Oleh : Ni’mah Fadeli
(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Pendapatan nasional bruto per kapita atau Gross National Income (GNI) menjadikan Indonesia masuk dalam 100 negara paling miskin di dunia. Tercatat USD 3.870 per kapita pada tahun 2020 dan ini menempatkan Indonesia di urutan ke-73 negara termiskin di dunia menurut World Population Reviews. Sementara menurut gfmag.com, Indonesia menduduki negara paling miskin nomor 91 di dunia pada tahun 2022 ini. Batas garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia mengacu pada keseimbangan kemampuan berbelanja pada tahun 2017 yaitu Rp 32.812 per kapita per hari atau Rp 984.360 per kapita per bulan. Batas garis kemiskinan ini berbeda dengan acuan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengartikan garis kemiskinan pada Maret 2022 adalah Rp 505.469 per kapita per bulan yang terdiri dari komposisi garis kemiskinan makanan (GKM) sebesar 74,08 persen yaitu Rp 374.455 dan garis kemiskinan non makanan (GKNM) sebesar 25,92 persen yaitu Rp 131.014. (CNN Indonesia,30/09/2022).
Sementara itu belum lama ini Range Rover resmi meluncur di Indonesia. Generasi kelima kendaraan tersebut dibanderol mulai Rp 5,9 miliar dengan status off the road. Harga yang fantastis namun meski baru diluncurkan stok di Indonesia sudah hampir habis karena memang limited dan hanya tersedia 50 unit di hingga akhir tahun. Irvino Edwardly, Direktur Pemasaran PT JLM Auto Indonesia, pintu masuk Range Rover ke Indonesia menyatakan bahwa konsumen sudah memesan jauh-jauh hari bahkan sebelum melihat, menyentuh apalagi mencoba kendaraan tersebut secara langsung. (detkOto,27/09/2022).
Sungguh ironi, di satu sisi kemiskinan meningkat di negeri ini namun di sisi lain betapa mudahnya sebagian orang membeli barang super mewah. Diantara kemiskinan yang bertambah, kemewahan di negeri ini juga seakan mewabah. Kemewahan sangat mudah ditemukan di berbagai konten media sosial. Bukan hanya kendaraan mewah namun juga rumah, liburan ke berbagai belahan dunia bahkan isi ATM yang melimpah ruah. Jumlah para crazy rich memang bukan mayoritas namun jumlah kekayaan yang mereka miliki adalah gabungan dari jutaan kekayaan masyarakat umum. Segelintir orang itulah yang menguasai segala bisnis dalam negeri. Dari bisnis aneka barang tambang, pusat perbelanjaan, aneka industri kebutuhan sehari-hari, perumahan hingga pelayanan publik seperti rumah sakit, jalan tol dan seterusnya.
Para pemilik modal tak peduli akan kerusakan alam yang mungkin ditimbulkan oleh bisnisnya, tak pernah khawatir akan monopoli ekonomi yang dilakukannya dan munculnya banyak kesulitan masyarakat akibat dominasi mereka. Memperkaya diri adalah yang utama, mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuannya. Hati nurani dan empati kepada sesama seakan telah mati. Namun ini bukanlah murni kesalahan para pemilik modal karena sistem kapitalis sekuler yang menguasai dunia adalah pencetusnya.
Tolak ukur dalam sistem kapitalis adalah materi. Mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan adalah tujuan utama dari sistem kapitalis dan ditambah lagi dengan sekulerisme yang menjauhkan diri dari Sang Pencipta sehingga semakin tipis iman dan tak ada lagi rasa takut kepada-Nya. Islam bertolak belakang dengan kapitalis sekulerisme. Dalam Islam, segala hal disandarkan hanya pada Allah maka perbuatan yang dilakukan baik itu individu, masyarakat maupun negara adalah selalu berdasarkan syariat-Nya.
Islam mengatur bahwa ada jaminan pokok yang meliputi sandang, pangan, papan dari negara dengan menyediakan lapangan kerja yang luas dan memberi modal kepada rakyat yang membutuhkan. Begitu juga dengan kebutuhan dasar publik seperti pendidikan dan kesehatan. Islam juga menerapkan pembatasan kepemilikan yang terbagi menjadi harta kepemilikan individu, umum dan negara sehingga tidak terjadi monopoli ekonomi. Zakat juga akan dikelola secara maksimal.
Berbagai syariat Islam tersebut akan meminimalisasi kesenjangan dalam masyarakat. Islam tak pernah melarang seseorang untuk menjadi kaya dan memiliki barang mewah selama berasal dari harta yang halal dan diperoleh dengan cara yang sesuai syariat. Namun ketika masyarakat Islami telah terbentuk maka akan terpola sikap zuhud dan tidak mempertontonkan kemewahan. Kelebihan harta yang dianugerahkan Allah akan lebih banyak digunakan di jalan agar lebih mendekat pada Sang Pencipta.
Wallahu a’lam bishawwab
Tags
Opini