Oleh: Julia Ummu Adiva
Pemuda Muslim merupakan harapan umat sekaligus penerus estafet perjuangan dalam mengembalikan kehidupan Islam yang adil dan menyejahterakan seluruh manusia. Mental yang kokoh lagi kuat dan tidak mudah rapuh harus ada pada remaja muslim hari ini.
Tapi pada faktanya, rentetan kabar datang dari pemuda dan pelajar muslim belakangan ini, seperti yang terjadi belum lama ini. Warga Yogyakarta digegerkan dengan kasus bunuh diri seorang mahasiswa. Seorang laki-laki berusia 18 tahun yang tercatat sebagai mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada (UGM) tewas setelah jatuh dari lantai 11 Hotel Parta di Jalan Colombo, Caturtunggal, Depok, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (8/10/2022). Sebelum melakukan aksi nekat tersebut, korban memang sudah terlihat berbeda perilakunya dalam kurun waktu tiga minggu terakhir. Petugas kepolisian pun menemukan surat keterangan psikologi keluaran rumah sakit JIH. (Yogya.Inews.id, 10/10/2022)
Miris, bunuh diri seolah jadi tren pilihan generasi muda dalam menyelesaikan persoalan hidup mereka. Nahasnya, berdasarkan analisis data yang ada, Sandersan Onie atau Sandy sebagai Projects Leader dan Founder Emotional Health for All (EHFA) menyatakan kasus bunuh diri remaja di Indonesia minimal empat kali lipat dari data yang terlapor. Sedangkan berdasarkan hasil survei Peneliti dari Pusat Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Amirah Ellyza Wahdi menjelaskan kondisi permasalahan kesehatan menunjukkan gejalanya mulai usia remaja. Setidaknya dari hasil survei tersebut didapat data sebanyak 2,45 juta remaja di Indonesia dinyatakan mengalami permasalahan kesehatan mental. (Liputan6.com, 31/10/2022)
Selain itu, lirik lagu Ojo Dibandingke menggoyang Istana Negara pada 17 Agustus 2022 lalu. Farel Prayoga namanya, pelajar kelas 6 SD di Jawa Timur itu kian melejit setelah tampil di Istana. Permintaan untuk tampil nyanyi dari panggung ke panggung semakin banyak dan sudah pasti pundi-pundinya pun makin bertambah.
Serupa, tetapi tidak
sama, sosok Jeje Citayam yang viral di Citayam Fashion Week, berdandan ala swag, bergaya bak model amatiran di Jalan Sudirman, Jakarta. Belum selesai sampai di situ, baru-baru ini, dunia maya digemparkan unggahan surat cinta yang begitu vulgar dan mesum yang ditulis seorang anak SD, sungguh miris rasanya.
Sepertinya profil pemuda dan pelajar saat ini tidak jauh dari tawuran, percintaan, gaya hidup yang hedonis, hingga mengejar eksistensi, tetapi minim prestasi. Sungguh hal ini menunjukkan betapa generasi muda, khususnya Gen Z, telah kehilangan jati diri sebagai seorang pelajar yang seharusnya tugas mereka adalah belajar dan menempa diri menjadi sosok pemimpin pada kemudian hari dan menjadi tonggak dalam perubahan.
Dari semua kasus di atas bahkan banyak lagi yang tak terdata diluar sana hal ini tentu ada penyebabnya. Satu-satunya biang masalahnya adalah liberalisme yang lahir dari ideologi sekuler. Agama tidak mendapat ruang untuk mengatur tata kehidupan manusia. Agama sebatas diakui dan mengatur ibadah tok saja.
Hal ini sungguh membuat kita mengelus dada, terlebih kita sebagai orang tua yang benar-benar menjadi kontrol setiap saat ketika anak kita tergerus akibat liberalisme yang kian menampakkan kebobrokan nya, tapi hal ini tak cukup. Butuh negara yang mengatur agar tak terulang terus menerus.
Rasulullah saw diutus dan mengemban Islam bagi seluruh alam, kebencian kaum kufar memang sudah tampak sampai hari akhir kepada Islam. Begitu pun ketika nanti Islam akan kembali tegak dalam naungan Khilafah, mereka tidak henti berupaya menghancurkan bangunan tersebut.
Sehingga saat ini ketika bangunan peradaban Islam telah tiada, kaum kufar tidak lelah menjauhkan generasi muslim dari agamanya, ditambah lagi kemajuan teknologi menjadikan berbagai macam kemudahan itu sebagai penghancur mentalitas generasi. Generasi muslim dimanjakan dengan kehidupan yang serba mudah dan instan. Mereka tak terbiasa untuk menyelesaikan persoalan mereka sehingga mereka seringkali memilih jalan pintas dalam menyelesaikannya. Dan inilah kehidupan sekuler itu, saat akidah dijauhkan dari kehidupan manusia. Allah SWT sudah memperingatkan atas hal ini.
Karena kerusakan mental generasi hari ini sudah berada pada level akut yang sangat mengerikan. Bahwa kehidupan kita hari ini tak baik-baik saja. Sistem terapan yang berakidah sekularisme telah merusak masa depan generasi dan menjebak mereka pada kehidupan semu yang menipu.
Kini saatnya pemuda Muslim sadar bahwa mereka adalah kunci keberhasilan Barat melawan Islam, tetapi sekaligus kunci kemenangan bagi Islam. Kemuliaan senantiasa menunggu para pemuda Muslim untuk menjadi pejuang terdepan.
Maka dari itu, Bangkitlah wahai pemuda! Jadilah garda terdepan dan tonggak peradaban dalam perjuangan ini, jadikan Islam sebagai penyembuh bagi diri dengan membuktikan bisyarah (kabar gembira) Rasulullah, dengan mengambil peran penting, ikut andil dan berkontribusi dalam meraih kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah, karena perjuangan mewujudkan khilafah merupakan jalan panjang, terjal dan penuh onak hingga duri yang tajam, sehingga memerlukan kekuatan iman dan kerja keras dakwah sesuai metode dakwah Rasulullah agar terlahir kekuatan iman yang melahirkan loyalitas dan ketundukan terhadap syariat, dorongan yang kuat untuk melaksanakannya dan memperjuangkannya. Bahwa ini bukanlah sebuah khayalan atau dongeng semata. Karenanya dengan kembali pada pangkuan sistem Ilahi, yang Allah telah Ridhoi kelak akan terasa Rahmatan Lil Alaamiin hingga menjadikan langit-langit penuh dengan panji-panji kemenangan Islam di seluruh penjuru dunia.
Wallahu'alan bi showab[]
Tags
Opini