Oleh : Eti Fairuzita
(Menulis Asyik Cilacap)
Banjir yang melanda sebagian wilayah Aceh Utara sejak Selasa (4/10) terus meluas. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan hingga Kamis sore sebanyak 18.160 warga terpaksa mengungsi. Menurut Ahmad warga yang terdiri dari 5.104 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke meunasah atau musala dan dataran tinggi yang tersebar di 28 titik.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara, Asnawi mengatakan meluasnya banjir dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain curah hujan tinggi yang masih sering terjadi, kondisi tanggul daerah aliran sungai (DAS) besar juga kehilangan kemampuan menampung debit air yang meningkat. "Curah hujan masih tinggi ditambah tanggul-tanggul sungai di sini rendah dan banyak yang jebol. Air kiriman juga datang dari hulu Takengon dan Bener Meriah," ungkap Asnawi, Kamis (6/10).
Bencana kembali melanda negeri kita, mulai dari longsor, gempa bumi, hingga banjir kini masih menjadi fenomena yang bikin ketar-ketir. Berbagai bencana di negeri ini, termasuk banjir dan longsor tentu bukan kali pertama terjadi. Bahkan sepanjang 2019 saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanya 3.768 kejadian bencana alam terjadi di Indonesia.
Seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, longsor, kebakaran hutan, dll.
Menurut BNPB, akibat bencana sepanjang 2019, sebanyak 478 orang meninggal dunia, 109 hilang, 6,1 juta jiwa mengungsi, dan 3.419 luka-luka. Bencana juga mengakibatkan 73.427 rumah rusak, termasuk fasilitas umum seperti Sekolah, Tempat Ibadah, Rumah Sakit, dan Jembatan. (Katadata.co.id, 31/12/2019).
Dan saat ini masalah banjir masih saja terus berulang, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi tak hanya di Jakarta tapi di seluruh wilayah Indonesia.
"Prakiraan Musim di mana terjadi peningkatan curah hujan sudah disampaikan sejak bulan Agustus yang lalu. Kemudian tiap sepekan sebelum kejadian dan diulang 2 hari hingga 1 hari sebelum kejadian. Dan akhirnya peringatan dini diberikan 3 jam hingga 30 menit sebelum kondisi ekstrem terjadi," kata dia (Liputan6.com, 7/10/2022).
Sebagai seorang Muslim, semua bencana ini tentu harus kita sikapi dengan benar. Dalam hal bencana karena faktor alam seperti gempa bumi, gunung meletus dan tsunami, misalnya semua itu merupakan bagian dari sunatullah atau ketentuan Allah (qadha) yang tak mungkin bisa kita menolak atau pun mencegahnya. Selain sabar dalam menghadapinya kita juga harus yakin bahwa bencana merupakan ujian dari-Nya.
Allah Berfirman : "Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan, juga dengan berkurangnya harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar"(Qs. al-Baqarah : 155).
Orang berakal yang berfikir, akan menjadikan sikap sabar sebagai pilihannya dalam menyikapi berbagai musibah atau pun bencana sebagai konsekuensi keimanannya. Selain sebagai ujian, bencana apapun yang menimpa seorang Mukmin, sesungguhnya bisa dijadikan wasilah bagi penghapusan sebagian dosa-dosanya.
Rasulullah Bersabda : "Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan, hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus sebagian dosa-dosanya,"(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Selain karena faktor alam, banyak kejadian bencana justru sebagai akibat dari ulah manusia sendiri. Seperti kebakaran hutan yang berdampak bencana kabut asap, itu merupakan salah satu bukti adanya faktor kesengajaan pembakaran hutan oleh beberapa korporasi atau perusahaan. Begitupun yang terjadi hari ini, banjir yang melanda wilayah kalimantan, jakarta dan sebagian besar wilayah Aceh Utara juga akibat dibukanya lahan sawit dan penambangan liar tanpa diterapkannya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) hasil dari regulasi dan perizinan yang mudah dari pemerintah kepada para pemilik modal.
Semua bencana termasuk banjir ini jelas dari akibat ulah tangan-tangan manusua, dengan tindakan merusak hutan serta penambangan liar telah memperparah berbagi bencana di negeri kita sementara pemerintah seolah menutup mata. Dengan dalih demi menggenjot investasi, rela mengorbankan kehidupan rakyatnya sendiri. Dengan mudahnya membuat berbagai regulasi untuk menarik para investor serta terhapusnya amdal menambah ringan biaya produksi para kapital.
Bencana banjir hampir selalu terjadi rutin ini sudah seperti penyakit menahun yang belum juga kunjung menemukan obatnya. Begitulah ketika kepemimpinan diatur oleh sistem kapitalisme yang menjunjung tinggi paham kebebasan dan cenderung memisahkan agama dari kejidupan, selamanya akan selalu abai terhadap perihal mitigasi bencana berikut kelambanan dalam menanganinya padahal peringatan BMKG terus diberikan.
Betapa hal ini sangat gamblang menunjukkan bahwa ketidakseriusan penguasa dalam mengurusi rakyatnya, khususnya dalam mitigasi bencana yang rutin terjadi.
Umat membutuhkan pemimpin yang mengurus kebutuhan rakyat dengan amanah dan melindungi rakyat dari berbagai marabahaya.
"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali ke jalan-Nya,"(Qs. ar-Rum : 41).
Dengan demikian, sudah selayaknya manusia menyadari bahwa segala bencana yang menimpa kita tidak lain karena melanggar hukum Allah Swt dan untuk mengakhirinya tidak lain dengan bertaubat dan kembali kepada aturan-Nya. Baik secara individu maupun keseluruhan terutama para penguasa yang mengeluarkan berbagai kebijakan disertai kezaliman.
"Siapa saja yang tidak memerintah atau berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan, mereka adalah pelaku kezaliman (Qs. al-Maidah : 5).
Oleh karena itu, sebagai wujud ketakwaan, sudah waktunya kita kembali dengan aturan Allah Swt. Dengan memberlakukan Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan baik dalam bidang pemerintahan, politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya. Karena hanya dengan inilah keberkahan akan dilimpahkan dari langit dan bumi.
Allah berfirman : "Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa pasti Kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat,"(Qs. al-Araf : 96).
Karena hanya dengan aturan Islam, seluruh manusia akan hidup selaras dan seimbang, bersahabat dengan lingkungan, mereka akan terus terikat dengan hukum syariat serta menjadikan halal haram sebagai tolok ukur perbuatan, dengan suasana keimanan yang tinggi tidak lain semata-mata demi meraih ridha Ilahi.
Wallahu alam bish-sawab
Tags
Opini