Penguasa Represif Terhadap Dakwah tapi Mengayomi Acara Unfaedah

 


Oleh Zia Sholihah 

(Pemerhati Kebijakan Publik)


Sebuah artikel merilis sebuah kejadian yang sangat disayangkan oleh Masyarakat kita. Berita berjudul Konser ‘Berdendang Bergoyang’ Dihentikan Karena Over Kapasitas, Polisi Periksa Panitia tersebut seharusnya menjadi perhatian publik.


Konon konser berdendang bergoyang’ yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta Pusat dihentikan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 malam karena over kapasitas. Panitia penyelenggara konser pun tengah diperiksa pihak kepolisian.  Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (30/10/2022) mengatakan bahwa saat ini masih diinterogasi, artinya masih dalam penyelidikan, dan dibawa ke Polres Jakarta Pusat. 


Selain memeriksa panitia penyelenggara, Komarudin juga menyebut pihaknya tengah mendalami indikasi minuman keras (miras) dalam konser ‘Berdendang Bergoyang’ tersebut.  Lebih lanjut,  jajaran Polres Metro Jakarta Pusat terpaksa menghentikan konser ‘Berdendang Bergoyang’ di Istora Senayan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 malam. Konser tersebut dihentikan sekitar pukul 22.10 WIB.


Kondisi ramai menyebabkan banyak penonton konser yang pingsan karena kurangnya tenda kesehatan di area tersebut. Tak hanya itu, tindak kejahatan seperti pencopetan juga terjadi dalam konser berdasarkan laporan dari beberapa penonton. Polisi juga menilai kondisinya sangat tidak memungkinan, overload atau over kapasitas ya sehingga cukup membahayakan.


Sangat disayangkan, aparat pemerintah baru mempemasalahkan dan menghentikan acara ketika sudah nampak nyata  adanya kekacauan.  Seharusnya aparat sudah bisa melakukan mitigasi acara, apalagi diketahui adanya penjualan tiket over kapasitas. Tambah lagi acara disertai dengan kemaksiatan (adanya minuman keras).


Selain itu, pemberian ijin untuk acara yang tak membawa manfaat terhadap pembentukan karakter generasi sebagai pilar peradaban cemerlang, menunjukkan pemerintah benar-benar  tidak memiliki  perhatian terhadap pembangunan manusia khususnya generasi muda. Hal ini berbanding terbali dengan sikap mereka terhadap acara-acara yang  berbasis Islami, semisal Hijrah Fest.  


Apalagi bila dibandingkan dengan pelarangan acara hijrah fest Surabaya beberapa waktu yang lalu. 

Hijrah yang digalakkan dan diakomodir para artis telah membawa perubahan besar di kalangan fans mereka. Mereka memberikan contoh perubahan yang besar, dan tentunya lebih dekat pada syariat. Namun, sayang pemerintah justru mengggiring opini bahwa gerakan gerakan dakwah semacam itu sebagai gerakan radikalisme yang harus diberangus.


Hijrahfest bertajuk Surabaya Islamic Festival yang digelar di Jatim Expo mulai 14 sampai 16 Oktober ini tadinya akan diikuti 150 pengusaha UMKM baik dari sektor makanan, travel, hingga busana Muslim. 


Dikutip Kantor Berita RMOLJatim, saat konferensi pers di Surabaya, Selasa (11/10), Arie Untung menyampaikan kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan, menggerakkan, dan membuka potensi halal lifestyle di Surabaya dan sekitarnya melalui 150 stan pameran aneka produk halal baik makanan, moslem fashion, halal travel, beauty dan personal care, keuangan syariah, sampai dengan financial technology.


Ditambah pula, acara yang memadukan dakwah dan perdagangan ini waktu digelar di Jakarta mampu mencatatkan nilai transaksi sekitar Rp. 28 Milyar, dan diharapkan saat diadakan pertama kalinya di Surabaya mampu melebihi event sebelumnya. Tentunya ini selaras dengan program Pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat produk halal pada 2024 dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang ada.


Di mana letak kesalahannya? Mereka berdakwah tapi dianggap sebagai sesuatu yang merusak.


Lalu, bagaimana rakyat bisa dekat dengan agama yang seharusnya bisa membawa keberkahan di negeri ini? 


Dalam satu kesempatan, Nabi saw. bersabda, “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun mengutuk kalian.”


Ibnu Taimiyyah menyatakan agama Islam tidak akan bisa tegak dan abadi tanpa ditunjang oleh kekuasaan, dan kekuasaan tidak bisa langgeng tanpa ditunjang dengan agama. Itulah kenapa, seharusnya pemimpin itu sendiri seharusnya menjaga agama rakyatnya. Penguasa dalam Islam jelas memiliki perhatian besar terhadap pembentukan generasi, dan senantiasa memberikan lingkungan yang kondusif  demi terbentuknya generasi berkualitas yang taat  pada Allah.


Wallahu a'lam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak