Banjir, Masalah Tempo Dulu Yang Tak Kunjung Usai






Oleh: Yaurinda


Indonesia negeri dengan julukan zamrut katulistiwa, dengan 2 musim kemarau dan penghujan. Di musim kemarau rawan terjadi kekeringan dan dimusim hujan banjir tak terelakkan. Banjir seperti langganan yang selalu hadir, pasalnya hampir setiap tahun diberbagai tempat terjadi banjir terutuma di wilayah perkotaan. Informasi banjir dapat kita peroleh dari berbagai media seperti koran, televisi atau media sosial.


Banjir menyebabkan berbagai kerugian seperti kehilangan harta, tempat tinggal bahkan kehilangan nyawa. Banjir yang terjadi di Jakarta sampai ada yang meninggal dunia. Di mana, berdasarkan kesimpulan sementara BPBD DKI Jakarta, tembok rubuh di MTSN 19 Jakarta yang membuat siswa luka dan meninggal dunia, lantaran volume air yang sudah meluap terlalu tinggi.


Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi tak hanya di Jakarta tapi di seluruh wilayah Indonesia.
"Prakiraan Musim di mana terjadi peningkatan curah hujan sudah disampaikan sejak bulan Agustus yang lalu. Kemudian tiap sepekan sebelum kejadian dan diulang 2 hari hingga 1 hari sebelum kejadian. Dan akhirnya peringatan dini diberikan 3 jam hingga 30 menit sebelum kondisi ekstrem terjadi," kata dia (Liputan6.com, 7/10/2022).


Kenapa banjir selalu berulang?  Beberapa penyebab banjir tentu menyertainya seperti debit air hujan yang tinggi akibat cuaca ekstrim, penggundulan hutan yang semakin luas terjadi, saluran drainase yang tidak memadai, kurangnya daerah resapan air, membuang sampah di sembarang tempat seperti di sungai, penggunaan sumber air yang berlebihan atau bendungan yang jebol dan masih banyak lagi.


Masalah banjir di negeri ini sudah sangat memprihatinkan dan banyak merugikan warga dan negara. Harusnya negara serius ikut andil dalam penanggulangan banjir secara sistemik. Harus ada sarana yang mendukung untuk peringatan dini, setelah ada peringatan harusnya pemerintah menyediakan tempat layak untuk para pengungsi serta edukasi bahaya banjir.


Sayang konsep sistem Kapitalisme Liberal yang mementingkan  keuntungan sebesar-besarnya telah menabrak sendi-sendi kehidupan dan merusak lingkungan alam. Seolah kurang serius dalam bidang mitigasi bencana hingga menyebabkan bencana banjir datang tiap tahun. Bencana tersebut tak hanya datang tiba-tiba, melainkan diundang oleh tangan manusia itu sendiri.


Selain itu faktor utama kegagalan dalam mengatasi bencana banjir adalah sistem kapitalisme. Kapitalisme merupakan ideologi Barat yang menggerakkan ambisi kolonial mereka untuk memperkaya diri sendiri dengan segala cara, termasuk menghancurkan kehidupan jutaan manusia, memiskinkan dunia dan merusak lingkungan alam. Harus kita akui bahwa tata kelola kota dalam sistem kapitalisme saat ini secara terang benderang mengabaikan kepentingan rakyat, dimana setiap kebijakan hanya menguntungkan pihak korporasi. 


Sebagaimana terjemah Quran surat Ar Rum ayat 41: 
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [ar-Rûm/30:41]


Lalu bagaimana Islam menyikapi permasalahan ini? Dalam sejarahnya, Islam sudah terbukti mampu menyelesaikan masalah banjir dengan pengaturan tata kelola yang tepat dengan landasan pemerintah sebagai pelayan dan bertugas mengurusi urusan umat bukan sekedar untuk berkuasa tanpa tanggung jawab.


Khalifah atau kepala negara terlebih dahulu memetakan wilayah yang ada dalam negara tersebut. Mana wilayah yang strategis untuk dijadikan pemukiman dan wilayah yang rawan banjir. Pembangunan insfrastruktur digunakan pada hal-hal yang mendukung kebutuhan rakyat, pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan tanpa harus merusak alam dan lingkungan.


Khalifah membentuk badan pemerhati banjir dan lingkungan yang berguna untuk mengecek dan menyelesaikan persoalan terkait banjir. Untuk daerah-daerah yang rawan banjir khalifah juga akan siap sedia membangun bendungan-bendungan guna menanggulangi tersebarnya air bah jika sewaktu-waktu sungai meluap. Terkait pendanaan negara dengan sistem Islam tidak akan kekurangan dana, karena seluruh SDA di kelola negara yang membuat kas negara dapat mencukupi kebutuhan rakyatnya.


Khalifah juga mengedukasi masyarakat agar mempunyai kesadaran akan penjagaan diri dan lingkungan untuk melestarikannya, juga bahayanya banjir. Hanya Islam yang mampu melaksanakan kebijakan dengan bijak karena tugas pemimpin dalam Islam adalah pelayan masyarakat yang sesungguhnya. Terwujudnya masyarakat yang terjamin dari semua bidang hanya bisa di peroleh dengan sistem Islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak