Oleh: Rahmawati Nursyeha
Satu keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden I Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat disebut sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih.Ketua RT07/15 Asiung mengatakan, keluarga yang tewas itu disebutkan sudah tinggal jauh lebih lama ketimbang dirinya di perumahan tersebut.
Asiung yang lokasi rumahnya berada di depan kediaman satu keluarga yang tewas itu menyebutkan keluarga tersebut memang dikenal tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Tak hanya dengan warga, keluarga itu disebut juga jarang berkomunikasi dengan sanak saudaranya selama masih hidup. Empat anggota keluarga yang tewas itu juga disebut Asiung tak pernah mengikuti kegiatan kegiatan sosial di lingkungan RT semisal acara keagamaan.
Sebelumnya, warga Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat digegerkan dengan adanya penemuan empat orang dalam keadaan tewas pada Kamis (10/11/2022). Keempat jasa itu yakni seorang bapak berinisial RG (71), anak berinisial DF (42), ibu berinisial KM (66), dan paman berinisial BG (68). Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat Kompol Haris Kurniawan menerangkan penemuan empat mayat itu awalnya saat warga curiga setelah mencium bau busuk yang berasal dari salah satu rumah. Haris menyebut dari informasi masyarakat di lokasi, keempat jasad yang ditemukan itu merupakan satu keluarga dengan keadaan sudah membusuk.
Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Pasma Royce menyebut dari hasil pemeriksaan dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, keempat orang yang tewas itu sudah lama tidak mendapat asupan makanan maupun minuman.
Pasma menyebut keempat jenazah itu sudah meninggal dunia sejak tiga minggu yabg lalu sehingga saat ditemukan jasadnya sudah membusuk. Lebih lanjut, Pasma juga mengungkapkan bahwa pihaknya tak menemuka ada bercak darah di lokasi penemuan keempat mayat tersebut. Selain itu, kata Pasma, kondisi rumah juga dalam keadaan rapi, tidak berantakan, serta layak untuk ditinggali.
Asiung, Ketua RT 015/RW 07 di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat menyebut sempat menegur salah satu korban yang ditemukan tewas bersama tiga anggota keluarganya. Asiung mengatakan dirinya menegur DF (42) yang merupakan anak dari keluarga tersebut karena ada surat dari PLN soal tunggakan bayar listrik pada 31 Agustus 2022. Setelah itu, Asiung mengaku berkomunikasi dengan DF pada 5 September 2022 untuk mengingatkan agar membayar listrik agar tidak diputus. Asiung mengatakan keluarganya sempat membayar listrik sebesar Rp300 ribu. Namun, pada Oktober 2022, mereka meminta petugas PLN memutus aliran listriknya.
Sungguh miris jika dari peristiwa mengenaskan ini, mereka malah mengklaim bahwa keluarga tersebut tertutup dan enggan berinteraksi dengan tetangga. Pakar Psikolog Forensik, Reza Indragiri Amriel juga tidak setuju mengkambing hitamkan sikap anti sosial dari keluarga tersebut. Reza mengingatkan agar jangan berasumsi bahwa sikap anti-sosial ini menjadi penyebab kematian mereka.
Reza menuturkan, masyarakat saat ini kerap menjadikan keengganan bersosialisasi sebagai masalah. Tetapi lupa untuk menilik bahwa mungkin saja, mereka enggan bersosialisasi ini justru sebagai akibat sehingga mereka menutup diri. [https://m.republika.co.id]
Dari kejadian ini, keterlambatan masyarakat sekitar mengetahui tewasnya tetangga mereka sekeluarga sungguh sangat miris. Bagaimana mungkin, selama tiga minggu tidak terjadi interaksi sama sekali dengan mereka. Bukankah sekarang ini adalah era digital?
sehingga jika mereka tidak berinteraksi secara langsung dengan keluarga tersebut, mereka masih bisa berinteraksi secara online. Apakah dari tetangganya itu tidak ada yang menjadi teman atau menjadi follower yang melihat statusnya di media sosial?
Jika demikian, maka ketidaktahuan para tetangga akan tewasnya sekeluarga di Kalideres itu menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar tempat tinggal keluarga tersebut sudah terjangkit sekuler individualtis. Bagaimana tidak, saat ini kita hidup dalam kungkungan sistem sekuler yang darinya melahirkan perilaku individualistis. Sekulerisme menghadirkan persepsi keliru tentang interaksi sosial ditengah masyarakat.
Itulah kenapa, penting bagi kita untuk memahami konsep masyarakat Islam. Dalam pandangan Islam, masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama, dan di dalamnya terjadi interaksi sosial berdasarkan aturan Islam. Dalam Islam, interaksi ini tidak terbatas dengan yang sesama muslim, tetapi juga kepada tetangga yang nonmuslim.
Islam dengan tegas mengatur perihal adab dan tata aturan bertetangga. Islam tidak memberi ruang bagi perilaku individualistis, karena perilaku ini menghilangkan hakikat makhluk sosial pada diri manusia.
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Muslim)
Hadis di atas jelas menganjurkan untuk berbuat baik dan memuliakan tetangga. Memperhatikan tetangga adalah bagian dari syariat Islam. Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah saw. bersabda, “Jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu.” (HR Muslim)
Islam dengan aturan yang paripurna telah menempatkan semua aspek interaksi sosial secara tepat sehingga tata cara kehidupan tidak salah kaprah. Adab lainnya dalam bertetangga adalah dengan kewajiban mengetuk pintu ketika bertamu ke rumah tetangga, juga larangan mengintip melalui jendela ketika pemilik rumah belum membukakan pintunya setelah kita mengetuknya.
Allah Taala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ‘Kembali (saja)lah,’ maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS An-Nuur [24]: 27—28)
MasyaAllah begitu lengkapnya syariat Islam. Dalam kehidupan bertetangga pun banyak peraturan juga adab-adab yang harus kita perhatikan. Hanya dalam naungan sistem Islam lah sistem sosial kemasyarakatan dapat dapat terjalin dengan baik, meski berbeda keyakinan.
Wallahu'alam bissawab
Tags
Opini