Oleh: Zaesa Salsabilla
Aktivis Sosial Serdang Bedagai
Cemburu tanda cinta
Marah tandanya sayang
Kalau curiga, itu karena ku takut kehilangan
Kalau dekat bertengkar, kalau jauh kurindu
Jadi serba salah, buatku dilema
Tapi aku s'lalu aishiteru
Sepenggal lirik lagu yang dipopulerkan oleh band Zivilia ini menjadi lagu yang sangat digemari oleh para pemuda dan pemudi yang sedang menjalin asmara.
Ya, walaupun sejatinya lagi ini lebih tepat bila digunakan oleh pasutri( pasangan suami istri). Sebab ikatan mereka sudah halal dimata agama dan juga negara, sedangkan bagi mereka yang belum menikah ikatannya jelas terlarang dalam islam. Sebab dalam islam tidak ada istilah pacaran sebelum pernikahan dan perbuatan tersebut dihukumi mendekati zina.
Allah berfirman yang artinya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32).
Menikah artinya menyatukan sepasang lelaki dan perempuan dalam ikatan yang halal. Namun kehalalan yang dimaksud bukan berati pasutri tersebut bebas untuk bermesraan didepan umum, tetap ada batasan dimana pasutri boleh bermesraan, yakni ditempat pribadi yang khusus seperti kamar dirumahnya sendiri. Karena sejatinya islam itu sudah mengatur segala perbuatan manusia dengan batas syariat, yang demikian untuk kebaikan manusia itu sendiri dan bukan untuk mengekang. Menikah adalah bagian dari ibadah, bahkan ikatan pernikahan dikatakan sebagai ibadah yang terpanjang.
Ketika seorang wanita telah menikah maka saat itu pula berpindah masa baktinya, dari yang sebelumnya surga-Nya terletak pada ridho ibunya maka setelah menikah surga-Nya terletak pada ridho sang suami.
Berbeda dengan lelaki yang baktinya tetap pada ibunya. Namun tanggung jawab nya lebih besar dari sebelumnya yakni adanya sang istri.
Seorang suami berkewajiban untuk memberikan nafkah pada istrinya, baik lahir maupun batin. Bahkan semua yang dibutuhkan sang istri adalah tanggung jawab bagi seorang suami. Maka tak cukup jika suami hanya memberikan rumah, make-up, perhiasan dan lainnya sementara batinnya disiksa.
Misal dengan perkataan yang kasar, perselingkuhan, kdrt, atau dengan sikapnya yang acuh. Seorang istri berhak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dimanja, dirayu dan cinta.
Seorang suami adalah imam, pemimpin dalam dalam rumah tangga. Ia berkewajiban menafkahi keluarganya. Bisa dengan bekerja, bertani ataupun lainnya dalam ikhtiar menjemput rezeki dari Allah. Sedangkan seorang istri berkewajiban menjaga marwah suaminya, juga harta yang dititipkan padanya.
Sepasang suami istri hendaknya saling mengerti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan saling memahami bahwa rumah tangga bukanlah tempat kerja dimana ada Bos dan pekerja. Ketika istri membereskan pekerjaan rumah, memasak dan lainnya itu bukanlah karena bagian dari kewajibannya melainkan semua dilakukan untuk mancari ridho Allah dengan membuat suami nyaman ketika pulang dari lelahnya bekerja.
Sekalipun sudah sama-sama memahami tugasnya masing-masing, namun bukan berarti pertengkaran/ keributan tidak akan terjadi. Sebab sejati nya selagi manusia bernafas permasalah akan tetap ada. Yang membedakan adalah cara kita dalam menghadapi segala permasalah agar hal besar bisa kita jadikan kecil dan yang kecil bisa dihilangkan.
Adapun pertengkaran kecil dalam rumah tangga ada manfaatnya, selain mendewasakan juga akan memperkuat hubungan pernikahan, ia akan menjadi bumbu-bumbu cinta tapi jangan sampai kelewatan sebab yang berlebihan pastilah tidak baik.
Begitupula rasa cemburu, marah, bahkan curiga terhadap pasangan memang kadang dibutuhkan. Sebab semua itu menunjukkan adanya perasaan saling memiliki dan mencintai. Sebaliknya jika semua itu tidak pernah ada berarti ada yang salah dalam pernikahannya.
Menikah adalah bagian dari ibadah maka semua aktivitas haruslah dilakukan karena Allah swt. Perbuatan yang biasa bisa menjadi bernilai pahala lebih ketika dilakukan oleh sepasang suami istri. Misalkan seorang istri memasak dan menyajikan makanan, ini adalah perbuatan yang biasa namun jika dilakukan untuk menyenangkan hati pasangannya maka Allah pun akan mencatatnya sebagai ibadah. Dan bukan hanya itu saja, akan tetapi apa-apa yang dilakukan pasutri tersebut akan bernilai pahala. Pernikahan ibarat ladang yang subur, maka kita bisa bercocok tanam dari mana saja yang kita sukai bahkan ketika pasutri berhubungan intim saja akan bernilai pahala.
"… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan istrinya adalah sedekah!” (Mendengar sabda Rasulullah, para sahabat keheranan) lalu bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap istrinya akan mendapat pahala?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi bersyukurlah wahai manusia yang sudah diberi nikmat pasangan dari Allah. Sebab diluar sana banyak manusia yang belum bertemu dengan pasangannya. Terimalah segala kekurangan masing-masing, karna kalian adalah pakaian dari pasangan kalian. Barang siapa membuka aibnya maka sama saja menelanjangi diri sendiri. Dan barang siapa menutupi aib pasangannya berarti ia menutup aibnya sendiri
Wallahu a'la bishawab