Generasi Berdendang Bergoyang Vs Generasi Peradaban Islam



Oleh: Sri Yana Spd.I


Generasi adalah anak keturunan yang akan melanjutkan kehidupan sebelumnya. Di mana generasi telah mengalami perubahan dari segi pola pikir maupun pola sikap. Karena pola pikir dan pola sikap yang menentukan maju atau mundurnya suatu peradaban. Faktanya generasi saat ini lebih senang hura-hura dibanding menghadiri majelis ilmu. Sebagaimana yang dilansir megapoltan.kompas.com, 30/10/2022 bahwa Festival Musik" Berdendang Bergoyang" yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta telah dihentikan polisi di hari kedua, yaitu Sabtu malam. Karena terjadi kelebihan kapasitas.
Memang tidak dimungkiri karakter generasi saat ini sudah jauh dari nilai-nilai agama dan kebanyakan agama tidak dijadikan pedoman hidup. Bahkan dikesampingkan. Miris bukan. Kenapa bisa terjadi? Karena semenjak Daulah Utsmaniyah runtuh. Umat bagai kehilangan induknya. Tak ada junnah yang akan melindungi. Wilayah Islam yang satu dikotak-kotakkan menjadi lebih 50 negara yang dibagi-bagi kepada penjajah.

Inilah yang menyebabkan generasi-generasi saat ini tidak terjaga dari kerusakan dunia yang fana. Generasi terlena dengan manis-manisnya janji sekularisme. Sekularisme benar-benar mengakar pada diri generasi saat ini. Generasi yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama tak jadi standar dalam segala perbuatannya. Standarnya adalah untung rugi. 

Apapun yang menguntungkan pasti diambil, dan yang merugikan akan ditinggalkan. Dari standar itulah akhirnya generasi bebas melakukan apa saja walaupun dilarang agama. Agama dikesampingkan menjadi pilihan terakhir. Akhirnya yang haram pun dilakukan. Mereka sudah tak takut-takut dalam melakukan dosa. Dosa-dosa banyak terlihat dimana-mana dan menjadikan hal yang lumrah, misalkan seperti pembunuhan, perzinahan, pencurian, bahkan korupsi, dan sebagainya telah terjadi dimana-mana. Menunjukkan jati diri generasi yang rusak. Hal tersebut sudah menggejala di seluruh aspek kehidupan. Generasi yang notabennya baik-baik saja, bisa juga rusak karena lingkungan yang sudah dikuasai sekularisme.

Karena sekularisme dengan asasnya yang menjunjung kebebasan, membuat generasi sesuka hati dalam bertindak dan berperilaku. Atas dasar inilah generasi sekarang sedang terpuruk. Terpuruk dari segi pola pikir dan pola sikap. Tak disadari pola pikir dan pola sikap yang sekularisme sudah mendarah daging kepada generasi-generasinya. Sulit untuk diajak ngaji dan belajar Islam. Sudah termindset memilih aktivitas yang berbau materi atau kesenangan belaka. 

Sudah tersistem generasi sekarang sudah disibukkan dengan dunia kerja, dunia kampus, dan dunia fana semata. Mereka sudah cukup lelah dengan kesibukan-kesibukan yang ada, sehingga sangat sedikit sekali generasi yang melek politik. Jangankan berpolitik, mencari ilmu agama yang sifatnya individu saja sudah enggan. Apalagi berpikir politik yang notabennya mengurusi urusan umat.
Oleh karenanya marilah berjuang menjadi generasi cemerlang. Generasi yang cerdas secara pemikiran. Sebagaimana dicontohkan oleh generasi-generasi terdahulu. Seperti: Muhammad Al Fatih pada umur 22 tahun sudah bisa menaklukkan konstantinopel ibu kota Byzantium, Zaid bin Tsabit pada umur 13 tahun sudah menjadi penulis wahyu, mampu menguasai bahasa Suryani dalam 17 malam, hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur'an.

Begitulah generasi-generasi pada masa keemasan Islam. Para generasi sangat dihargai dengan banyak menuntut ilmu, difasilitasi, bahkan gratis. Keadaan demikian pula yang menjadikan generasi terdahulu lebih fokus dalam belajar. Tidak perlu memikirkan biaya pendidikan. Yang dipikirkan adalah menciptakan karya-karya hebat. Jadi wajar generasi pada masa keemasan Islam banyak menghasilkan generasi-generasi hebat, seperti Ibnu Sina, Al Farabi, Al Khawarizmi, Al Kindi, dan yang lainnya.

Akankah kita rindu dengan generasi peradaban Islam? Tentu saja rindu. Generasi yang menjadi tombak peradaban sangat dirindukan oleh umat. Generasi yang menorehkan tinta emas. Berharap khilafah segera tegak. Agar generasi yang terpuruk segera bangkit dari kebobrokan sistem. Hanya sistem Islamlah satu-satunya pengganti yang dapat mensejahterakan umat. Karena sistem Islam yang benar-benar akan meri'ayah umatnya dengan baik.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak