Oleh: Ita Mumtaz
Srimulyani menegaskan dalam konferensi pers bahwa dunia pasti resesi pada 2023. Hal ini akibat kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama. Berdasarkan catatannya, suku bunga acuan bank sentral Inggris sudah naik 200 basis poin selama 2022. Begitu pula dengan Amerika Serikat (AS) yang sudah naik 300 bps sejak awal tahun.
Jatuhnya dunia ke jurang resesi memang berdasarkan kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral di sejumlah negara seperti AS dan Inggris demi meredam lonjakan inflasi.
Sri Mulyani memastikan kebijakan itu akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi sehingga ancaman resesi kian sulit dihindari. (cnnindonesia.com, 27/09/2022)
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, Presiden Joko Widodo dan Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan juga mengatakan perekonomian tahun 2023 makin gelap. (cnbcindonesia.com, 30/09/2022)
Namun sungguh aneh, saat ekonomi menuju jurang resesi pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengusulkan kenaikan bantuan dana partai politik (parpol) hingga tiga kali lipat. Jumlahnya naik dari Rp 1.000 per suara menjadi Rp 3.000 per suara.(republika.co.id, 22/09/2022)
Mantan Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay menegaskan bahwa kenaikan dana bantuan parpol di saat krisis seperti saat ini dirasa kurang tepat. Alasannya di tengah kondisi krisis keuangan dan kenaikan BBM, ia melihat seharusnya pemerintah memprioritaskan terlebih dahulu bagi kebutuhan yang langsung dirasakan rakyat. Karena itu kenaikan bantuan parpol, apalagi sampai tiga kali lipat, dirasa kurang pantas. (republika.co.id, 22/09/2022).
Dari sini rakyat bisa menyaksikan betapa nurani penguasa di negeri ini sudah mati. Saat rakyat dalam kondisi terhimpit persoalan ekonomi, kalangan elit politik tega sekali mengusulkan kenaikan dana bantuan parpol. Padahal kenaikan harga BBM yang kemudian diikuti merangkaknya harga barang kebutuhan yang lain membuat rakyat menjerit.
Seharusnya pemerintah lebih memikirkan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Ancaman resesi ekonomi dunia semestinya menjadi agenda utama dalam rangka menguatkan perekonomian negara.
Tambahan pengeluaran dana partai politik sejatinya tak ada hubungannya dengan kesejahteraan rakyat, bahkan semakin membebani APBN. Padahal sumber dana APBN adalah dari pajak yang dibayar oleh rakyat juga. Rakyat tidak butuh dana tambahan buat partai. Tapi yang dibutuhkan adalah subsidi harga BBM agar tidak ada efek domino, kenaikan harga barang yang lain.
Inilah bukti betapa negara kapitalis lebih mengutamakan kepentingan elit politik daripada kebutuhan rakyat. Bantuan untuk rakyat yang kesulitan ekonomi tidak disegerakan, tapi malah memberi perhatian lebih pada partai politik demi meraih kursi empuk kekuasaan.
Politik dalam sistem demokrasi kapitalis memang culas. Selalu menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan, dan kekuasaan itu akan dijadikan jalan untuk meraih ambisi dunia, yakni meraup materi sebanyak-banyaknya.
Hal ini sangat kontradiksi dengan konsep politik dalam sistem kehidupan Islam. Politik dalam pandangan Islam adalah riayah syu’unil ummah (melayani kepentingan-kepentingan rakyat).
Jika kekuasaan ada di tangan pemimpin, maka penguasa dengan mudah bisa menetapkan segala kebijakan demi kesejahteraan rakyat. Sebab kekuasaan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Pemimpin wajib mengatur rakyatnya dengan syariat Islam. Islam sudah begitu sempurna untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Maka tak perlu lagi mengambil aturan dari selain Islam, misalnya kapitalisme dan sosialisme. Wallahu a'lam bishshawab
Tags
Opini