Rasa Aman Menjadi Hal Langka, Hanya Islam yang Mampu Mewujudkannya

 


Oleh Nasywa Adzkiya
(Aktivis Muslimah Kalsel)

Berbagai kasus kekerasan dan kriminalitas menghiasi pemberitaan setiap hari di berbagai media. Bermacam kasus kriminalitas terjadi di negeri ini, mulai dari pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, pelecehan, perampokan, pembegalan, penipuan dan lain-lain. Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Rasa aman seolah menjadi hal langka di negeri ini.

Baru-baru ini publik dikejutkan dengan aksi sadis yang dilakukan oleh seorang pria yang tega membunuh anak dan istrinya. Aksi pria berinisial K yang membunuh anak perempuannya dan membantai istrinya secara sadis mengejutkan warga di Perumahan Klaster Pondok Jatijajar, Depok.

Melansir dari kompas.com (2/11/2022) Kepolisian Resor (Polres) Metro Depok mengungkap motif pembunuhan anak oleh ayah kandungnya pada Selasa (1/11/2022) di perumahan Pondok Jatijajar, Kota Depok, Jawa Barat.
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Metro Depok Komisaris Besar (Komber) Imran Edwin Siregar mengatakan, perselisihan dipicu karena pelaku yang bernama Rizky Noviyandi Achmad (31) sering pulang pagi.

Kasus di atas hanyalah salah satu contoh kasus kriminalitas terbaru yang terjadi di Indonesia. Masih banyak kasus-kasus kekerasan dan kriminal sadis lainnya. Ironisnya kasus-kasus kekerasan seperti ini justru dilakukan oleh orang-orang terdekat.

Mengutip dari jurnal pancabudi.ac.id (2/07/2019) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas Sumatera Utara (Pendekatan Ekonomi)  tingginya angka kriminalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, hukum yang kurang tegas, tingginya tingkat pengangguran dan upah yang tidak memadai.

Jika dilihat dari sisi pendidikan yang ada di Indonesia terlihat ada perubahan kurikulum setiap tahun. Namun faktanya belum terjadi peningkatan yang signifikan terhadap moral anak bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran pendidikan di Indonesia masih belum stabil. Selain itu, pengangguran juga merupakan salah satu indikator penyumbang munculnya tingkat kriminalitas.

Efek Sistem Kehidupan yang Rusak

Juan Martin menuliskan dalam muslimahnews.com (29/10/2022), bahwa kriminalitas dengan segala motifnya sesungguhnya merupakan produk dari kondisi masyarakat dan pergolakan sosial yang melingkupi mereka. Sistem sosial ini lahir dari paradigma khas tentang kehidupan.v Sedangkan kondisi masyarakat termanifestasi dari pemahaman individu tentang interaksi sosial. Ini pun tidak lepas dari paradigma sistemis.

Dalam tatanan sosial masyarakat sekuler kapitalisme, individu-individu tersebut hidup di tengah sistem yang berpandangan khas. Masyarakat dalam sistem kapitalisme bermakna kumpulan individu yang terjamin kebebasannya. Negara memberi kebebasan kepada individu untuk berbuat apa pun tanpa intervensi orang lain. Inilah bentuk jaminan negara terhadap individu dalam sistem sekuler. Pandangan mengenai masyarakat ini telah mengikis sensitivitas sistem sosial masyarakat.
Di sisi lain, individu masyarakat sekuler berkembang menjadi individualis dan tidak peka dengan sekitarnya. Suasana keimanan juga tereduksi karena spirit ini hanya hadir di ruang-ruang peribadatan.

Kembali pada Islam Kafah

Islam adalah agama yang paripurna. Bukan hanya sekadar mengatur hubungan manusia dengan Allah dalam bentuk ibadah saja. Melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam pengaturan hubungan manusia dengan sesamanya inilah Islam memiliki pengaturan yang khas, yang tidak dimiliki oleh agama lainnya.
Peraturannya terpancar dari akidah sahih yang bersumber dari Sang Pencipta. Bahkan Al-Quran telah memberikan petunjuk bagaimana kehidupan manusia diatur di dunia.

Dalam Islam aturan kehidupan bersumber dari kitab Al-Quran yang merupakan petunjuk hidup manusia. Hal ini tentu sangat berbeda dengan sistem kapitalis sekuler hari ini. Yang mana sistem sekuler menjauhkan manusia dari Sang Pencipta dan membuat aturan kehiudpan sendiri yang penuh dengan kepentingan dan hawa nafsu.
Pengaturan kehidupan dalam Islam adalah pengaturan yang mampu membuat manusia menjadi insan luhur dan mulia karena bersumber dari Sang Pencipta.

Islam adalah agama yang fitrah. Manusia akan menjadi mulia dan luhur di bawah naungan syariah Islam. Sebagaimana yang pernah terjadi di masa kegemilangan Islam. Suasana amar makruf nahi mungkar ini hadir dari kesadaran untuk saling mengingatkan. Individu yang lain pun memahami ini sebagai bahasa cinta sesama anggota masyarakat. Jika saling mengingatkan dalam perkara kebaikan itu telah hilang, justru itu adalah alarm betapa di antara anggota masyarakat telah hilang budaya saling mengingatkan.

Tidak akan ada rasa tersinggung sebab teguran atas khilaf adalah manifestasi cinta sesama Muslim. Rasulullah saw. Bersabda, “Agama adalah nasihat. Para sahabat bertanya, ‘Untuk siapa ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, serta pemimpin-pemimpin umat Islam dan juga bagi umat Islam seluruhnya." (HR Muslim)

Dalam Islam, pengaturan masyarakat dilakukan oleh negara di bawah kepemimpinan yang bertanggung jawab terhadap urusan rakyatnya. Pemimpin adalah pelayan bagi umat. Umat bukanlah objek untuk mencari keuntungan seperti halnya sistem kapitalis hari ini. Negara tidak akan merasa terbebani oleh rakyat. Karena melayani urusan umat sudah semestinya menjadi tanggung jawab negara.

Islam akan mengkondisikan rakyat menjadi masyarakat yang terjamin kebutuhan hidupnya, menjaga akidahnya dan menjamin keamanan hidupnya. Oleh karena itu faktor pemicu terjadinya kriminalitas tentu akan musnah. Masyarakat yang memiliki akidah Islam menjadikan mereka berbuat dan bertingkah laku atas dasar keimanan kepada Allah Swt. Lantas, tidak kah kita tergerak untuk mewujudkannya? Agar kehidupan umat manusia menjadi lebih mulia .

Wallahu a'lam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak