Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor)
Menjelang akhir tahun biasanya banyak pembangunan atau perbaikan jalan diberbagai tempat karena anggaran pembangunan harus dihabiskan.
Dilansir dari CNN Indonesia.com(28 Oktober 2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta kementerian/lembaga untuk menghabiskan sisa anggaran belanja APBN yang jumlahnya masih sekitar Rp1.200 triliun sampai akhir tahun ini.
Tercatat, hingga akhir September 2022 belanja negara sudah terealisasi Rp1.913,9 triliun atau baru terserap 61,6 persen dari target Rp3.106,4 triliun. Artinya, masih ada sisa belanja Rp1.000 triliun lebih yang harus dihabiskan dari Oktober-Desember 2022.
Desember akan ditutup, tinggal dua bulan tiga hari. So praktis tinggal dua bulan. Kemarin kami baru mengatakan preskon untuk September, itu masih ada Rp1.200 triliun yang harus di-spend (dibelanjakan) dalam 2 bulan ke depan,” ujarnya dalam Bincang APBN 2023, Jumat (28/10).
Serapan anggaran baru sebesar 61,6% pada bulan september menunjukkan kinerja pemerintah yang tidak baik. Di sisi lain juga menggambarkan ketidak jelasan arah pembangunan, yang tidak berdasarkan kepada kebutuhan dan kemaslahatan umat.
Apalagi banyak layanan publik yang belum optimal, dan kebutuhan dana besar untuk anggaran beberapa bidang, namun faktanya justru kurang dan malah dikurangi (seperti dana riset, hankam).
Sementara selalu dinarasikan ada defisit anggaran, sehingga subsidi dikurangi bahkan dihapuskan, nyatanya dana tidak terserap dan bersisa.
Sungguh nyata kerusakan sistem anggaran dalam sistem demokrasi, dengan serapan dana rendah, bagaimana mungkin rakyat terlayani dengan baik kebutuhannya?
Hanya Islamlah satu-satunya solusi dari berbagai permasalahan ummat.
Karena Sistem anggaran dalam Islam, dibawah kendali Khalifah yang berperan sebagai Ra’in akan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan umat.
Seperti dalam Hadits Riwayat :
“Kullukum ra’in, wa kullukum masulun an-ra’iyyatih (Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban).”
(HR. Bukhari Muslim)
MAKNA ra‘in (pemimpin) dalam hadits tersebut adalah “penjaga” dan “yang diberi amanah” atas bawahannya. Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk memberi nasehat kepada setiap orang yang dipimpinnya dan memberi peringatan untuk tidak berkhianat.
Pemimpin diindektikan dengan (pengembala), dan setiap kamu (pengembala) akan diminta pertanggungjawaban dari gembalaannya. Maka seorang pemimpin yang memimpin orang banyak adalah gembala yang akan diminta pertanggungjawabannya atas gembalaannya.
Semua orang adalah pemimpin, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada sesamanya di dunia dan kepada Allah kelak di akhirat.
Wallahu a’lam bishowab