Oleh : Epi Lisnawati
(Pemerhati Masalah Generasi dan Keluarga)
Baru-baru ini Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dan MUI Jawa Timur memprotes keras penyelenggaraan 'Surabaya Islamic Festival' yang sedianya akan digelar oleh Hijrahfest, di Jatim Expo, Surabaya, 14-16 Oktober 2022, hingga acara ini urung dilaksanakan.
Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar tidak memberikan izin kegiatan yang bertujuan untuk menolak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Jika hal tersebut dibiarkan, dikhawatirkan terjadi gesekan sosial, saling fitnah yang berakibat pada perpecahan, konflik sosial, munculnya kelompok yang menolak Pancasila dan NKRI, serta potensi kekerasan dan terorisme. (Harian Haluan.com 31 Oktober 2022).
Lebih lanjut Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), menyatakan bahwa Hijrah Fest dimotori oleh kelompok wahabi. Kemudian LD PBNU mengeluarkan rekomendasi agar pemerintah membuat regulasi yang melarang penyebaran paham Wahabi melalui majelis taklim, media online maupun media sosial di Indonesia hingga tak mengeluarkan izin festival HijrahFest atau HijabFest.
(CNN Indonesia, Sabtu 29 Oktober 2022)
Pembatalan Festival ini tentu menimbulkan pertanyaan besar dari masyarakat. Sebelumnya telah diberitakan di beberapa media masa bahwa tujuan digelarnya acara ini dilatarbelakangi oleh tumbuhnya kesadaran masyarakat muslim akan pentingnya halal lifestyle. Maka perlu wadah atau ruang silah ukhuwah, agar semangat kebersamaan selalu tumbuh dan menjadi tiang penjaga nilai agama yang utuh dalam kehidupan masyarakat Islam pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Surabaya Islamic Festival ini merupakan pagelaran besar yang didukung oleh masyarakat. Para pengisinya ustaz-ustaz dari berbagai kalangan, dihadiri juga oleh artis-artis hijrah. Hal ini tentu akan menciptakan atmosfer keimanan yang baik di Surabaya dan sekitarnya. Suasana kerukunan dalam bingkai ukhuwah akan terjalin. Selain itu, gambaran hijrah yang dilakukan para artis juga akan menjadi contoh bagi masyarakat bahwa hidup semestinya senantiasa memperbaiki diri.
(Panjimas.com,12 Oktober 2022)
Berdasarkan latar belakang acara ini digelar dan tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan Festival Hijrah ini, sungguh disayangkan ada pihak-pihak yang menjegalnya sehingga acara ini urung diselenggarakan. Dalih pelarangan acara ini yang diopinikan ke tengah publik awalnya karena memasukan logo pada iklan agenda Hijrah Fest Ini tanpa seizin dua organisasi tersebut. Apabila alasannya karena penggunaan logo dua ormas besar tanpa izin, maka cukup dengan menghilangkan logonya dan meminta maaf atas keteledoran panitia.
Kemudian narasi alibinya berkembang, yaitu karena ada beberapa ustaz yang katanya pernah menjadi pendukung organisasi yang sekarang telah dilarang (CNN Indonesia, 14/10/22). Selanjutnya alibi panas semakin bergulir karena Hijrah Fest ini didukung oleh kelompok wahabi, bertujuan untuk menolak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Jika hal tersebut dibiarkan, dikhawatirkan terjadi gesekan sosial, saling fitnah yang berakibat pada perpecahan, konflik sosial, munculnya kelompok yang menolak Pancasila dan NKRI, serta potensi kekerasan dan terorisme.
Berdasarkan narasi yang digulirkan ke ruang publik, alasan penolakan agenda Surabaya Islamic Festival karena ada ustaz yang akan diundang berasal dari organisasi terlarang yang menolak NKRI dan Pancasila, berpotensi adanya kekerasan dan terorisme, hal ini tentu tidak bisa diterima dan tidak masuk akal, seolah ada ketakutan yang berlebihan jika Islam semakin berkembang dan dijadikan sebagai rujukan dan pedoman kehidupan.
Maka kaum muslimin harus waspada terhadap makar jahat ini. Musuh-musuh Islam sedang berupaya keras menjauhkan umat Islam dari agamanya. Mereka juga mengaruskan Islam moderat, yang pada hakikatnya Islam moderat ini merupakan pemahaman Islam yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman, dan peradaban Barat. Maka muslim moderat adalah sosok muslim yang menerima, mengadopsi, menyebarkan dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat.
Setiap muslim agar tidak terpengaruh dengan paham Islam moderat ini harus memperkuat pemahaman agamanya, pahami agama secara kafah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah Saw. Kemudian memperkuat syakhsiyyah (kepribadian) Islamnya. Pola berpikir dan berperilaku setiap muslim harus berlandaskan Islam. Untuk memahami Islam secara kafah ini harus mengkaji ilmu Islam kemudian diamalkan di tengah kehidupan ini.
Kaum muslim yang cerdas dan paham dengan agamanya tidak akan mudah tergiring opini yang diaruskan oleh Barat. Mereka akan tetap berpegang teguh pada agamanya dan menjadikan Al-Qur’an dan Sunah sebagai panduan. Maka acara Surabaya Islamic Festival yang bertujuan agar kaum muslimin menjadikan halal sebagai lifestyle semestinya didukung sehingga terbentuk nuansa halal lifestyle di tengah masyarakat dan membuat masyarakat merindukan kehidupan yang sesuai dengan tatanan syariat.
Wallahu'alam Bishawwab