Pemuda Dalam Dekapan Kapitalisme



Oleh : Andini


Untuk kesekian kalinya terjadi kekisruhan karena jumlah penonton yang melebihi kapasitas dalam sebuah acara. Tidak hanya berdesakan, penonton yang tumpah ruah dalam satu tempat itu pun mengaku banyak terjadi pencopetan. 

Konser 'Berdendang Bergoyang' yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta Pusat itu dihentikan pada hari kedua penyelenggaraannya, Sabtu, 29 Oktober 2022 sekitar pukul 22.10 WIB. Konser tersebut dihentikan karena penonton yang membludak. Panitia penyelenggara konser pun tengah diperiksa pihak kepolisian.

"Kami menilai kondisinya sangat tidak memungkinan, overload ya sehingga cukup membahayakan," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin. (tvonenews.com, 30/10/2020)

Penonton yang ada di tempat kejadian juga mengeluhkan banyak hal. Mulai dari laporan palsu mengenai jumlah tiket yang dijual, panitia yang tidak kompeten dan sangat abai, serta penempatan stage yang tidak strategis. Anehnya lagi, banyak pengunjung yang datang bebas keluar masuk tanpa pemeriksaan tiket.

Seperti tidak belajar dari tragedi-tragedi sebelumnya, kerumunan orang yang melebihi kapasitas terus berulang. Padahal fenomena seperti ini bukan hanya bisa menjadi peluang terjadinya kejahatan, tetapi bisa sampai merenggut nyawa seseorang. 

Mirisnya lagi, acara yang berisi konser musik, aktivitas ikhtilat, dan banyak menimbulkan mudharat ini sangat digandrungi oleh pemuda kita. Di usia produktifnya, dengan semangat darah mudanya, energi itu justru dihabiskan di tempat-tempat dan di acara-acara yang minim manfaat.

Pemberian izin untuk acara yang tidak bermanfaat bagi pembentukan karakter generasi bangsa ini juga menunjukkan bahwa pemerintah tidak memiliki perhatian terhadap pembangunan manusia, khususnya generasi muda. Apalagi jika dibandingkan dengan pelarangan acara Hijrah Fest Surabaya beberapa waktu yang lalu.

Dua acara tadi memang saling bertolak belakang. Yang satu konser musik yang melenakan. Satunya lagi acara kajian Islami yang bisa mencerahkan. Sayangnya, kita bisa melihat sendiri mana yang lebih leluasa diselenggarakan di negeri yang bermayoritas muslim ini.

**

Dibalik larisnya berbagai acara minim manfaat di kalangan pemuda, bahkan hingga overload, ada peran besar kapitalisme. Kapitalisme telah mengemas penjajahan gaya baru dengan narasi yang seolah keren dan sesuai dengan identitas pemuda.

Sekulerisasi dan liberalisasi bawaan kapitalisme telah membuka jalan bagi menguatnya nilai-nilai kebebasan, gaya hidup serba boleh, dan ide-ide rusak lain, yang mana semua itu mendorong sikap hedonis, cinta dunia dan menjauhkan kita dari ketaatan pada nilai-nilai agama. 

Hasilnya, maraklah konser-konser musik, seks bebas, kekerasan seksual, kriminalitas, hingga penyalahgunaan narkoba.

Di sisi lain, kapitalisme telah mengaruskan isu berbahaya di tengah-tengah umat, seperti isu terorisme, ekstremisme, dan radikalisme, sehingga pemuda menjadi enggan menerima nilai dan syariat Islam.

**

Kondisi generasi muda saat ini tentu tidak terlepas dari peran penguasa. Penguasa yang memerhatikan betapa pentingnya pembentukan generasi pemuda tentu tidak akan mudah menerima ide-ide yang bisa merusak karakter bangsanya.

Sebaliknya, penguasa yang peduli akan memahami bagaimana mengasah potensi pemuda, serta memberikan sarana dan prasarana agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi generasi muslim berkarakter kuat, tangguh, dan mampu mambawa bangsanya ke arah kebangkitan yang hakiki.

Mereka tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya dengan membebek dalam kesenangan dunia dan sibuk mengejar kebahagiaan yang semu. 

Rasulullah saw. telah memperingatkan, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, keadaan kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum saat sibukmu, dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR Al-Baihaqi)

Syekh Al-Qaradhawi dalam Wajibu Syababul Muslimul Yaum (1988) menguraikan, ada empat amanah sebagai prioritas pemuda muslim bagi masa depan Islam, yakni (1) memahami Islam secara integral, (2) mengamalkan Islam, (3) mengajak orang lain berislam (berdakwah), dan (4) memiliki soliditas dan solidaritas. (muslimahnews.net)

Maka ini menjadi tanggung jawab negara untuk mengoptimalkan potensi pemuda. Landasan pembangunan generasi harus bertumpu pada ideologi Islam, termasuk landasan dalam sistem pendidikan. Pendidikan Islam inilah yang akan menghasilkan generasi berkepribadian Islam serta menguasai ilmu dan teknologi yang bermanfaat bagi umat.

**

Tetapi kembali lagi, pembentukan generasi muda yang cemerlang, serta penguasa yang peduli pada kondisi generasi hanya ada dalam peradaban Islam, bukan peradaban Barat ataupun kapitalisme. Sudah saatnya kita meninggalkan kapitalisme dan ide-ide rusak lainnya. Dan kembali pada aturan Islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak