Apakah Seruan R20 Sejalan Dengan Deradikalisasi?



Oleh: Muflih Khofifah


Forum internasional Religion 20 (R20) yang digelar di Nusa dua, bali yang dihadiri oleh NU bersama Liga Muslim Dunia (MWL) pada 2-3 November 2022. Acara tersebut bertujuan untuk membahas konflik berbasis agama harus berakhir dan agama bisa menjadi solusi bagi krisis global. 

Hal ini tentunya menjadi kontroversi bagi beberapa kalangan, terlebih turut diundangnya delegasi Aliansi Penginjilan Dunia (World Evangelical Alliance), Varanasj Ram Madhav (pemimpin Bharatiya Janata Party [BJP]) yang semua tahu bahwa BJP adalah partai Radikal india yang gemar memerangi dan mendzolimi umat muslim india. Selain itu ada pemuka Rashtriya Swayamsevak Sangh dari India yang semuanya mendapatkan tempat terhormat di podium.

Hasil dari forum tersebut disepakati bahwa forum R20 dibuat untuk memastikan agama berfungsi sebagai sumber solusi yang dinamis, bukan masalah. Kemudian adanya sejumlah poin yang disebut sebagai Kuminike R20 Bali 2022. Dirangkum dari berbagai media, yang intinya:

Pertama, Rivalitas antara kekuatan-kekuatan utama dan merebaknya konflik berbasis identitas di seluruh dunia—yang mengancam perdamaian serta keamanan dunia dan domestik, serta tergerusnya komitmen terhadap nilai-nilai etika dan spiritual yang penting—telah mempersulit dunia menghadapi tantangan global, seperti kerusakan lingkungan, bencana alam dan buatan, kemiskinan, pengangguran, penggusuran, ekstremisme, dan terorisme. 

Kedua, Mempromosikan pemahaman bersama, budaya perdamaian, dan kehidupan berdampingan yang harmonis di antara keragaman bangsa, agama, dan warga dunia.

Ketiga, Membangun aliansi global dalam nilai-nilai peradaban bangsa.

Keempat, Aliansi global dilakukan dalam rangka (1) dialog antarumat beragama yang menjadikan agama sebagai sumber solusi; (2) menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam struktur kekuatan sosial, politik, dan ekonomi dunia; (3) mencegah penggunaan identitas sebagai senjata politik; (4) menghentikan penyebaran kebencian komunal; dan (5) mendorong solidaritas dan rasa hormat di antara beragam masyarakat, budaya, dan bangsa di dunia.

Melihat hasil yang dicapai dalam forum tersebut, apalagi pernyataan "agama adalah sumber solusi, bukan masalah". ini terbilang kontadiktif dengan kebijakan pemerintah itu sendiri, yang membuat proyek deradikalisasi yang isinya membuat agama jadi narasi kebencian dalam memerangi Radikalisme maupun terorisme. 

Terbukti dari narasi radikalisme yang lebih banyak menyasar pada kaum Muslim yang ingin menerapkan islam secara keseluruhan baik secara individu, masyarakat maupun bernegara. Seringkali  aktifis dakwah, pemuda yang belajar islam, religius dan perempuan yang berpakaian syariat justru mendapatkan stigmatisasi radikal. 

Belum lagi sensinya para  pemangku pemerintahan terhadap simbol-simbol islam seperti Al-Qur'an maupun hal-hal yang berbau khilafah dan jihad selalu identik dengan teroris dan radikal. Seakan-akan sumber radikalisme dan terorisme adalah islam. Islam menjadi pihak tertuduh penyebar kebencian, intoleran, dan antikebinekaan terhadap non muslim. Kepala BNPT Boy Rafli Amar yang menarasikan bahwa umat Islam harus lebih toleransi dan menerima perbedaan agama budaya agar tidak menjadi Radikal. Padahal jauh sebelum adanya narasi terorisme dan radikalisme, islam sudah mengajarkan apa itu toleransi terhadap non-muslim.

Herannya padalah tidak terbukti kebenarannya, alias hanya narasi kebencian dari pemegang kekuasaan saja. Namun islam selalu menjadi sasaran isu radikalisme yang bersandingan dengan narasi intoleransi , anti-Pancasila, anti-NKRI dan lain sebagainya. Inilah upaya mereka untuk melemahkan islam dalam benak kaum Muslim, terutama para pemudanya. Dan upaya menutupi kejahatan yang mereka dalam sistem rusak kapitalisme, liberalisme, Sekulerisme. 

Awal semua tuduhan ini karena menilai agama hanya sebatas ibadah ritual saja, tidak lebih dari itu. Sesuai dengan sistem sekulerisme yang memisahkan Agama dari kehidupan. Sehingga agama tidak boleh mencampuri urusan masyarakat maupun negara. Tidak heran, karena ketika agama (Islam) mencampuri urusan masyarakat dan negara. Para kaum kapitalis tidak akan punya tempat memanfaatkan urusan umat, mengambil bahkan merampok kekayaan umat tanpa disadari. 

Jadi sebenarnya isu radikalisme dan yang semisalnya hanyalah pengalihan isu sekaligus propaganda Barat supaya umat tidak lagi sibuk dengan mencampuri urusan kaum kapitalisme. Dan kaum Muslim dijauhkan dari islam yang kaffah. 

Islam yang kaffah bukanlah agama yang sekedar mengurus ibadah ritual saja. Namun lebih dari itu, Islam mengatur seluruh kehidupan manusia. Dari bangun tidur hingga bangun negara. Maka dari itu Islam juga disebut sebagai ideologi. Islam bukan hanya akidah namun juga solusi dari segala permasalahan. Jadi melihat negara kita saat ini yang tidak kunjung lepas dari permasalahan dan kekacauan dari segala lini, ini bukti semakin jauhnya umat muslim dari islam.

Sehingga umat harus waspada, jangan termakan narasi radikalisme dan terorisme yang justru menyudutkan kaum Muslim. Selayaknya umat berdiri tangguh memegang Islam, sebagai ideologi yang disebarkan langsung oleh utusan Allah SWT  yaitu Rosulullah Muhammad SAW, yang akan membangkitkan umat dan memberikan rahmat bagi seluruh alam. Allah SWT berfirman: 

”Dan tiadalah kami  mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan liralamin)”. (Q.S Al-Anbiya: 107

Selain itu kita perlu bersama membongkar kebusukan sistem kapitalisme yang bersembunyi dibalik isu radikalisme ini dengan dakwah. Sehingga umat mengerti bahwa sistem sekulerisme kapitalisme tidak layak lagi untuk diterapkan. Dan hanya satu yang pantas diterapkan, yaitu Islam.

Wallahu'alam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak