Kharisma Kepemimpinan Rasulullah Yang Mendunia






Sumber gambar: muslimobsesion.com


Oleh: Ummu Diar



Adalah Dr. Zuwaimer, seorang orientalis dari Kanada, penulis buku yang di dalamnya berisi pandangan tentang kepemimpinan Muhammad SAW. Dalam “Timur dan Tradisinya” Dr. Zuwaimer menuliskan: “Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad adalah pemimpin  agama terbesar. Bisa juga dukatakann bahwa dia adalah seorang reformis, mumpuni, fasih, pemberani dan pemikir yang agung.”

Pendapat seperti itu tentu bukan hal yang aneh, sebab ada juga Michael H. Hart yang memosisikan beliau di urutan nomor 1 dari daftar pemimpin yang berpengaruh di dunia. Diakui bahwa kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW memang bukan hanya sebatas dalam urusan ibadah ritual semata. Di luar urusan ibadah, Muhammad SAW juga dipatuhi dan ditaati sama persis seperti ketika beliau memberikan aba-aba dalam menunaikan shalat.

Tidak mengherankan mengapa hal itu bisa terjadi. Sebab keberadaan Rasulullah adalah sebagai utusan dengan amanah mengembang tersebarnya Islam. Islam, yang diakui sebagai agama terbesar, sejatinya bukanlah agama yang sebatas mengatur urusan ibadah ritual antara pemeluknya denga Tuhannya semata. Lebih dari itu, Islam memiliki kelengkapan syariat yang komphrehensif dan sempurna terkait semua urusan kehidupan di luar ranah ibadah ritual.

Maka kehadiran Rasulullah jelas lah memainkan peneladanan dalam aspek keyakinan/aqidah sekaligus peraturan hidup/syariat itu sendiri. Sehingga apapun yang keluar dari beliau ketika menjalankan amanah sebagai seorang Rasul pada dasarnya adalah dalam posisi melakukan penerangan akan hakikat aqidah dan syariat itu sendiri. Oleh karenanya tak heran jika pada prakteknya ketaatan kepada beliau bukan sebatas di kotak ibadah dan keyakinan, tetapi juga menyuluruh dalam urusan aturan kehidupan yang disentuh Islam.

Wajar jika kemudian beliau memancarkan kharisma kepemimpinan sempurna dalam urusan ibadah dan selainnya. Sebab yang beliau emban adalah agama sempurna, yang beliau praktekkan adalah atas bimbingan wahyu dariNya, bukan karena hawa nafsu semata. Namun sayangnya kharisma kepemimpinan beliau dalam urusan selain ibadah ini banyak yang didistorsi. Terlebih ketika sekularisasi mendera dunia literasi, maka yang lebih banyak dituliskan adalah keagungan beliau dalam urusan ibadah, akhlak, sosok suami dan yang semisal saja. Sedangkan yang berkaitan tentang sepak terjang beliau dalam ranah politik, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi level negara di Madinag dulu, jarang dinarasikan.

Sejatinya kharisma kepemimpinan beliau diakui keterpengaruhannya di dunia. Bahkan sepeninggalan beliau agama Islam masih terus berkembang pemeluknya. Masih terus ada yang mewarisi ajaran beliau. Bahkan sangat banyak yang menggunakan nama yang sama dengan beliau sebagai bukti besarnya rasa cintanya. Namun sangat disayangkan, keteladanan beliau dalam mengatur hidup keseharian, termasuk dalam menjalankan amanah kepemimpinan banyak yang ditinggalkan. Lagi-lagi sekularisme lah yang nyata-nyata mengekang Islam, agar sebatas dipakai di ruang ibadah personal, bukan tampil sebagai aturan legal di setiap kancah kehidupan.

Padahal dalam hal kepemimpinan ini beliau meninggalkan karakter khas Islam, yang apabila dijalankan pastilah kepemimpinan berbuah kebaikan, bukan kesengsaraan. Di antara karakter kepemimpinan Rasulullah Muhammad adalah: pertama, totalitas menerapkan Islam. Seluruh aturan Allah berupa perintahNya dilaksanakan, laranganNya ditinggalkan. Kedua, hukum ditegakkan secara adil, tanpa melihat harta-tahta-dan relasi keluarga. Ketiga, kepentingan rakyat diutamakan, bukan sekadar mendahulukan yang berharta dan yang punya kuasa. 

Keempat, masyarakat dilindungi dari segala macam kejahatan dan kriminalitas. Apapun yang berkaitan dengan pelanggaran hukum disanski sesuai aturan uqubat Islam, tanpa ada yang diberikan remisi atau dispensasi. Kelima, urusan peradilan dibuatkan tata tertib, berlaku juga bagi para hakim, sehingga keadilan benar-benar tegak.

Keenam, kaum kuffar  yang tunduk pada aturan Islam mendapatkan jaminan atas harta, nyawa, dan kehormatan sebagaimana kaum muslimin. Ketujuh, misi penyebaran Islam senantiasa beliau prioritaskan dengan jalan mengirimkan delegasi terbaik ke berbagai penjuru negeri sekitar Madinah. 

Keseluruhan karakter ini menghantarkan Islam terpancar sebagai agama yang menerangi kehidupan di dalam Madinah dan masyhur di kalangan luar Madinah. Terangkatnya masyarakat Madinah dari kejahilyahan kala itu menjadi bukti otentik bagi pemimpin negara lainnya bahwa kharisma kepemimpinan Rasulullah bukan kaleng-kaleng. Membekas bagi negeri tetangganya sekaligus layak menjadi teladan bagu dunia sepeninggalannya.[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak