Oleh: Maya Dhita E.P.
Pegiat Literasi
Demokrasi yang identik dengan Pemilihan Umum, sudah terasa gelombangnya meski masih dua tahun lagi digelar. Hajatan rakyat dengan biaya fantastis untuk memilih orang nomor satu di negeri ini dipersiapkan dengan penuh perjuangan oleh pesertanya. Berbagai strategi politik dengan rencana A, B, dan C dipersiapkan secara matang. Meski tak jarang rencana D muncul di saat-saat terakhir karena situasi politik yang tidak pernah bisa diramal.
Beberapa calon pasangan pemimpin mulai bisa diraba. Gempuran pencitraan lewat sosial media tak terelakkan. Netijen tak kalah heboh dengan saling adu otot jari lewat komentar berbalasan penuh sindiran, kritik pedas bahkan serangan ejekan beruntun tanpa pikir panjang. Cinta buta.
Di samping dukungan luar biasa itu, yakinkah calon pemimpin yang di dukung akan mampu mewujudkan semua janji-janji politiknya? Mampukah menjamin keadaan yang lebih baik? Dapatkah mewujudkan kesejahteraan rakyat? Selagi sistem yang dijalankan masih sama, seberapa pun kuat calon pemimpin itu, maka dia tidak akan mampu membawa perubahan signifikan bagi negeri ini.
Dalam sistem Islam, seorang pemimpin akan dipilih untuk menjalankan syariat Islam dalam kepemimpinannya. Segala kebijakan yang dikeluarkan adalah hukum syarak. Kepemimpinannya adalah amanah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dalam bingkai syariat.
Dalam sistem Islam, seorang pemimpin harus memiliki jiwa negarawan sejati. Dan untuk mewujudkan sosok negarawa sejati bagi Indonesia, seseorang pemimpin harus memiliki pemaham politik yang benar yang berasal dari sang pencipta yaitu Allah Swt. Sehingga dalam menjalankan amanah selalu dikendalikan oleh rasa takut pada Allah Swt.
Selain itu, seorang negarawan sejati paham bahwa ia harus selalu berorientasi pada pelayanan atau pengurusan umat. Hal ini merupakan tujuan aktivitas politik yang dijalaninya.
Ia juga harus memiliki landasan ideologi politik yang jelas dan benar. Ia berpijak pada Al-Qur'an dan sunah. Ia yang memegang kendali dalam perpolitikan dan tidak mudah terbawa arus. Politik yang menunjukkan identitas sebagai negara yang berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa.
Untuk itu, Indonesia harus memiliki Ideologi yang kuat. Sehingga mampu berdiri di atas kaki sendiri. Tidak mudah terombang-ambing arus. Apalagi kalau bukan ideologi Islam. Ideologi yang tepat untuk diterapkan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan negara.
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." [Al-A'rof: 96]
Jadi untuk mewujudkan pemimpin berjiwa negarawan, tak cukup bermodal manusia-manusia berkualitas, beriman dan takut Allah saja, tetapi diperlukan adanya penerapan ideologi sahih untuk mewujudkan amanah kepemimpinannya yaitu menjalankan syariat Islam secara kafah.
Wallahualam bissawab.