkan masyarkat untuk saling beriteraksi. Di setiap kawasan yang berbeda dibangunkan beberapa blok yang setiap bloknya terdiri dari beberapa rumah. Untuk kawasannya sendiri terbagi menjadi beberapa kawasan yakni kawasan pemukiman Muslim dan kawasan pemukiman nonmuslim termasuk penganut Yahudi dan Nasrani. Sekalipun tempat-tempat tersebut terpisah tetapi tidak menghalangi masyarakatnya untuk bersosialisasi.
Demikianlah sistem khilafah dalam realitanya. Dengan kesadaran iman maka aturan Islam dapat membentuk kepribadian luhur bagi setiap individu yang mau menjadi bahagia nan sejahtera. Hal ini dikarenakan syariat menuntun individu, siapapun dia yang telah mampu berpikir agar dalam prosesnya menjalani aktifitas berorientasi pada kemaslahatan bukan materi.
Selain itu, dalam sistem Islam masyarakat akan disadarkan bahwa Islam sangat memuliakan setiap manusia yang dibuktikan dengan adanya prinsip bahwa di indikator penentu perbedaan diantara manusia adalah hak Allah semata yang pada prinsipnya begitu mulia bahwa semua manusia adalah sama, yang membedakan hanyalah tingkat katakwaanya. Sehingga tidak ada penyakit gengsian apalagi merasa lebih baik daru yang lain dalam segala urusan yang bermuara pada pengakuan akan eksistensi diri.
Demikian terbukti bahwa hanya dalam naungan khilafah kita akan aman, terjaga kepribadiannya sehingga mampu membangun peradaban umat manusia yang InshaAllah mulia dan bermartabat.
Wallahu a'lam bisshawab