Sumber gambar: bernas.id
Oleh: Ummu Diar
Pemberitaan akhir-akhir ini tak jarang menyajikan informasi kenakalan di kalangan remaja. Entah itu karena narkoba, pergaulan bebas, tawuran, geng motor, penularan penyakit berbahaya, gaya hidup liberal, dll.
Yang memprihatinkan, informasi seputar remaja yang terperosok pada kondisi rawan seperti di atas tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Namun sudah sampai pula ke wilayah-wilayah sekitar kota besar. Sebutlah pernikahan usia dini yang kerap dijumpai lantaran kejadian hamil duluan. Seakan hal itu sudah menjadi pemakluman, lebih baik dinikahkan saja karena sudah terlanjur kejadian.
Menyikapi fenomena remaja demikian, ada ide yang mencuat, agar keluarga mengambil peran untuk menjaga iklim pertumbuhan sehat bagi remaja. Memang ide ini tidak salah, tapi apakah benar hanya keluarga saja yang harus ambil bagian?
Sebagaimana yang diketahui bersama, bahwa beban keluarga di zaman sekarang sangatlah tidak ringan. Apalagi ketika ekonomi semakin meresahkan, banyak kesibukan keluarga yang justru fokus bagaimana dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga terlebih dahulu. Sehingga tak jarang peran pendidikan dipercayakan kepada pihak luar.
Maka dari sini, sebenarnya untuk menumbuhkan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembang remaja, diperlukan dukungan dari semua pihak. Dari semua lingkungan yang kemungkinan disinggahi oleh remaja itu sendiri. Yakni lingkungan sekolah, tempat terlama remaja menghabiskan waktu siang harinya. Lingkungan masyarakat, tempat remaja berinteraksi selain di keluarga dan sekolah. Juga lingkungan kebijakan negara yang menjaga.
Apabila masing-masing lingkungan dapat memainkan peran pentingnya, niscaya tercipta lingkungan tumbuh yang sehat, sehingga output generasi berkualitas sangat mungkin dihadirkan. Yakni dimulai dari lingkungan keluarga yang memainkan tugas menanamkan pondasi iman, menautkan tujuan hidup sejak dini sehingga dalam menjalani fase kehidupan tetap berpegang pada agama yang diimani. Tidak semena-mena mengikuti hawa nafsu asalkan happy.
Selanjutnya lingkungan sekolah dapat mendukung dengan memainkan pendidikan yang landasannya tidak jauh atau bahkan menjauhkan dari agama. Sehingga pondasi yang sudah ada dapat terus dikuatkan hingga mampu terbangun benteng kokoh yang mampu menangkis kerasnya arus hidup di luar rumah. Pun lingkungan pendidikan sejatinya berperan penting dalam menanamkan informasi kebaikan versi Tuhan. Sehingga semakin besar generasi semakin paham arah dan haluan hidup selanjutnya.
Tak kalah penting, lingkungan masyarakat perlu mendukung secara ekstra. Membangun iklim saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling mencegah dari keburukan. Peduli bila dijumpai sesuatu yang tidak lazim, tidak sungkan menegur bila ada kekeliruan. Sehingga generasi bisa merasakan bahwa lingkungan mereka hanya mendukung untuk baik, tidak toleran pada sesuatu yang salah.
Berikutnya, dari aspek negara perlu memastikan semua yang dapat diakses generasi berkualitas baik. Misalnya dengan menutup akses pornografi dan pornografi di dunia maya maupun dunia nyata. Menghapus peredaran narkoba dan miras. Menyediakan akses ekonomi bagi keluarga yang merata, dll.
Jika semuanya berperan, maka tidak akan ada beban berat di satu pihak semata. Sebab semua sama-sama membangun meski dari sisi yang berbeda. Terlebih bila upaya membangun ini tidak alergi terhadap agama, maka standar baiknya akan benar-benar riil universal, tidak berdasarkan ide tiap kepala. Sehingga kualitas generasi (baik dalam segala aspek) dapat diwujudkan dengan nyata.[]