Oleh: Ummu Afkar
Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah
Hari ini, negeri ini sedang darurat kebohongan. Diantaranya dapat kita lihat pada kasus pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo (FS) semakin menegaskan kebenaran pernyataan tersebut. Kebohongan demi kebohongan di balik kasus tersebut satu-persatu terungkap.
Selain darurat kebohongan, negeri ini pun sesungguhnya sedang darurat kezaliman dan ketidakadilan. Dari kasus FS pula kita bisa melihat betapa sulitnya memberlakukan hukum yang tegas dan adil kepada aparat yang melanggar, pejabat yang korup atau mereka yang berduit. Sudah tak terhitung orang-orang besar bebas dari hukuman, atau dihukum ringan, atau bahkan seolah dibiarkan kabur ke luar negeri. Padahal mereka adalah koruptor dan ‘maling’ kelas kakap. Sebaliknya, betapa banyak orang kecil yang begitu mudahnya dihukum dengan sangat cepat, dengan hukuman yang kadang cukup berat untuk sebuah kejahatan yang sangat ringan, seperti kasus pencurian beberapa batang pohon/kayu oleh seorang nenek-nenek beberapa waktu lalu. 2dww//Bahkan betapa banyak mereka yang baru terduga—kebanyakan baru terduga sebagai teroris—langsung dieksekusi alias dibunuh oleh aparat tanpa diadili.
Itulah pengadilan di dunia. Sebuah pengadilan semu. Bahkan palsu. Pengadilan dunia sering menjadi alat untuk sekadar menghukum rakyat kecil. Hukumannya pun tidak akan mampu menghapus dosa-dosa para kriminal. Para penegak hukumnya acapkali bermental bobrok. Tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT/mudah dibeli. Gampang tergoda oleh rayuan uang, harta, wanita dan kenikmatan dunia lainnya. Mereka seolah lupa, bahwa meski mereka lihai mempermainkan hukum di dunia, dan meski mereka sering lepas dari pengadilan manusia di dunia, mereka tak akan pernah bisa melepaskan diri dari hukuman di Pengadilan Akhirat.
Mereka lupa bahwa di dunia boleh saja mereka bisa lepas dari jeratan hukum. Namun, di akhirat mereka mustahil bisa lari dari hukuman dan azab Allah SWT. Tentu karena di Pengadilan Akhirat, dengan Allah sebagai Hakimnya, tidak akan ada sogok-menyogok, beking-membekingi atau kongkalingkong. Semuanya tunduk dan bertekuk lutut di hadapan kekuasaan dan Keperkasaan-Nya. Di Pengadilan Akhirat semua ucapan dan perbuatan ditimbang seadil-adilnya. Tak ada yang terlewatkan, kendati hanya sebesar biji sawi (TQS az-Zalzalah [99]: 7-8).
Siapapun tidak akan bisa lolos dari hukuman. Mereka tidak akan bisa berbohong dan berkelit. Sebabnya, sebagaimana firman Allah SWT:
Pada hari itu Kami mengunci mulut-mulut mereka, sementara tangan-tangan mereka berbicara kepada Kami dan kaki-kaki mereka menjadi saksi atas apa saja yang pernah mereka lakukan (di dunia) (TQS Yasin [36]: 65).
WalLahu a’lam bi ash-shawwab.