Oleh : Maulli Azzurra
Habib Fahmy Alaydroes, selaku Anggota Komisi X DPR RI dalam The SDGs National Seminar Series yang diselenggarakan oleh Bakrie Center Foundation dengan topik “Identifikasi Penyebab Putus Sekolah dan Implementasi Peraturan Wajib Belajar” yang diselenggarakan secara daring pada Rabu 2 November 2022. Ia menyatakan bahwa tingkat putus sekolah di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama dan perlu diperhatikan. (Viva.co.id 2/11/2022)
Ilmu bukan hanya di dapat di sekolah, tapi juga di majelis-majelis di masjid, tentu saja banyak ilmu akan kita dapat. Lantas bila mengetahui banyknya orang yang kesulitan dalam menuntut ilmu, masihkah kita yang memiliki peluang waktu akan berat menghadirinya?.
Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.
Dengan ilmu pula derajad kita ditinggikan dimata Allah SWT. Bahkan Rasulullah sholallahu 'alaihi wassalam bersabda
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”
(HR. Ibnu Majah ).
Kewajiban itulah yang akan mengantarkan dan mentransfer apa yang diperoleh dari para tabi'in , ulama ,umaro agar sampai kepada kita. Dan begitupun seterusnya , sebagai orang yang mengetahui ( berilmu) ia akan sampaikan kepada generasi sesudahnya.
Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu. Yang dimaksud ilmu disini adalah ilmu syar'i yang hanya bersumber dari Islam.
Namun dari zaman ke zaman tak sedikit pula orang- orang yang lalai akan kewajiban menuntut ilmu. Mereka lebih menyibukkan diri dengan gadget nya dibandingkan menghadiri majelis ilmu, lebih mementingkan keduniawian dari pada ilmu, bagaimana cara menuju ketaatan. Harusnya sebagai seorang Muslim, kita bisa menempatkan tolabul 'ilmi sebagai prioritas utama. Karena didalamnya banyak keutamaan - keutamaan yang akan kita peroleh.
1. Orang yang gemar menuntut ilmu, maka akan dimudahkan jalannya menuju surga . Hal ini senada dengan apa yang disabdakan Rasulullah :
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim).
2. Warisan terbesar dan paling mulia adalah Ilmu yang Rasulullah wariskan kepada umatnya. Maka siapa saja yang mengambil warisan tersebut, ia sesungguhnya orang- orang yang dicukupkan .Rasulullah bersabda :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297).
3. orang yang berilmu adalah orang yang beruntung, ilmu yang ia miliki akan kekal meski telah ditinggalkan pemiliknya. Dengan ilmu pula amalan -amalan akan terus mengalir karena orang- orang yang mendengarnya lalu mengamalkannya. Dan inilah salah satu investasi terbaik manusia.
Disebutkan dalam hadits:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim).
4. Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang Yang Dikehendaki Kebaikan
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).
Maka indikasi kita mendapatkan kebaikan dari Allah SWT salah satunya adalah dengan difahamkannya kita dalam urusan agama.
Semoga kita bukan bagian dari orang-orang yang malas. Semoga kita tergolong orang -orang yang bersemangat menuntut ilmu. Karena akan banyak kebaikan yang kita ambil dari ilmu yang kita dapatkan, untuk kemudian kita realisasikan kepada umat agar dakwah terus menggema dan kejayaan Islam yang Allah dan RasulNya janjikan akan tiba.
Wallahu A'lam Bishowab
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).
Maka indikasi kita mendapatkan kebaikan dari Allah SWT salah satunya adalah dengan difahamkannya kita dalam urusan agama.
Semoga kita bukan bagian dari orang-orang yang malas. Semoga kita tergolong orang -orang yang bersemangat menuntut ilmu. Karena akan banyak kebaikan yang kita ambil dari ilmu yang kita dapatkan, untuk kemudian kita realisasikan kepada umat agar dakwah terus menggema dan kejayaan Islam yang Allah dan RasulNya janjikan akan tiba.
Wallahu A'lam Bishowab