Infrastruktur tidak Kokoh, Bangunan ala Kapitalis.

 
Oleh: Sumeilina S, Pd
(Aktivis Muslimah Lubuklinggau) 



Ruas jalan menghubungkan Desa Sugiwaras, Kecamatan Tebing Tinggi dengan Desa Batu Raja Baru Empat Lawang terancam putus, Selasa (04/09/2022).

Jalan penghubung antar desa di Empat Lawang itu terancam putus karena longsor tergerus arus sungai Musi yang berdekatan. Pantauan Tribunsumsel.com, sebagian badan jalan telah hilang tergerus oleh aliran air Sungai Musi sehingga mempersempit akses.

Namun demikian, warga masih berlalu lalang dari kedua arah dengan menggunakan sepeda motor.Sementara untuk kendaraan roda empat kini tidak bisa melintas karena kondisi jalan yang semakin sempit. Alhasil anak sekolah yang menumpang angkutan desa, harus berjalan kaki dan menyambung kendaraan lain untuk menuju sekolahnya.

Infrastruktur menjadi salah satu hal yang amat penting bagi negara karena selain bisa menghubungkan sebuah daerah tertentu, infrastruktur juga menjadi salah satu patokan untuk pencapaian bagi setiap negara maju, maka negara sendiri tak akan segan-segan menggelontorkan biaya besar hanya untuk membangun infrastruktur terbaik dan harapannya mampu menjadi suatu pencapaian terbaik dimata masyarakat, di negara-negara maju sendiri infrastruktur adalah hal yang paling utama yang diperhatikan maka mereka berlomba-lomba menciptakan infrastruktur terbaik, ternyaman, terdepan, dan terbaru yang bisa dinikmati oleh masyarakatnya, terutama di negara Indonesia tercinta tak segan-segan mengajukan dana besar hanya untuk membangun infrastruktur yang harapannya mampu menjadikanya negara ini maju, namun apa jadinya jika dana yang dikeluarkan sudah amat sangat besar tapi infrastruktur yang dibangun justru tidak sesuai dengan harapan masyarakat malah terksesan mendzolimi dan hanya berpihak? 

Infrastruktur dibangun untuk membantu masyarakat dalam beraktifitas, namun dinegara Demokrasi sendiri kenyamanan bukanlah nomor 1 tapi bagaimana infrastruktur itu bisa menguntungkan bagi korporat atau para kapitalis, banyak infrastruktur dibangun baik jalan, jembatan, gedung bertingkat yang sudah menghabiskan dana yang banyak namun tidak bertahan lama, bukankah seharusnya negara serius dalam menangani pembangunan infrastruktur demi menjaga kesejahteraan rakyat, fakta di lapangan justru berbanding terbalik dimana jembatan dibangun hanya bertahan 3-5 tahun setelah itu rusak dan harus diperbaiki lalu mengeluarkan dana lagi, jalanan diaspal dengan bahan yang murahan namun dana yang diajukan amat sangat besar, begitupun dengan jembatan yang terputus karena banjir. Seolah-olah infrastruktur ini dibangun hanya sebagai syarat sah negara agar dianggap negara maju melalui infrastruktur nya. 

Artinya negara ketika membangun jalan, apalagi yang _high risk_ tidak memperhatikan kualitasnya karena ketika rusak akan menyulitkan masyarakat, pemerintah selalu menyalahkan alam, padahal seharusnya bangunan itu dibangun dengan mempertimbangnan lingkungan sekitar. Maka artinya bangunan tidak memenuhi standar kualitas keamanan yang tinggi sekalipun terpengaruh oleh alam. 

Dalam negara Islam infrastruktur itu dibangun dengan memperhatikan setiap detail keamanan dari bangunan, dan bangunan itu dibangun memang dipersembahkan untuk rakyat dan memberikan kenyamanan bagi rakyat bukan semata-mata karena memenuhi ekspektasi dari pihak tertentu. Dan dana yang digunakan pun berasal dari kas negara bukan dari hasil memeras rakyat seperti yang dilakukan negara dengan sistem kapitalis.

Di dalam buku The Great Leader of Umar bin al-Khaththab, halaman 314 – 316, diceritakan bahwa Khalifah Umar al-Faruq menyediakan pos dana khusus dari Baitul Mal untuk mendanai infrastruktur, khususnya jalan dan semua hal ihwal yang terkait dengan sarana dan prasarana jalan. Tentu dana ini bukan dari dana hutang. Hal ini untuk memudahkan transportasi antara berbagai kawasan Negara Islam. Khalifah Umar juga memastikan pembangunan infrastruktur harus berjalan dengan orientasi untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk ‘izzah (kemuliaan) Islam. Jika Negara nantinya harus bekerjasama dengan pihak ketiga, haruslah kerjasama yang mampu menguntungkan bagi umat Islam. Bukan justru masuk dalam jebakan hutang, yang menjadikan posisi Negara lemah di mata negara lain/pihak ketiga.

Bukankah setiap kerusakan pada bangunan-bangunan dipenjuru negeri ini sudah cukup menyadarkan masyarakat bahwa mereka harus kembali kepada Islam sebagai Rahmatan lil alamin. Dan menjadikan rasul sebagai suri tauladan terbaik sesuai dengan yang Allah katakan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً لِّلۡعَٰلَمِينَ
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Wallahu a'alam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak